“Rasel, bukankah ini kapal Keluarga Prakarsastra?” tanya Bianca setelah mendapat kiriman CCTV dari Geng Stars yang ada di dekat pelabuhan ibukota.Rasel yang sebelumnya sedang beradu catur dengan Bio langsung menegakkan tubuhnya. Ia berjalan mendekati Bianca lalu menerima tabloid yang dipegang oleh perempuan itu. Alisnya bertaut ketika melihat lambang Prakarsastra dalam kapal yang hendak ditumpangi oleh Gautama.“Tunggu, bukankah ini adalah … timing yang akan Tuan Andriyan atur agar polisi menggrebek pengedaran narkoba mereka? Kenapa ada kapal Prakarsastra?!” Rasel segera menghubungi nomor Andriyan.Tapi Andriyan yang sedang bersenang-senang dengan Devanda sengaja meninggalkan ponsel mereka di dalam mobil. Saat ini Andriyan tengah menemani Devanda berkeliling mall, hal yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Sengaja usai selesai syuting, Devanda meminta Mayja langsung pulang sedangkan Andriyan menjemput Devanda untuk pergi bersama.“Kamu tahu, Iyan? Aku merasa jarang melihat Mayj
“Kapal kita ditemukan di pelabuhan ini?! Apa tindakan polisi selanjutnya?”Andriyan baru sampai di markas. Dia melihat para anggotanya yang terduduk lesu di atas kursi masing-masing. Salah satunya adalah Bianca yang sudah memucat. “Sesuai dugaan. Para polisi mulai mengubah arah mereka. Mereka mulai berpikir bahwa pengedaran narkoba itu difasilitasi oleh Keluarga Prakarsastra,” ucap Bianca.“Sial!” Andriyan menendang tong sampah di belakangnya setelah mendengar itu. Dia gagal lagi mengepung kelompok Gautama. Padahal tidak mudah untuk akhirnya menemukan jadwal penukaran perdagangan mereka. “Apa kalian sudah mencari tahu mengapa Kapal Prakarsastra bisa ada di sana?”Bio mendekat, sebenarnya dia ragu untuk melaporkan temuannya pada Andriyan. “Emm, Tuan Andriyan … ini dugaan, hanya sekedar dugaan, kami menduga bahwa Prakarsastra memang beraliansi dengan Gautama.”Sontak Andriyan mencengkram kerah Bio yang langsung berusaha dicegah Bianca dan Rasel. “TUAN!”“Apa kau bilang?! Jadi kau pikir,
Mungkin aku bisa dianggap gila hari ini. Kenapa aku mengatakan isi kepalaku, sih?!Rasel memejamkan matanya. Dia tidak percaya apa yang ia pikirkan akhirnya malah terucap. Padahal bukan begitu niatnya. Dia tidak berpikir untuk langsung mencium Mayja setelah mereka berhasil kembali berbincang, tapi kalau boleh jujur dia memang cukup merindukan perempuan ini. Apalagi bibir cantiknya.Sontak Mayja menahan dirinya untuk tidak menjerit. Wajahnya pasti sudah se-merah tomat sekarang. Dia terkejut mendengar pertanyaan Rasel yang begitu gamblang. “A—apa kamu bilang?”“Apanya?”“Apa?”Keduanya pun terdiam. Sepertinya mereka berubah menjadi orang aneh hanya karena tidak berbincang beberapa bulan. Lantas Mayja yang sebenarnya sudah merindukan Rasel juga tapi tidak berani memutuskan untuk mengubah karakternya yang gengsian itu. “Baiklah, boleh!” ucapnya tiba-tiba.“A—apa?” Rasel bingung.Mayja menoleh ke kanan dan kiri, lalu memajukan tubuhnya. Ia memastikan mereka lebih mudah bergerak, Mayja pun
Siapa, ya? Pasti ada keributan yang menarik. Aku yakin itu, batin Devanda seraya berjalan mendekat.Berjalan ke arah kerumunan, Devanda melihat seorang perempuan dengan gaun bling-bling berwarna silver tampak menunduk karena rambut sampai gaunnya berubah warna pink. Hal itu disebabkan oleh cairan dari bir yang dituangkan di atas kepalanya. Pelakunya jelas adalah … Flora, selebriti senior yang sudah memerankan banyak film dan cukup lama berada di dunia hiburan.Devanda masih ingat bagaimana sosok Flora suka merundung artis baru dan merendahkan mereka yang sok paling cantik. Seperti ibu tiri dari putri salju, dia ingin dipuja sebagai gadis paling cantik sampai memutuskan untuk tidak menikah karena takut hamil dan berubah. Ini adalah kali pertama Devanda bertemu dengan manusia yang sangat terobsesi dengan dirinya sendiri.Kehidupan dunia selebriti memang se-unik itu. Itu sebabnya ketika Andriyan tiba-tiba mengajaknya pindah ke Bali, Devanda merasa seperti bernapas panjang.“Pendatang bar
Narkoba. Tiba-tiba saja benda itu berhubungan dengan penyebab kematian Kanello. Padahal di kehidupan kedua, Devanda tidak pernah mengetahui bahwa Kanello mengonsumsi narkoba. Seingatnya, pria itu kabur bersamanya dan menjalankan rumah tangga dengan sederhana. Meski tidak dikelilingi oleh kemewahan, Kanello adalah sosok yang ceria sehingga tidak mudah untuk Devanda lupakan.Kenapa Kanello-ku yang polos bisa berkaitan dengan narkoba? batin Devanda, mencoba memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan pria itu mengonsumsi zat berbahaya itu.“Ngomong-ngomong, kamu datang ke sini sendiri?” tanya Faradina. Karena menurutnya Devanda sangat menarik, dia jadi ingin mengenal perempuan itu lebih jauh lagi. Mungkin dengan menanyakan beberapa hal, dia jadi tahu siapa Devanda dan seperti apakah perempuan itu.Devanda tampak mengamati camilan yang ada di sini. Di antaranya ada kue-kue coklat yang Devanda suka tapi tidak berani makan di kehidupan pertama. Karena dulu Devanda sangat menjaga pol
“Bagaimana?” tanya Andriyan yang sejak beberapa jam sebelumnya memang menunggu Devanda di mobilnya. Dia tidak mungkin ikut masuk dan mengganggu sang istri, tapi dia juga tidak mau meninggalkan Devanda begitu saja. Untuk itu ia menunggu. Benar dugaannya kalau Devanda tidak mungkin mengikuti acaranya sampai akhir karena acara seperti ini biasa selesai sampai pagi.“Biasa saja. Tidak ada yang menarik,” ucap Devanda, tapi ekspresinya berkata sebaliknya. Rautnya yang tampak seperti tengah berpikir itu membuat Andriyan susah payah menahan tawa. Entah informasi apa yang sudah didapatkannya sampai membentuk ekspresi begitu, tapi bagi Andriyan itu tetap terlihat menggemaskan.“Sudah kubilang. Pertemuan seperti itu membosankan. Lebih baik menghabiskan waktu bersamaku,” ucap Andriyan yang mulai menghidupkan mesin. Devanda jadi terkekeh karena merasa Andriyan selalu punya cara untuk menghiburnya. “Baiklah, kalau begitu, kita pulang sekarang ya!”Devanda mengangguk dengan senyuman lebar untuk memb
“Bagaimana?” tanya Andriyan yang sejak beberapa jam sebelumnya memang menunggu Devanda di mobilnya. Dia tidak mungkin ikut masuk dan mengganggu sang istri, tapi dia juga tidak mau meninggalkan Devanda begitu saja. Untuk itu ia menunggu. Benar dugaannya kalau Devanda tidak mungkin mengikuti acaranya sampai akhir karena acara seperti ini biasa selesai sampai pagi.“Biasa saja. Tidak ada yang menarik,” ucap Devanda, tapi ekspresinya berkata sebaliknya. Rautnya yang tampak seperti tengah berpikir itu membuat Andriyan susah payah menahan tawa. Entah informasi apa yang sudah didapatkannya sampai membentuk ekspresi begitu, tapi bagi Andriyan itu tetap terlihat menggemaskan.“Sudah kubilang. Pertemuan seperti itu membosankan. Lebih baik menghabiskan waktu bersamaku,” ucap Andriyan yang mulai menghidupkan mesin. Devanda jadi terkekeh karena merasa Andriyan selalu punya cara untuk menghiburnya. “Baiklah, kalau begitu, kita pulang sekarang ya!”Devanda mengangguk dengan senyuman lebar untuk memb
“Bagaimana keadaan Tuan Andriyan?” tanya Mayja setelah melihat Rasel yang baru datang.Badan Rasel terasa sangat pegal. Dia memegangi belakang lehernya untuk memastikan bahwa gerakan-gerakan kecil ini bisa membantu untuk menguranginya. “Beliau tampak masih bingung dan lebih banyak diam. Barusan aku mengantarnya pulang. Semoga tuan dan nyonya besok hubungannya lebih membaik.”Rasel baru akan masuk ke kamarnya, Mayja menghentikannya dengan sebuah suara. “Ma—mau aku pijat?”“Apa?”“Aku lihat badanmu pegal. Mungkin kamu membutuhkanku. Jadi, aku menawarkan diri untuk memijatmu.”Rasel terkekeh, sepertinya Mayja sedang mengajaknya bercanda. “Haha, sudahlah, tidak perlu.”“Aku serius,” kata Mayja tanpa ekspresi. Sangat terlihat bahwa dia tidak bercanda sedikit pun dengan ucapannya. Rasel sampai terbatuk kala membayangkan jika Mayja benar-benar memijat tubuhnya malam-malam begini.Karena Rasel jelas menolak, Mayja akhirnya meletakkan segelas susu hangatnya di atas meja. Ia memiliki agenda unt
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
Lantas muncul-lah kepingan-kepingan ingatan dari kehidupan pertama. Semua ingatan tentang bagaimana sosok Andriyan terus mewarnai dan memutari hidupnya. Andriyan di kehidupan pertama bagi Devanda sungguh indah. Dia merupakan pria yang sangat bisa diandalkan dan menjadi pelindung hidup Devanda.Tidak berhenti Devanda terkekeh melihat Andriyan yang terus memainkan gitarnya di taman mereka sambil memanggili namanya. Pria yang tidak takut dengan apa pun dan menjadi bagian dari keindahan melodi, itu yang terbenam dalam hati Devanda. Sampai akhirnya satu demi satu peristiwa terjadi yang membuat kecemasan dan ketakutan pada diri pria itu bermunculan.Orang-orang jahat yang tidak suka Andriyan dan Devanda bahagia berkeliling di sekitar mereka untuk bergantian memberikan racun mereka. Tubuh Devanda tiba-tiba tidak seperti normalnya. Dia terus sakit-sakitan dan hanya berdiam di kamar. Meski begitu Devanda selalu menginginkan anak dari Andriyan. Dia ingin melahirkan anak Andriyan padahal kondisi
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Senorita, dengarkan aku. Tolong jangan katakan apa pun, kepada siapa pun, kalau suatu saat kau tiba-tiba melihatku tidak sadarkan diri.”“Sa—saya tidak mungkin berani melakukan itu, Tuan! Nyonya … Nyonya harus tahu, kan?”Andriyan menggeleng. “Jangan! Jangan sampai dia tahu! Cukup pengawal saja agar mereka membawaku ke kamar tamu di ujung,” ucap Andriyan.“Tapi Tu … Tuan!” Senorita terkejut melihat tuannya tiba-tiba kehilangan kesadaran. Dia bingung dan panik atas apa yang harus dilakukan. Memanggil nyonyanya tidak mungkin karena Andriyan baru saja memberikan amanat untuk tidak bercerita pada siapa pun jika dirinya kehilangan kesadaran. Dengan panik, Senorita segera berlari keluar rumah untuk memanggil pengawal. “TUAN-TUAN! TOLONG SAYA!”Karena khawatir, para pengawal segera ikut masuk dan menyiapkan senjata mereka apabila memang terjadi bahaya, tapi ternyata yang mereka lihat adalah tuannya yang tergeletak di atas lantai. “Apa yang terjadi, Senorita?!” tanya mereka yang panik.“Ini
“Tidak! Kumohon! Kumohon jangan!” Mayja terus mencoba membuka ikatan tangannya. Dia tidak bisa mati begitu saja. Rasel pun memintanya untuk tetap hidup. Jadi Mayja tidak boleh mati.“Jika tak bersamaku lagi, ingat warna langit favoritku. Jika memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Jika tiba waktunya nanti, yang tak dipaksa yang kan terjadi. Walau memang sudah tak berjalan seiring, jaga diri masing-masing. Sampai bertemu di lain bumi … sampai bertemu di lain hari ….”Mendadak lagu itu terngiang di dalam telinga Mayja. Lagu ini adalah lagu yang Mayja dengar di dalam mimpinya ketika bertemu Rasel. Apa Rasel ada di sini? Apa Rasel akan membantunya? Pandangan Mayja terus mengedar, sedangkan langkah Sandy semakin maju untuk menjatuhkan mereka bersama.Air mata sudah berlinangan di pipi Mayja. Di saat begini dia paling merindukan Rasel yang tidak akan ragu untuk datang setiap dirinya berada dalam bahaya. Namun Mayja sama sekali tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Ini bod
“Maafkan aku, tapi hasilnya menunjukkan adanya tumor di dalam otakmu, Andriyan. Tumor ini cukup besar dan sudah mencapai stadium akhir. Berdasarkan kondisi tumor yang sudah mencapai stadium akhir dan ukurannya yang cukup besar, prognosisnya memang tidak menggembirakan.”Akhir-akhir ini Andriyan lebih sering melamun jika tidak diajak bicara. Seolah ada banyak hal yang sedang dia pikirkan. Bio yang kini menggantikan posisi Rasel sebagai asisten pribadinya mulai menyadari beberapa keanehan itu.Ia pun meletakkan tangannya di bahu Andriyan. “Ada masalah, Tuan?”“Kapan kita bisa menemukan Sandy?” tanya Andriyan yang pandangannya sama sekali tidak beralih dan masih melamun.“Tuan!”Sontak Andriyan tersentak mendengar teriakan itu. Dia segera menoleh ke arah Bio dengan raut marah. “Kenapa kamu berteriak?!”“Saya hanya khawatir pada Anda yang akhir-akhir ini sering tidak fokus. Padahal baru beberapa waktu lalu saya melaporkan bahwa kami menerima kabar bahwa kini dia berada di Bali. Ada orang
“Takdir sedang berulang. Akan ada konsekuensi dibalik pengulangan peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya.”Konsekuensi, tampaknya itu yang sedang Andriyan hadapi saat ini. Kejadian di kehidupan kali ini memang banyak mirip di kehidupan pertama, tapi bedanya Devanda yang diserang oleh penyakit mematikan. Entah mengapa rasanya Andriyan lebih tenang jika memikirkan bahwa orang yang diberi penyakit adalah Devanda, bukan dirinya. Sehingga Andriyan hanya perlu menemukan Sandy Gautama agar Devanda tidak lagi dalam bahaya.Tubuh Andriyan terjatuh lemas di bangku tunggu rumah sakit. Dari banyaknya orang yang berlalu-lalang, dia merasa seperti hanya dirinya yang memiliki waktu singkat dan terhenti di tempat. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Mengetahui kabar bahwa akan mati ternyata tidak terlalu menyenangkan saat memiliki seseorang yang berharga. Bukankah tangis Devanda akan begitu kencang berhari-hari setelah kepergiannya nanti?Berbagai hal indah yang masih ingin dibagikan Andriyan pada D
“Anak dan wanita? Kalau melihat dari situasi di sekitarnya, kemarin saat diperiksa Moana itu sedang hamil … hah?!” Devanda langsung menutup mulutnya. Tidak percaya jika apa yang dikatakan Andriyan waktu itu memiliki kemungkinan untuk benar. “Ti—tidak mungkin, kan?”Andriyan mengedikkan kedua bahunya sembari bersedekap dada. Sebenarnya dia mendatangi Jonathan atas permintaan istrinya itu. Padahal berbincang dengan pria itu terasa sangat menyebalkan. Meski Andriyan memang merasakan perubahan yang signifikan darinya.Di lain sisi, Devanda merasa tenang karena Jonathan di penjara. Sehingga ancaman terbesarnya dalam kehidupan ketiga ini bisa dia hindari sejauh-jauhnya. Satu-satunya masalah yang harus Devanda tuntaskan hanya tentang Sandy Gautama yang posisinya masih berkeliaran di luar sana. Kapan pun dia bisa mendatangi Mayja lagi. Itu sebabnya Devanda masih belum bisa merasa sepenuhnya tenang.“Siapa pun wanita dan anak yang Jonathan maksud, semoga saja dia baik-baik saja. Karena tidak a