OBAT PER4NGS4NG YANG DIBERIKAN IBU TIRIKU
Bab 8
Aku menggila Key! Batinku meronta.
Keynan yang melihatku menghambur ke arahnya langsung melotot syok.
Akhirnya, tubuh Keynan berhasil kudapatkan. Jangan harap dia bisa kabur dariku. Aroma entah sabun entah shampoo yang dipakai Keynan sungguh menghanyutkan. Tak hentinya aku menarik napas banyak-banyak saat di dekat lipatan ketiak Keynan.
"Tiara! Lepas! Kamu kenapa lagi? Hih! Geli aku!" Keynan meronta. Melepaskan tanganku yang tetap merekat dan tak mau menjauh.
"Diam sebentar Key, aku lagi menghirup aroma yang merilekskan." Aku nyeletuk sambil memejamkan mata.
"Lepas Ra!" Kali ini tenaga Keynan berhasil menyingkirkan tangan juga tubuhku jauh-jauh darinya.
"Key!" Pekikku, saat aku mundur. Reflek langsung kututupi wajahku dengan kedua tangan karena handuk Keynan
Bab 9Perlahan, Keynan mulai mengurai pelukannya. Padahal aku masih ingin sekali pelukan ini lebih lama lagi. Tapi apa daya, Keynan membalasnya saja aku sudah bahagia.Diam menjeda, hanya suara deru mesin mobil yang mulai merangkak kembali menyusuri jalan beraspal."Key, setelah ini kau akan membawaku ke mana?" tanyaku saat merasa diam di antara kami lumayan cukup lama."Beli mobil Ra, sesuai yang kamu mau semalam," jawabnya tanpa menoleh ke arahku.Tiba-tiba aku langsung teringat. Jika aku berpikir lebih dalam lagi, untuk apa aku minta mobil sama Keynan. Benda itu tidak akan berguna untukku karena aku nggak bisa nyetir sendiri."Nggak usahlah Key, aku semalam hanya bercanda," tukasku dengan helaan napas."Nggak usah gimana? Aku nggak mau anak aku ileran Ra! Kalau kamu nggak bisa nyetir mobil, biar nanti aku cari
Bab 10Sebuah kalung berkilau Keynan pakaikan di leherku.Aku terus tertunduk, menatap benda indah itu dengan perasaan senang.Senyum Keynan juga menyambut saat aku mensejajarkan pandangan."Kalung itu sangat cocok buat kamu, Ra," ucapnya lembut. Senyum tipis itu lagi dan lagi mampu membuat dadaku berdebar kencang."Makasih banyak Key," balasku lantas memegang kalung pemberian Keynan tepat di atas dada."Sama-sama. Kamu tunggu di mobil ya, biar aku bayar dulu sama tuh ben-cong.""Dia nggak ben-cong Key, dia cuma ngondek aja," timpalku. Keynan lagi membahas soal Mami Beti, yang tadi merias wajahku."Halah sama aja, Ra. Udah kamu sana, nanti aku susul. Ini kunci mobilnya." Keynan berlalu, sebelumnya ia telah memberikan kontak mobil itu padaku.Aku pun segera ke luar untuk men
Bab 11Terdengar ada yang mengetuk kaca mobil. Hingga segera membuatku menjauh dari Keynan dan menyeka air mata.Keynan segera membuka kaca. Ternyata yang mengetuk tadi Mama. Wanita cantik itu kelihatan cemas."Tiara, kamu nggak pa-pa 'kan?" tanya Mama, di belakangnya ada Papa mertua yang hanya menatapku tanpa kata."Tiara baik-baik saja kok, Ma," jawabku datar. Meski dada ini rasanya sesak sekali."Keynan, bawa istri kamu pulang. Dia butuh istirahat," pinta Mama. Setelahnya beliau melambaikan tangan."Ya, Ma." Keynan menutup kaca dan melajukan mobil.Sesampainya di rumah. Aku langsung duduk di depan meja rias. Melepaskan aksesori jepit mutiara yang berkacak di atas daun telinga.Agak kesulitan jemari ini melepasnya. Entah gimana pegawai salon itu memasang benda ini, kenapa pas aku tarik rambutku rasanya sakit.
Bab 12Jantungku hampir melompat dari otot penyangganya. Aku memang takut gelap, karena dulu pernah punya kenangan buruk. Pernah dikunci Ibu tiriku di kamar mandi. Dan sekarang kalau tiba-tiba gelap begini rasa trauma itu akan terngiang kembali."Tiara, kamu takut gelap ya?" tanya Keynan. Tanpa sadar kalau tanganku telah mencengkeram erat lengannya.Aku tak bisa menjawab selain hanya deru napas yang tak beraturan. Keringat dingin bahkan rasanya membanjiri pelipis ini. Pun seluruh tubuhku gemetaran."Tiara, kamu tenang ya, jangan takut." Keynan menenangkan. Ia langsung meraihku dalam dekapan meski gelap gulita. Sesekali cahaya dari kilat yang menembus gorden mencetak bayangan benda di sekeliling. Termasuk bayanganku dan Keynan yang tengah berpelukan."Aku takut gelap Key, takut kalau ada bayangan hitam yang menyeramkan." Agak kelu lidah ini berucap. Ingatan buruk itu masih terpatr
Bab 13Terjingkat langsung aku. Saat Keynan berusaha menarik bajuku hingga robek. Dan itu ternyata hanya mimpi."Rara! Kamu mimpi buruk ya?" Keynan sudah duduk di dekatku."Se-sejak kapan kamu ada di sini, Key?" Napasku yang ngos-ngosan mengeja pertanyaan."Sejak tadi. Kamu mimpi apaan sih? Sampai heboh begitu, mana tadi teriak-teriak jangan Key! Jangan Key! Sampai bikin aku bangun tahu nggak?" Keynan mengomel.Gawat juga kalau dia tahu aku mimpi apa. Duh, gara-gara kiss itu aku mimpi yang enggak-enggak."Heh Rara! Kenapa malah bengong?!" sentak Keynan membuat pikiranku terbuyar."Eh, iya, Key. Kenapa? Aku mimpiin kamu digigit ular," jawabku ngasal."Hah, digigit ular? Ular apaan? Siluman bukan?" Keynan menautkan alisnya. Sepertinya dia menanggapi dengan serius."Emangnya ada ya
Bab 14Sumpah! Siapa pun tolong tampar aku. Apa benar yang barusan Keynan katakan?Nafkah batin?Argh! Nggak menyangka kalau akan secepat ini. Aku tidak perlu merayu dan merendahkan diri untuk mendapatkan hak itu. Ya, meski sebenarnya aku sendiri juga canggung campur malu.Tapi, kesempatan emas ini belum tentu datang dua kali. Jadi harus dimanfaatkan sebaik-baiknya."Apa kau tidak terpaksa melakukannya Key?" tanyaku berharap kepastian. Kalau pun dia melakukannya dengan kasar dan terpaksa. Itu sama saja aku dengan pela*ur di luar sana."Bukankah itu sebuah kewajiban Ra? Aku sendiri tak tahu bagaimana perasaan ini terhadapmu. Tapi yang jelas di dalam sini penuh dengan peduli." Keynan menunjuk dadanya dengan telunjuk.Aku tertunduk dalam. Telapak tangan ini rasanya sudah dingin karena berkeringat. Mau menatapnya saja aku ma
Bab 15Jelas aku tercengang. Keynan barusan bilang ronde kedua?Tangan kekarnya masih menahanku agar tak beranjak pergi. Padahal sudah seharusnya aku berangkat kerja tapi Keynan masih menatap diri ini dengan seulas senyum.Aku masih diam mematung. Sementara batin bertanya-tanya juga memikirkan jawaban soal celetukan Keynan yang ambigu."Ronde kedua apa Key?" tanyaku agak menyentak.Kemudian Keynan malah tertawa renyah."Nggak Ra, aku hanya bercanda." Keynan berdiri di depanku lalu menangkup wajahku lama. "kamu nggak mau barengan sama aku, berangkatnya?"Kuteguk ludah. Lega kalau dia hanya bercanda soal ronde kedua itu. Kukira dia beneran mau. Eh ternyata, ya begitulah."Nggak Key, aku berangkat sendiri aja. Nanti kelamaan kalau nunggu kamu mandi, siap-siap dan yang lainnya."
Bab 16Sebuah jaket sweater berwarna merah maroon barusan Keynan ke luarkan dari paper bag yang ukurannya tak terlalu besar."Baju kamu basah. Pakai jaket ini ya, nanti takutnya masuk angin."Ah, ternyata Keynan tadi menyentuh area kerah bajuku karena mau ngecek basah atau enggak. Tadinya otakku sudah traveling ke mana-mana."Nggak usah Key, nggak pa-pa kok. Orang basah dikit doang," jawabku enteng."Pakai nggak?! Atau biar aku yang pakaiin?" Keynan memaksa. Kedua matanya mendelik."I-iya." Terpaksa kuraih jaket yang lumayan tebal tersebut dan lekas memakainya. Sumilir angin sewaktu tadi di teras kantor memang rasanya masih meremang di kulitku. Jujur aku memang kedinginan, tapi harusnya yang kubutuhkan bukanlah jaket ini, melainkan pelukan hangat dari Keynan.Cengengesan sendiri batin ini, mengharapkan sesu
Bab 29POV AuthorKeynan hanya menelan Saliva susah payah. Apa yang dikatakan Tiara sukses membungkamnya.Lama-lama merasa malu, Tiara memilih mengakhiri tingkahnya yang kadang diluar nalar.Keynan membiarkan Tiara saat wanita itu bangkit dan memilih duduk sembari menyugar rambut.'Asem! Kenapa ini mulut nggak bisa dijaga banget sih! Pasti Keynan ngira aku perempuan berpikiran mesum," batin Tiara merutuk menyesali apa yang telah ia katakan perihal burung tadi."Kenapa? Ternyata gini ya kelakuan kamu! Nggak mau tanggung jawab!" Keynan protes. Ia pun ikut duduk namun di belakang Tiara.Lantas mendelik tajam mata Tiara. Ia melirik Keynan dengan ekor mata."Tanggung jawab apa? Aku 'kan nggak ngelakuin kesalahan apa-apa." "Udah lupain aja. Perempuan emang selalu benar kok. Meski kamu nggak peka, aku memahaminya. Nanti lama-lama kamu juga akan yang sering minta duluan." Keynan berdiri seraya menepuk pundak Tiara pelan.Celingukan sendiri Tiara. Otaknya berpikir apa arti yang Keynan bicarak
Bab 28POV Author'Oh Tidak!' batin Tiara berteriak. "Hei, kenapa diam? Ayo pijitin!" Keynan berseru lagi. Ia melirik Tiara dengan posisi tengkurap."Tapi aku nggak bisa pijit Key, jadi mendingan aku panggilin kamu tukang pijit beneran ya, kebetulan aku juga punya kenalan." Tiara pelan-pelan beranjak dari atas kasur. Tak kuat bila ia lama-lama melihat Keynan bertelanjang dada begitu. "Nggak! Aku maunya dipijitin sama kamu. Titik!" Keynan ngotot. Bahkan tangannya cekatan menarik Tiara hingga kembali terduduk paksa."Tapi aku nggak bisa!" Lagi, Tiara mencoba menghindari."Tadi katanya kamu mau pijitin aku. Berarti bisa pijit dong?" Kerlingan serta senyum miring terus Keynan sunggingkan. Hatinya tertawa geli melihat tingkah sang istri yang gelisah seperti cacing kepanasan."Iya, tapi kamu pakai baju ya?" Jemari Tiara merambat pelan hendak mengambil baju Keynan yang tergeletak di sana."Nggak!" Ditolak mentah-mentah oleh Keynan. Seketika baju tersebut langsung dilempar ke lantai oleh le
Bab 27POV Author"Cincin apa, Key?" Tiara berlagak nggak tahu."Jangan kira aku nggak tahu y Ra, kamu tuh kenal 'kan sama Farel? Bahkan kayaknya malah dekat banget." Alis tebal Keynan saling bertaut rapat.Langsung tercelos batin Tiara. Tak habis pikir ia kalau Keynan tadi tahu saat Tiara mengobrol dengan Farel."Mana! Kalau kamu nggak mau ngasih itu barang. Biar aku cari sendiri!" Keynan mengulurkan telapak tangan di depan Tiara."Iya, iya." Dari saku celana, Tiara merogoh benda berbentuk lingkaran tersebut. "ini," lanjutnya. Terpaksa memberikan yang Keynan minta. Lagipun, Tiara juga kini telah memilih Keynan. Dengan arti ia juga harus melupakan semua tentang Farel. 'Cinta itu buta ya, meski nggak buta fisik. Tapi cinta itu buta hati. Saat berkali-kali harus menelan kecewa atas yang Keynan lakukan. Tapi kenyataannya tetap saja aku masih teguh bertahan. Dan … salah besar jika aku bertahan karena harta. Memang niat awalnya begitu, tapi seiring berjalannya waktu … ternyata cinta ini
Bab 26Kalimat Keynan terpenggal sejenak. Namun Tiara tetap sigap menyimak meski debar dalam dadanya pun berdentang kencang tak karuan."Tapi aku memilih … kamu." Meski pelan Keynan melanjutkan. Kata itu masuk ke gendang telinga Tiara dengan baik.Hampir tak percaya dengan yang didengar. Tiara tersenyum senang campur entah. Rasa itu sungguh kelu untuk diutarakan."Kamu beneran pilih aku 'kan Key?! Aku nggak salah dengar 'kan?!" tegas Tiara lantas menekan kedua lengan Keynan dengan tangannya untuk mengsejajarkn pandangan.Keynan mengangguk pelan. "Iya Ra, aku nggak ingin kalau anak kita lahir dia nggak punya orang tua yang lengkap. Jadi, aku mohon sama kamu Ra, untuk lebih bersabar dengan sikap ini." Begitu dalam netra bening Keynan menatap lawan jenisnya.Walau sudah mendapatkan jawaban yang sesuai keinginan. Tapi ada saja yang masih mengganjal di hati kecil Tiara."Kalau masalah bersabar, jelas aku akan maju paling depan Key. Tapi … bagaimana dengan Nadia jika kamu memilih aku? Kamu
OBAT PER4NGS4NG YANG DIBERIKAN IBU TIRIKU Bab 25POV Author.Farel tercengang cukup lama sembari terus menatap lekat kedua insan di ujung sana. Adegan Keynan yang tengah menggendong Tiara dengan mesra, memberi cubitan kecil pada hati Farel hingga terasa nyeri di ulu hati.Tubuh ramping Tiara itu seketika cepat sekali terengkuh sempurna dalam dekapan Keynan lalu membawanya masuk ke dalam kamar.Kini, hanya tatapan hampa dari pria beropini mengenai perasaan sepupunya terhadap teman kecilnya tersebut. Farel sulit percaya jika Keynan sama sekali tidak ada rasa terhadap istrinya. Meski acap kali elakan Keynan membantah, tapi perangai dan sorot mata tak bisa berbohong. Sesama seorang pria dan juga mengenal lama. Farel paham betul bagaimana watak adik sepupunya itu, tergolong susah ditebak.Gelengan pelan diiringi kerjapan mata berkali-kali Farel lakoni, ia menepis semua pikiran ranjau yang mengganggu setiap hembusan napasnya. Tangan Farel mengangkat laptop lalu membawanya meninggalkan
Bab 24Keynan langsung melepaskan kedua tangannya yang tadi menyangga di punggung Tiara lalu beralih memegang pipi yang barusan terkena tamparan."Aaa!" Tiara berteriak sesaat sebelum ia perlahan tenggelam karena air kolam itu lebih tinggi dibanding dirinya.Sadar akan hal itu, Keynan cepat membawa Tiara naik ke permukaan kembali. Ia tahu, bahwa istrinya tidak bisa berenang."Mau gampar aku lagi? Tenggelam 'kan jadinya?" Keynan menatap tajam Tiara.Kedua insan itu kini kembali di posisi yang sama seperti tadi sebelum adegan tamparan mendarat sempurna di pipi kiri Keynan."Kamu sih matanya jelalatan," rutuk Tiara dengan bibir maju beberapa senti. "bawa aku ke pinggir Key, aku mau ke kamar.""Nggak! Kalau mau ke pinggir ya sana kamu berenang sendiri." Keynan tersenyum menyeringai. Melihat wajah istrinya ketakutan kesal Keynan malah semakin senang.Bukannya lekas membawa Tiara ke pinggir. Justru Keynan malah membawa Tiara melangkah semakin ke tengah-tengah kolam dengan lebar enam kali de
Bab 23Keynan menghela napas. Ia tersentak dalam diam atas ucapan Tiara yang menohok baginya."Kenapa Key? Apa aku salah bicara?" Tiara bersuara. Ucapannya tadi tak dibalas oleh Keynan."Terserah kamu Ra," cetus Keynan lalu membuang muka.Gegas Tiara merapikan pakaian itu dan menyimpannya di lemari.Keadaan yang begitu dingin membelenggu Keynan dan Tiara dalam keheningan suasana kamar. Mereka berdua sama-sama tak bersua setelah percakapan sengit tadi.Tiara memilih ke luar dari kamar meninggalkan Keynan yang hanya terdiam sembari duduk dengan siku menumpu di atas lutut.Tanpa sengaja saat Tiara ke luar kamar. Ia berpapasan dengan Farel yang juga ke luar hendak turun ke lantai bawah."Tiara, kamu kenapa? Kok wajahnya kayak kesal gitu." Farel menyapa. Baru saja pria itu menutup pintu kamarnya."Nggak pa-pa kok. Permisi dulu ya, aku mau turun." Tiara ngeloyor menuruni anak tangga.Farel menggidikkan bahu, ia agak penasaran mengapa Tiara seperti itu. Beberapa menit kemudian Farel menyusu
Bab 22"Bukan apa-apa," cetus Farel lalu tersenyum. "Ya ampun Farel, makin ganteng aja kamu, Nak. Tante kangen banget loh sama kamu." Mama Keynan merangkul Farel. Beliau sudah menganggap Farel seperti anak sendiri, makanya sosok pria muda di depannya tersebut tak pernah juga luput dari doanya."Farel juga kangen banget sama Tante, makin cantik aja Tan." Farel memuji. Ia gegas mencium punggung tangan tantenya."Ah bisa aja kamu, Nak. Gimana di Singapura, kok betah banget kamu lama nggak pulang? Jangan-jangan di sana udah punya pawang nih." Arisa, mama Keynan berkelakar. "Enggak kok, Tan. Sampai sekarang belum nemu yang cocok sama aku." Farel tersenyum lebar."Kamu udah kenalan belum sama Tiara, dia istrinya Keynan. Lihat, cocok banget 'kan mereka berdua. Oya, Keynan sebentar lagi akan jadi ayah loh, kamu kapan nyusul, Rel?" Panjang lebar Arisa bicara. Betapa riang sekali saat membahas menantu juga anak lelakinya."Iya, Tan. Aku udah kenalan kok sama Tiara. Alhamdulillah ya, aku mau p
Bab 21Tiara langsung memalingkan wajah dan menempelkan punggung di tembok begitu Keynan bertanya.Karena tadi memang bukan niatnya untuk menguping. Tiara tak sengaja melintas hendak ke dapur untuk mengambil minum malah mendengarkan percakapan Keynan dan Farel.Tiara masih enggan menjawab sampai Keynan menghampiri dan berdiri di depan wanita tak beralas kaki tersebut."Tiara, kamu mendengar semuanya ya?" tanya Keynan lagi. Sorot mata elangnya begitu membidik tajam."Iya, kenapa kalau aku dengar? Apa itu bakalan bisa mengubah sedikit saja perasaan kamu buat aku?" tegas Tiara.Farel pun ikut menyusul Keynan, kendati terdengar keduanya beradu suara gaduh."Kita bicarakan semua secara baik-baik Ra, sini ikut aku." Keynan menarik Tiara menuju ruang tamu."Lepasin Key! Nggak ada yang perlu dibicarain. Aku mau ke kamar