Share

Tawaran Kerja

Author: Bunda kembar
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Hana berjalan ke arah pintu lalu membuka pintu itu, ia tersenyum senang ternyata sahabatnya Aline yang datang.

Aline tersenyum saat pintu itu terbuka ia mengangkat tangannya yang sedang membawa paperbag menunjukkannya pada Hana.

Hana melihat kearah tangan Aline dan beralih menatap sahabatnya itu sambil tersenyum, Hana melihat jika Aline tak sendiri, Hana mengerutkan keningnya dan menatap ke arah Aline seolah ia meminta penjelasan tentang siapa yang datang bersama dengannya.

Aline langsung mengajak Hana untuk masuk dan ia akan menjelaskannya di dalam, mereka bertiga masuk tak lupa Hana menutup pintu itu kembali.

"Hana kenalin ini Nyonya Rosana, beliau ini Ibu dari bosku Ravi, nyonya Rosana ini juga pemilik saham ditempat aku bekerja." aline tersenyum ke arah Hana dan beralih ke nyonya Rosana.

Hana mengulurkan tangannya, "Hana." Hana membungkukkan kepalanya kemudian menatap nyonya Rosana.

Nyonya Rosana pun mengulurkan tangannya dan menjabat tangan Hana sambil tersenyum ramah padanya.

"Tadi, aku kebetulan ketemu sama nyonya Rosana di depan, dan beliau pengen ikut kesini." Aline mengingat kembali pertemuannya dengan nyonya Rosana.

Saat ia baru saja sampai di lobby rumah sakit, tanpa sengaja ia bertemu dengan nyonya Rosana yang kebetulan juga ada di sini.

"Aline!" Nyonya Rosana memanggil Aline saat ia melihat Aline tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini.

Aline yang mendengar namanya dipanggil langsung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara ia melihat nyonya Rosana sedang Melambaikan tangan ke arahnya Aline pun tersenyum ia berjalan mendekat ke arah Nyonya Rosana.

Aline tersenyum pada Nyonya Rosana dan mencium punggung tangannya.

"Sedang apa kamu di sini Aline, apa kau sakit?" Nyonya Rosana bertanya pada Aline ada sedikit rasa khawatir dalam nada bicara wanita paruh baya itu.

"Tidak Bu, saya mau jenguk anaknya teman saya, dia sakit leukimia, padahal usianya masih 3,5tahun." Raut wajah Aline berubah menjadi sedih jika mengingat tentang Kendra.

Aline sudah menyayangi anak itu seperti keponakannya sediri, sejak ia masih bayi Aline lah yang membantu Hana mengasuh Kendra.

"Kasian sekali anak itu, apa aku boleh ikut menjenguknya Aline, aku ingin sekali bertemu dengannya."

"Tentu saja boleh dong Bu, ayo kita kesana sekarang." Aline tersenyum ke arah nyonya Rosana dan mereka pun berjalan kearah ruangan Kendra.

Hana tersenyum mendengar cerita Aline, sedang nyonya Rosana perlahan beliau berjalan melangkah mendekati Kendra yang sedang terbaring lemah.

Nyonya Rosana melihat keadaan Kendra, dari atas kepala hingga kaki, ia merasa sedih melihat kondisi Kendra, ank sekecil itu harus terbaring di rumah sakit dengan selang infus yang terpasang di tangannya.

Yang seharusnya seumuran dia sedang asik-asiknya bermain di luar bersenang-senang penuh canda tawa.

"Hana aku mau ketoilet dulu," ujar Aline ia pun segera berjalan ke arah toilet.

Hana kemudian berjalan mendekati anaknya di sisi sebelah kiri Nyonya roshanna masih memperhatikan keadaan Kendra ia mengusap lembut Puncak kepala bocah itu lalu melihat ke arah sana Nyonya Rosana tersenyum ia mengulurkan tangannya memegang tangan Hana

"Kamu yang sabar ya, Tuhan saat ini sedang menyayangimu dengan memberikan ujian ini padamu."

Hana melihat ke arah Nyonya Rosana ia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya namun Ia juga menahan air matanya agar tidak jatuh menetes di depan orang yang baru saja ia kenal.

"Apa kau tahu nasib kita sama, aku dulu juga ditinggal oleh orang yang aku sayangi, saat usia ku masih muda sepertimu, suamiku meninggal dunia saat anakku Ravi masih sekola di bangu sekolah dasar."

Hana menatap kearah nyonya Rosana, ternyata orang kaya sepertinya bisa mengalami hal yang semenyedihkan itu.

Nyonya Rosana lalu mengajak Hana untuk duduk di sofa yang ada dalam kamar tersebut, mereka lalu mengobrol bersama.

"Hana apa kau sudah bekerja? Kau kerja dimana sekarang?" Nyonya Rosana kemudian bertanya pada Hana.

"Hana baru saja lulus kuliah nyonya, dan kini Hana tengah mencari pekerjaan." Jawab Hana ia masih tersenyum ramah pada wanita yang ada di depannya.

Nyonya Rosana merasa kasian pada Hana, bagaimana dia nanti akan melanjutkan hidupnya, belum lagi pengobatan anaknya sangatlah mahal dan butuh biaya yang banyak.

Aline kini sudah Kemabli dari toilet ia pun ikut bergabung bersama Hana dan nyonya rosana di sofa itu.

"Hana, apa kau mau bekerja di perusahaan anakku? Aku akan bicara pada Ravi nanti untuk menerimamu menjadi karyawannya." Nyonya Rosana bertanya pada Hana berharap wanita itu mau nerima tawarannya.

Hana lalu melihat ke arah Aline sahabatnya, Aline menganggukkan kepalanya tersenyum dengan antusias.

Interaksi keduanya di lihat oleh nyonya Rosana, " baiklah Hana kau pikirkan dulu tawaranku, pertimbangkan baik-baik, aku pamit pergi dulu, aku harus menjenguk temanku yang di rawat di rumah sakit ini juga, jika kau berniat untuk bekerja di perusahaan anakku, maka datanglah ke sana. aku akan meminta anak kiu untuk langsung menerimamu."

Nyonya Rosana lalu berdiri Ia pun segera melangkah keluar menuju pintu diikuti oleh Hana dan Aline di belakangnya.

Setelah kepergian Nyonya Rosana, Aline dan Hana kembali duduk di sofa Aline membuka paper bag yang ia bawa dan menatanya di atas meja. Ia lalu meminta sahabatnya untuk makan siang karena Aline tahu jika Hana saat ini belum makan siang.

Hana kemudian tersenyum lalu mengambil salah satu makanan dan mulai memakannya.

"Hana, sebaiknya kau terima saja tawaran dari nyonya Rosana tadi, kau bisa langsung kerja dan tak perlu mencarinya lagi.

Hana menghentikan suaranya ketika mendengar ucapan Alin karena merasa ragu untuk menerima tawaran itu karena ia sudah tidur dengan Devan pemilik perusahaan itu namun di satu sisi Ia pun membutuhkan pekerjaan ini untuk kelangsungan hidup nya bersama dengan Putra semata wayangnya.

"Aku tahu apa yang kau khawatirkan saat ini pasti Devan, Hana bukankah kau memiliki perjanjian bersamanya untuk kalian tidak mengingat kejadian itu satu sama lain ketika kalian nanti bertemu kembali?" Aline mengingatkan sahabatnya itu, ia menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum.

Hana pun teringat jika ia berkata pada Devan, saat mereka berdua di hotel, "setelah kita melakukan ini, kita tak saling kenal, jika kita bertemu kembali nanti maka anggap kejadian ini tak pernah terjadi di antara kita, dan kau tak mengenalku."

Hana menatap ke arah Aline, "Aku pikir-pikir dulu Aline, ini tak akan mudah bagiku, untuk selalu bertemu dengannya." Hana tersenyum ia lalu melanjutkan makannya.

Aline pun tak bisa memaksa Hana, namun Aline berharap untuk Hana bisa menerima pekerjaan itu.

"Aline, apa kau bisa menemaniku lagi malam ini, hanya malam ini, aku janji, dokter bilang Kendra akan di operasi malam ini." Hana melihat ke arah Aline sorot matanya seolah memohon.

Aline tersenyum dan mengangguk ke arah Hana, "Aku akan menemanimu, hingga operasi Kendra berjalan dengan lancar, hemm ... Jam makan siang sebentar lagi habis aku harus kembali ke kantor, nanti sepulang kerja aku akan datang kembali." Aline melihat jam yang melingkar di tangannya wanita itu segera berdiri dari tempat duduknya saat ini.

Related chapters

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Perlu Berpikir

    Tepat pukul enam sore sepulang Aline bekerja ia langsung pergi kerumah sakit menepati janjinya, wanita itu akan menemani sahabatnya, memberikan dukungan pada Hana.Saat ini Aline sedang membeli makanan untuk Hana, sahabatnya itu pasti tidak akan keluar dari ruang rawat anaknya, ia tak akan meninggalkan Kendra seorang diri.Aline menarik napas panjang sepenuh dada, ia sungguh prihatin akan nasib yang di terima oleh sahabatnya itu, gadis malang itu tak memiliki siapapun di sisinya saat ini.Setelah makanan siapa Aline langsung berjalan kaki, karena ia membeli makanan tak jauh dari rumah sakit, ralat lebih tepatnya di depan rumah sakit.Ia berjalan menyusuri koridor rumah sakit itu hingga Aline sampai tepat di depan pintu, gadis itu lalu masuk setelah mengetuk pintu ruangan itu.Aline tersenyum pada sana saat ia masuk dan mendapati sahabatnya itu Tengah duduk di samping ranjang Kendra Ia pun segera mengajak sana untuk makan malam bersama.Saat mereka Tengah asik berbincang-bincang sambi

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bujuk rayu Aline

    Aline menatap wajah Hana, ada guratan ke khawatiran dan kesedihan di sana, Aline menggeser tubuhnya mendekat pada Hana lalu megang tangan Hana menggenggamnya erat."Hana, aku tau apa yang kamu takutkan, aku tau kekhawatiran mu, aku mengerti akan perasaanmu saat ini, tapi ... Kesempatan tak datang dua kali Hana." Aline mencoba berbicara pada hana meyakinkan gadis itu untuk menerima tawaran dari Bu Rosita."Apa kau tak memikirkan Kendra kedepannya? Kau tahu betul dia masih membutuhkan banyak biaya untuk memulihkan kondisinya, ia masih harus cek up ke rumah sakit beberapa kali, untuk memastikan Kesehatannya benar-benar pulih, dan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit."Aline berusaha membujuk hana dengan kata-kata darinya, apa yang dibicarakan Aline tidaklah salah, hana memang membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk proses penyembuhan anaknya itu."hana, perusahan Devan begitu besar, banyak proyek - proyek besar yang akan di kerjakan, terlebih lagi melihat kemampuanmu dalam bidang

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 7 - Wawancara Kerja

    Jelas sekali kalau soal pekerjaan tengah menjadi pokok pikiran Hana saat ini. Baru saja Hana membuka matanya di pagi hari, selain mengingat tentang Kendra, Hana langsung memikirkan tentang lamaran pekerjaan yang kemarin dikirimnya.Usai mengurus Kendra di kamarnya, Hana langsung berjalan ke dapur sembari memeriksa email di telepon genggamnya. Hana menarik nafas panjang ketika belum ada satu pun surat elektronik yang masuk ke dalam kotak pesannya."Semoga saja hari ini. Kalau dipikir-pikir, aku memang baru mengirimkan surat lamaran pekerjaan malam tadi. Sudah sepantasnya mereka belum membalas." Hana mendadak terkekeh pelan karena merasa konyol.Ting Tong!Hana terhenyak mendengar bunyi bel pintu. Dia melamun sejak tadi hingga bisa terlonjak seperti itu. Hana segera berjalan ke pintu dan membuka pintunya."Aline, masuklah. Kau tidak bekerja hari ini?" tanya Hana."Tentu saja bekerja. Aku hanya mampir membawakan sarapan. Aku pikir mungkin saja kau sibuk karena Kendra baru pulang dari rum

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 8

    Kini Hana sudah berada di depan rumahnya ia berjalan dengan begitu lunglai perasaannya saat ini menjadi khawatir cemas tak menentu pikirannya berkelana mengingat kembali wawancara pekerjaannya dengan HRD tersebut.Hana berjalan masuk ke dalam rumah, ia sedikit enggan untuk melangkah kemudian duduk di sofa yang ada diruang depan. Menghempaskan tubuhnya begitu saja, Hana menarik nafas dalam sepenuh dada..Hana merasa tak percaya diri, seolah ia tahu jika dirinya tak akan di terima bekerja di sana, "Mana ada perusahaan yang akan mempekerjakan orang yang sudah menikah, terlebih lagi yang sudah memiliki anak sepertiku," gumam Hana.Feni yang saat itu berada tak jauh dari sana saat ini ia sedang berada di ruang makan melihat sana merasa kasihan Ia pun berinisiatif untuk membuatkan untuk majikannya berharap bisa sedikit menenangkan perasaannya saat ini.Feni berjalan mendekati sana dengan dua cangkir teh di tangannya Ia pun tersenyum dan mengarahkan teh itu di depan Shana "Minumlah dulu agar

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Mengingatnya

    Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 namun Devan sepertinya masih enggan untuk beranjak dari tempatnya saat ini, lelaki itu masih saja memikirkan Hana, otaknya saat ini masih di penuhi gadis itu. Entah devpun merasa bingung mengapa dia bisa memikirkan gadis itu terus menerus seolah Hana berada di pelupuk matanya.Devan duduk sambil mengingat kembali momen saat dia mencuri dengar Aline tengah meminjam uang ke bagian HRD. Flash back ...Siang itu Devan tengah berjalan menuju ke ruangan HRD, ia hendak menemui kepala HRD disana, Devan berniat meminta kepala bagian HRD membuka lowongan pekerjaan, karena sebentar lagi perusahaan akan mengajukan tender untuk proyek besar di beberapa perusahaan ternama. Dan perusahaan mereka ikut serta dalam tender tersebut.Saat Devan memegang gagang pintu dan hendak membukanya, langkah kaki Devan terhenti ketika mendengar suara Aline yang tengah memohon, pada bagian HRD."Pak, saya mohon saya sangat butuh uang itu pak, tolong bantu saya untuk kali ini saj

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 10 Rasa bersalah Aline

    Aline begitu terkejut mendengar ucapan Hana, seketika itu juga ia menoleh ke arah Hana, dan menatapnya, mencari kebenaran tentang apa yang dia dengar barusan. Tatapan mata Aline begitu sendu."Hana ... Apa aku tak salah dengar, k-kau mau menerima tawaran Devan?" Aline bertanya pada Hana berharap ia salah mendengar ucapan sahabatnya itu. Lagi dan lagi Aline mempertanyakan ucapan Hana, bahkan dia mengulang kembali pertanyaannya. Yang jawabnya tentu saj akan sama.Hana mengangguk kepalanya, Aline masih tak mempercayai jawaban itu, ia terus menatap ke arah Hana melihat pada matanya mencari kejujuran disana, namun Aline tak melihat kebohongan sama sekali dimata Hana, sorot mata Hana begitu jujur, sepertinya ia sudah memantapkan hati untuk melakukannya. Walau dia sedikit kesedihan yang terpancar."Apa kau yakin Hana, kau sudah memikirkan ini baik-baik?" Aline bertanya sekali lagi seolah ia merasa Hana hanya bergurau saja padanya, ia masih tak bisa mempercayai ucapan sahabatnya itu.Hana men

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 11 - Panggilan Kerja

    Kini Hana tengah berada di pelataran rumahnya, gadis itu menemani Kendra bermain, ia senang melihat Kendra yang saat ini tersenyum bahagia. Hana terus memperhatikan Kendra, namun perhatiannya teralihkan kala mendengar nada dering ponselnya yang berbunyi. Hana melihat ke arah tasnya.Hana segera mengambil ponsel miliknya yang ada di dalam tas, ia meraih tas kecil itu lalu membukanya.'Aline' nama yang tertera dilayar ponsel Hana, gadis itu tersenyum lalu mengangkat televonnya."Hallo Aline.""Hana bagaimana wawancaramu? Maaf aku tak sempat untuk mengunjungimu kemarin," ucap Aline setelah mendengar suara Hana, Aline langsung saja bertanya pada sahabatnya itu. Pasalnya dia benar benar sangat sibuk dengan pekerjaannya kemarin.Hana menghembuskan nafasnya sepenuh dada, Aline mendengar itu sepertinya kabar yang tidak baik, namun dia masih menunggu Hana untuk berbicara. "Hana, apa semua baik-baik saja?""Sepertinya, aku tidak lolos, mereka seolah mencari yang lebih berpengalaman, sedang aku

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 12 - Diterima Kerja

    Setelah puas meneliti penampilan Hana , lelaki itu langsung berjalan kembali ke kursi kerjanya, Hana menghembuskan nafas lega saat lelaki itu berjalan menjauh darinya."Silahkan duduk," masih dengan tersenyum yang penuh arti lelaki itu mempersilahkan Hana untuk duduk. Tatapan matanya selalu ke arah Hana.Hana pun langsung bergegas melangkah ke depan dan menarik kursi yang ada di depan meja kerja lelaki itu, dengan sangat santai ia memperhatikan Hana kembali sambil memegang rahangnya."Apa kau sudah bekerja sebelum ini?""Belum pak, saya baru lulus kuliah satu Minggu yang lalu," jawab Hana berusaha menetralkan rasa gugupnya. Dia berusaha tenang saat ini.Lelaki itu lantas membuka berkas yang ada di hadapannya, ia membaca sekilas nama Hana. "Hana Ilyasa, 25 tahun," lelaki itu membaca nama lengkap Hana beserta umur yang ada di dokumen Hana sambil melihat ke arah Hana."Benar pak," ujar Hana, ia memainkan Jari jemarinya kali ini, saat lelaki itu membaca berkas miliknya."Mahasiswa denga

Latest chapter

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 109 - Berakhir Dengan Pernikahan

    Hana sungguh takut saat ini, bisa bisa nya Devan bertingkah seperti itu di depan ibunya. Jangan di tanya bagaimana rasa gugup dan takutnya Hana saat ini. Dia terus sajaelihat ke arah Maya.Wanita itu tersenyum memejamkan matanya sambil mengangguk pelan dan tersenyum. Pertanda Jika dia sudah merestui hubungan mereka.Devan masih berlutut sambil melihat ke arah Hana Devan harap-harap cemas. Dia benar-benar takut saat ini. Dia berharap jika Hana akan menerimanya.Hana melihat ke arah Devan, kemudian melihat ke arah Aline, Maya dan juga anaknya. Mereka bertiga tersenyum ke arah Hana.Hana kembali melihat ke arah Devan dan tersenyum sambil mengangguk. “Iya, aku mau Devan. Aku mau jadi istrimu.” Hana akhirnya menerima DevanSetelah usai acara malam itu Devan mengantar Hana pulang kembali ke rumah. Berhubung waktu sudah malam Devan langsung pulang dan meminta Hana untuk beristirahat. Sedangkan Aline dan Bu Maya mereka pulang bersama-sama.

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 108 Ajakan Makan malam

    “Tentu saja aku serius, mana pernah aku berbohong padamu,” jawab Aline. “Ya sudah aku hanya ingin menyampaikan itu padamu. Aku harus pulang sekarang.” Aline kemudian langsung melajukan mobilnya, meninggalkan apartemen Hana.Devan yang merasa begitu senang, dia langsung berjalan ke arah kamarnya dan bersiap-siap ingin bertemu dengan Hana.“Aku harus pergi menemuinya dan mengajaknya makan malam.”Devan kemudian menelepon Hana dan mengutarakan niatnya dia mengajak sana untuk makan malam bersama hari ini.Tidak menunggu waktu lama kini Devan sudah terlihat rapi dan siap untuk segera pergi ke rumah Hana. Dengan perasaan yang berbunga-bunga dia keluar dari rumahnya dan melajukan mobilnya ke apartemen Hana.Setelah menerima telepon dari Devan, Hana pun bersiap-siap ingin pergi makan malam dengan lelaki itu dia juga merasa sangat senang sekali.Hana lalu meminta pada Mbak Feni untuk menjaga Kendra terlebih dahulu dan menun

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 107 - Meyakinkan kembali

    Rosiana merasa bersalah pada Aline. Entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu teringat pada Aline.“Kamu benar-benar bodoh Ravi. Apa yang kau lakukan? Kamu menghancurkan masa depanmu sendiri. Dan lihat sekarang kamu harus menikah dengannya.” Rosiana benar-benar merasa kesal dengan apa yang dilakukan oleh Ravi. Dia tidak pernah menyangka jika Ravi akan berbuat segegabah itu. Raffi yang selalu memperhitungkan segala sesuatunya entah apa yang membuatnya menjadi begitu ceroboh dan melakukan kesalahan besar.“Aline, bagaimana dengan gadis itu? Pasti dia sudah mendengar berita ini. Aku harus datang menemuinya dan minta maaf padanya. Harusnya aku mendekatkan mereka sejak dulu.” Rosiana benar-benar menyesal dia tahu akan perasaan Aline pada Ravi anaknya.Rosiana langsung keluar dari ruangan Ravi dan berjalan ke arah ruangan kantor Aline. Dia akan menemui gadis itu sekarang. Rosiana tahu pasti kabar Ini sudah terdengar di telinganya. Paling pasti merasa sedih mendengar berita ini Rosiana berniat

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 106 - Kabar menggemparkan

    Pagi ini Aline berangkat ke kantor tidak seperti biasanya suasana kantor kali ini sedikit berbeda. Sebagian besar karyawan tengah bergunjing. Aline hanya mengerutkan keningnya sambil melihat ke sisi kanan dan ke kiri sepanjang dia berjalan memasuki lobby kantor.“Ada apa dengan mereka. Kenapa semua orang bergunjing pagi-pagi. Seperti nggak ada kerjaan aja.” Aline berusaha mengabaikan suasana kantor pagi ini dia kemudian langsung masuk ke dalam lift.Aline naik ke lantai 5 tempat kantornya berada. Saat berjalan melewati koridor lagi-lagi setiap karyawan sedang bergosip.Aline hanya berjalan sambil melihat ke arah mereka. Dia kemudian masuk ke dalam kantornya, dan di dalam sana pun semakin gencar semua orang tengah berbisik-bisik.“Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan. Sepertinya topik saat ini begitu menarik hingga seisi kantor membicarakannya.”Jujur saja Aline merasa penasaran Bagaimana bisa dari lantai 1 hingga lantai 5 semua karyawan berbisik dan sibuk bergosip. Bahkan merek

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    bab 105 - Permintaan Maaf

    Maya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Maya benar-benar syok dengan kabar yang dia terima. Kakinya terasa lemas wanita paruh baya itu langsung terduduk di kursi. Sungguh Maya tidak menyangka jika Diva sampai hamil seperti ini.Setelah menyampaikan kabar dokter langsung masuk kembali, meninggalkan keluarga Diva.Kedua orang tua Diva yang juga syok mendengar kabar itu mereka langsung duduk dan melihat ke arah Maya.“Bagaimana ini mungkin?” Tanya Maya dia melihat dan menatap tajam ke arah kedua orang tua Diva. “Dengan siapa Diva hamil, anak siapa yang dia kandung?” Maya begitu menuntut dia tidak memberikan celah pada kedua orang tua Diva.Orang tua Diva sendiri juga tidak tahu jika anaknya hamil Mereka sendiri juga terkejut mendengar penuturan dokter.“Kami tidak tahu Bu anak kami itu anak baik-baik, itu pasti anak Devan. Kami tidak pernah melihat anak kami dekat dengan satu lelaki pun yang kami tahu satu-satunya lelaki yang

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 104 – Kecelakaan

    Akhir-akhir ini hubungan Hana dan Devan semakin dekat, mereka sering pergi makan siang bersama. Devan selalu meluangkan waktunya untuk Hana bahkan di hari libur Devan sengaja datang ke rumah Hana dan bermain dengan Kendra.Kali ini Devan benar-benar melakukan apa yang ingin dia lakukan mendekati sana dan menarik simpatinya. Berharap bisa meluluhkan hati wanita itu. Tidak hanya dengan Hana Devan pun mempererat hubungannya dengan Kendra. Devan sudah menganggap Kendra seperti anaknya sendiri. Dia menyayangi anak itu tulus walaupun Kendra bukan darah dagingnya.Tidak hanya itu Devan juga memberi proyek untuk membangun gedung kantor baru yang akan didirikan oleh Devan pada Hana.“Hana tolong bantu aku. Aku ingin kamu menangani proyek, membangun gedung kantor yang akan aku dirikan sebagai perusahaanku nanti.“Kamu ingin mendirikan perusahaan sendiri Devan?” Tanyanya dia begitu senang mendengar kabar yang diberitahukan padanya. Devan hanya menga

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 103 – Semakin Dekat

    Diva langsung ketempat Devan saat sudah mengetahui alamatnya. Dia pergi kesana berusaha untuk mendekati lelaki itu seperti yang di perintahkan oleh Maya. Diva berpakaian seksi berharap Devan bisa terpikat dengannya.“Aku yakin dengan begini dia akan tertarik padaku,” ujarnya dengan penuh percaya diri. Diva lalu turun dari dalam mobilnya dia berjalan ke arah pintu dan membunyikan bel rumah Devan.Devan yang saat itu tengah bersiap hendak keluar mengerutkan kedua kuningnya dia merasa bingung siapa yang datang bertamu ke rumahnya. Tidak ada yang tahu alamat rumahnya kecuali Ravi dan juga ibunya bahkan sampai sekarang Devan tidak memberitahu siapapun dan hanya keluarganya dan orang-orang terdekatnya yang tahu.Dia kan kemudian berjalan ke arah pintu dan membuka pintu itu dia terkejut melihat Diva yang sudah berada di depan pintu sambil tersenyum kepadanya.“Diva?”“Hay, Dev,” Sapa Diva perempuan itu menyiapkan Devan dengan senyum y

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 102 – Mengadu

    Dari arah belakang sedari tadi Ravi mengikutinya ternyata lelaki itu menguntit. Membuntuti mereka. Bahkan dari Devan dan Aline keluar dari kantor. Ravi terus mengikuti mereka. Ravi melihat Devan mengemudikan mobilnya ke arah sekolahan Kendra. Lalu ke arah kantor baru Hana. Tak hanya itu Ravi pun mengikuti mereka hingga sampai ke restoran tempat di mana mereka saat ini sedang makan siang.“Ternyata Devan pergi makan bareng Aline, Hana dan juga Kendra,” gumamnya dalam mobil sambil terus memperhatikan mereka dari jarak jauh. Ravi kemudian mencari ponselnya membuka layar itu dan menekan kamera dia akan foto mereka sebagai bukti.“Ini akan menjadi bukti, aku akan menyerahkan ini pada Tante Maya.” Ravi mau foto mereka dari dalam mobil. Dia mengambil beberapa foto untuk diberikan pada Maya.Ravi kemudian melihat hasil jepretannya dia terus berpikir sendiri di atas mobilnya. “Apa yang harus aku lakukan dengan ini. Apa yang harus aku katakan pada Tante Maya

  • ONE Night Stand With CEO Tampan    Bab 101- Bisikan Aline

    Ravi terus melihat ke arah Devan. Dia tidak menemukan apapun disana, raut wajah Devan mengatakan yang sebenarnya. “Selamat menikmati.” Ravi hanya berkata seperti itu pada Devan namun dalam hati dia meragukannya. “Apa mungkin Devan punya rencana khusus saat ini?” Mendengar ucapan Ravi. Devan dan Aline langsung pergi meninggalkannya. Ravi masih terus melihat kepergian Devan. “Rasanya tidak mungkin Jika dia begitu senang saat keluar dan menyerahkan posisinya seperti itu pasti ada sesuatu.” Ravi terus berpikir jika Devan memiliki sesuatu yang mungkin sedang direncanakan bersama Aline. “Aku harus mengikutinya.” Ravi pun berniat untuk mengikuti mereka. Devan dan Aline sekarang keluar dari kantor mereka menggunakan mobil Devan. Saat di mobil Devan melihat ke arah Aline. “Aline, coba kamu telepon Hana. Bilang padanya jika kita sudah berada di jalan untuk menjemputnya makan siang.” Karena Devan yang saat ini seda

DMCA.com Protection Status