Xander sedang dalam perjalanan menuju apartemen pribadinya setelah dia mampir ke kediaman utama keluarga Malik untuk mengecek kondisi kesehatan sang Omah. Jarvis dan Raga menemaninya saat itu.
Jarvis menoleh kebelakang, ada sesuatu hal penting yang ingin dia katakan, namun dia terlihat ragu-ragu sebab dia tahu bahwa hati sang bos saat itu sedang dalam keadaan tidak baik.
Pertengkaran demi pertengkaran yang terjadi antara Sarah dengan Xander akibat perbedaan pendapat merekalah yang membuat Xander merasa tertekan. Dirinya tidak ingin menuruti apapun perintah sang Omah, namun dia juga tidak mau Omahnya kecewa jika dia harus kalah dalam persidangan nanti.
Xander benar-benar dilema. Posisinya kian sulit. Terlebih atas sesuatu yang baru-baru ini dirasanya muncul dan tumbuh di hatinya. Sebuah perasaan baru yang tak pernah Xander rasakan seumur hidup bahkan terhadap wanita-wanita yang pernah singgah dengan status kekasih dalam hid
Sidang ke dua kasus perwalian hak asuh Arsenio Malik Akbar pun di gelar hari ini.Para wartawan terlihat bersiaga menunggu kedatangan ke dua belah pihak antara pihak tergugat dan pihak penggugat.Mischa dan Aldrian tiba lebih dulu.Mobil Aldrian yang terlihat memasuki area parkiran gedung pengadilan langsung di serbu oleh para wartawan pemburu berita."Tidak usah tegang. Santai saja," ucap Aldrian pada Mischa sebelum mereka keluar dari mobil. Aldrian keluar lebih dulu dan membantu Mischa keluar dari mobil setelahnya untuk segera membawa Mischa menghindari kejaran para wartawan.Aldrian terus menggenggam jemari Mischa sampai mereka masuk ke dalam gedung pengadilan."Mischa, kenapa wajahmu pucat sekali?
Di luar pengadilan, Mendy terlihat susah payah mengejar Xander yang berjalan cukup cepat.Sampai akhirnya, lelaki berjas hitam itu pun berhenti di sebuah tempat yang cukup sepi."Xander, kenapa kamu menghindari aku?" tanya Mendy yang langsung melingkarkan tangannya di lengan Xander."Kenapa kamu datang? Bukankah aku sudah melarang?" tanya Xander datar. Dia bahkan tidak menatap Mendy saat itu."Hari ini hari penting. Mana mungkin aku tidak datang. Aku hanya ingin memberimu semangat, sayang..." ucap Mendy dengan logat manjanya. Dia memposisikan dirinya berhadapan dengan Xander sambil memulas senyum termanisnya. Sayangnya, yang didapatnya dari Xander hanyalah sebuah tatapan tajam dan menusuk.
Setengah jam berlalu.Persidangan pun dilanjutkan.Setelah membuka persidangan presidium pun meminta pihak tergugat untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang telah dipersiapkan.Aldrian berdiri dengan penuh percaya diri.Dia memberi hormat pada hakim ketua sebelum mulai berbicara."Sebelumnya aku ingin mengajukan beberapa pertanyaan kepada klienku sekarang," ucap Aldrian pada hakim ketua."Ya, dipersilahkan,"Aldrian berdiri menghadap ke arah Mischa duduk."Nona Mischa, anda pernah mengalami depresi pasca melahirkan, apa benar hal itu terjadi sesaat setelah anda melahirkan anak anda?" tanya Aldrian pada Mischa.
Ruangan sidang telah sepi.Semua orang telah keluar untuk beristirahat selama penundaan sidang, kecuali Aldrian dan Mischa.Berulang kali Aldrian membujuk Mischa untuk mengajaknya keluar dan makan siang, tapi Mischa menolak. Sementara Aldrian sendiri tidak mungkin meninggalkan Mischa seorang diri.Sejujurnya, dalam hati, Aldrian kecewa terhadap Mischa. Seandainya saja Mischa bersedia mengikuti anjurannya. Mungkin keadaanya tidak akan seterpuruk ini. Kini, Aldrian sendiri tak mampu meyakini bahwa Mischa bisa memenangkan kasus ini.Bukti-bukti yang telah dikeluarkan Xander sangat kuat. Dan hal itu cukup membuat Hakim akan berpikir bahwa Mischa tidak layak menjadi seorang Ibu tunggal bagi Arsen jika selama ini Mischa berprofesi sebagai seorang PSK.Dan bodohnya, Kenapa Mischa tidak pernah bercerita tentang hal i
Apa yang terjadi hari ini seperti sebuah mimpi buruk bagi Mischa.Dia benar-benar tak menyangka jika hari ini akan terjadi. Hari dimana dia harus melepaskan satu-satunya orang yang menjadi alasannya untuk terus hidup. Satu-satunya orang yang begitu berarti dalam hidupnya.Arsen.Malam ini Mischa terus melamun di kamar sejak sore tadi Arsen di jemput Lulu untuk bermain bersama Kiki di kediaman Lulu.Sebagai seorang Ibu, Lulu jelas tahu apa yang dirasakan oleh Mischa saat ini.Itulah sebabnya dia terus menemani Mischa di kediaman sahabatnya itu. Lulu takut terjadi hal buruk menimpa Mischa. Sahabatnya itu tampak sangat kacau. Dia terus terdiam di atas tempat tidur, terduduk sambil memeluk ke dua lutut. Tak ada isakan, tapi lelehan air matanya terus mengalir keluar tanpa henti.Melihat hal itu, hati Lulu jelas teriris pilu.Lulu pun menghampiri Mischa di kamar
"Papah, kita mau kemana?" tanya Arsen kepada sang Ayah saat mereka sedang dalam perjalanan menuju kediaman utama keluarga Malik. "Kita mau ke rumah Papah. Nanti di sana Arsen akan Papah kenalkan dengan Omah Sarah. Dia itu nenek Papah. Arsen juga bisa panggil dia Omah, seperti Papah memanggilnya," jelas Xander. "Apa Omah Sarah baik?" tanya Arsen lagi. "Omah Sarah orangnya baik. Asalkan Arsen bisa menjaga sikap dan cara bicara Arsen dihadapan Omah Sarah. Dia tidak terlalu suka dengan orang yang banyak bicara. Jadi, kalau nanti Arsen bertemu Omah Sarah, kalau tidak ditanya apa-apa, Arsen diam saja, ya?" Arsen pun mengangguk paham dan membiarkan Xander melanjutkan kata-katanya. "Omah Sarah sudah menyiapkan kamar yang bagus dan luas untuk Arsen dan dia
Seorang wanita berlari tertatih dengan kaki setengah pincang, menyusuri lorong gelap dan sepi. Sesekali dia menoleh ke belakang dengan ekspresi cemas dan takut. Wanita itu terus berlari sambil menggenggam kuat sebuah ponsel di tangannya. Hingga akhirnya, Aliana berhasil keluar dari lorong gelap itu dan sampai di sebuah trotoar pejalan kaki yang cukup ramai oleh lalu lintas dan para pedagang kaki lima. Aliana masih terus berlari dengan susah payah. Namun dia sadar, sosok Denis pasti masih terus mengejarnya. Denis tidak akan berhenti mengejarnya meskipun dirinya berlari ke ujung dunia sekalipun. Jadi, satu-satunya cara yang bisa membuatnya selamat dari kejaran Denis hanyalah bersembunyi. Sebuah mobil mewah terparkir di pinggir trotoar tepat di depan sebuah club malam. Seorang laki-laki berjas hitam terlihat berjalan keluar dari Club dan melangkah ke arah mobil itu.
Di sepanjang perjalanannya mencari Mischa, Aldrian terus mencoba untuk menghubungi Mischa meski hasilnya tetap saja nihil. Ponsel Mischa aktif, tapi sepertinya Mischa memang sengaja tidak menyalakan dering ponselnya, tapi yang pasti Mischa memiliki alasan untuk itu. Aldrian masih terus mencari sampai akhirnya dia teringat sesuatu. Apa mungkin Mischa mendatangi kediaman Xander untuk menemui Arsen? Pikir Aldrian membatin, hingga setelahnya Aldrian pun memutar kemudinya menuju kediaman utama keluarga Malik. Semoga saja dia bisa menemukan Mischa di sepanjang perjalanan menuju rumah itu. Dan benar saja, di tengah perjalanan, Aldrian melihat sekelompok orang yang terlihat
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu
Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.
Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.
Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it
Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid
Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.
Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.
Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?