Lagi dan lagi, semua halnya sudah diatur secara sempurna oleh Jarvis setelah Xander memintanya untuk memesankan sebuah kamar hotel kelas VVIP di sebuah hotel bintang lima yang terletak di pusat kota Surabaya.
Dikarenakan urusan kantor yang tak bisa ditinggal terlalu lama, sore itu Jarvis dan Aliana pamit untuk kembali ke Jakarta. Dan Xander menjadikan alasan untuk mengantar Jarvis dan Aliana kepada ke Ibu dan Bapak mertuanya agar dirinya berkesempatan memiliki me time bersama Mischa. Untungnya Arsen tidak rewel ingin ikut. Anak itu sepertinya sangat memahami apa yang diinginkan sang Papah.
Hindun, Suroto dan Arsen mengantar kepergian mereka sampai di teras.
Mereka pergi mengendarai mobil ma
Hayo, siapa yang nungguin part malam pertamanya Xander dan Mischa? Kuy ramaikan dulu cerita ini dgn ulasan terbaik kalian ya... Bab selanjutnya harap siapkan kipas supaya gak kepanasan... Stay tuned...
Sepanjang perjalanan menuju hotel Xander terus tersenyum. Bayangan tubuh Mischa dengan pakaian dalam pilihannya terus berputar di kepalanya. Membuat dia semakin tidak sabar untuk cepat-cepat menuntaskan apa yang memang seharusnya dia tuntaskan. Malam ini. "Sudah, jangan cemberut terus..." goda Xander saat dirinya dan Mischa baru saja keluar dari lift hotel. Sesekali Xander melirik jahil ke arah sang istri yang terus saja memasang wajah masam. Bahkan saat tangan Xander hendak merangkulnya, Mischa langsung menghindar. Mischa masih belum terima atas pemaksaan yang dilakukan Xander terhadapnya di dalam kamar pas tadi. Bahkan saat tubuh Mischa sudah hampir naked dihadapan Xander, laki-laki itu justru menggodanya dengan sebuah siulan dan lebih gilanya lagi, Xander juga melarang Mischa untuk melepas pakaian dalam itu, bahkan dengan santainya Xander memunguti pakaian dalam Misc
Mischa berbaring dipelukan Xander.Tubuh mereka masih sama-sama polos berbalut selimut tebal. Efek perih itu masih terasa di kedua pangkal pahanya setelah bertubi-tubi dirinya dihujani kenikmatan oleh Xander. Untuk itulah dia sengaja merapatkan kedua kakinya. Sementara kedua tangannya melingkar di atas dada Xander, sesekali memilin gemas lingkaran puting Xander yang berukuran mini. Wajah manisnya terus memulas senyum. Tatapannya tak sama sekali beralih dari wajah Xander yang tampak lelah."Sudah hampir pagi, kamu tidak tidur Mischa? Sampai kapan kamu akan memperhatikan aku terus seperti itu?" ucap Xander dengan kedua matanya yang sudah terpejam meski dia tidak tidur betulan.Mischa tersenyum lebar. Ditariknya wajah Xander agar menghadap ke arahnya, membuat si pemilik wajah kembali membuka mata. Hingga tatapan keduanya saling beradu satu sama lain dengan jarak yang terbilang cukup dekat.
Sore harinya, Mischa dan Xander kembali ke kediaman Mischa setelah sebelumnya mereka menghabiskan waktu berdua seharian dengan berkeliling kota Surabaya.Hari itu Mischa terlihat sangat bahagia, sama halnya seperti Xander. Mereka pulang dengan begitu banyak tentengan belanjaan yang kebanyakan berisi mainan.Itu adalah salah satu cara Xander untuk menyuap Arsen supaya bocah itu tidak merajuk karena terlalu lama ditinggal pergi kedua orang tuanya.Arsen sangat senang setelah melihat betapa banyak mainan baru yang dibelikan sang Papah untuknya. Dia langsung sibuk dengan mainan-mainan itu."Ini ponselmu, Nak Xander, tadi siang seorang kurir yang mengantarnya ke sini," beritahu Hindun seraya memberikan benda pipih di tangannya pada sang menantu.Xander tahu, pasti Jarvislah yang telah mengirimkan ponsel miliknya itu melalui jasa pengiriman barang."Terima kasih Bu," ucap Xander
Setibanya di Jakarta siang tadi, Jarvis dan Aliana langsung mendatangi bekas kediaman keluarga Denis di daerah kebayoran.Mereka hendak menggali informasi lebih lanjut mengenai almarhum ayah Denis yang sempat bekerja sebagai pembunuh bayaran setelah sebelumnya mereka berusaha mencari informasi dari beberapa rekan dan kerabat jauh dari keluarga Denis sendiri.Rumah itu memang sudah lama tak berpenghuni. Tak ada satu pun keluarga Denis yang berani menempati rumah itu setelah apa yang terjadi menimpa keluarga Denis di dalam rumah itu. Bahkan ketika mereka berusaha untuk menjualnya, sampai detik ini, tak ada satu pun orang yang berniat membelinya.Di temani seorang anggota keluarga Denis, Jarvis dan Aliana sempat mengobrak-abrik isi rumah itu dimana perabotan di sana masih terlihat utuh meski sangat berdebu.Setelah berkutat kurang lebih tiga jam, tak ada satu pun bukti yang bisa mereka jadikan pegangan untuk
"Xander, tidurlah, ini sudah malam," ajak Mischa saat itu.Sejak kedatangan Sarah tadi sore ke kediaman Mischa dan memberitahukan peristiwa penculikan yang dilakukan Ayahnya terhadap sang Ibu, membuat perasaan Xander terus dirundung cemas.Meski pihak kepolisian telah dikerahkan untuk menyelidiki kasus itu, tapi tetap saja, Xander tidak bisa tenang. Jangankan untuk tidur, makan saja Xander mendadak kehilangan selera. Dia sungguh mencemaskan keadaan Ibunya."Aku benar-benar tak menyangka Om Dirga bisa melakukan tindakan seperti itu, entah kenapa, aku merasa semua ini mustahil terjadi. Aku cukup mengenal Om Dirga, dia itu laki-laki yang baik, dan setahuku dia sangat mencintai Tante Diana, jadi... Rasanya tidak mungkin jika dia sampai tega menyakiti Tante Diana," ucap Mischa menuturkan isi hatinya. Bagi Mischa, kejadian ini terasa janggal.Xander yang sejak tadi terdiam di sisi tempat tidur langsung bergeming
Sayup-sayup suara adzan shubuh terdengar berkumandang.Perlahan Xander membuka matanya.Semalam dia tertidur setelah lelah menangis dalam pelukan istrinya. Genangan air matanya terasa mengering di pipi. Dan saat Xander sudah sadar sepenuhnya, dia justru dikagetkan dengan posisi Mischa yang tertidur dalam posisi duduk dengan kaki yang berselonjor di kasur, sementara kepala Xander berada di atas pangkuannya.Xander tersenyum tipis. Semalaman dirinya diperlakukan layaknya anak kecil oleh sang istri sampai Mischa tertidur dalam posisi itu. Pasti rasanya sangat tidak nyaman.Xander hendak membetulkan posisi tidur Mischa, tapi di saat yang bersamaan Mischa justru malah terbangun.Wajah Mischa sedikit meringis karena dia merasakan kakinya yang sedikit kram. "Eh, kamu sudah bangun?""Tidurlah lagi, pasti tidurmu tidak nyenyak karena harus menjaga bayi besar seperti aku semalaman t
Suara alarm yang berbunyi nyaring terdengar dari ponsel milik Aliana dan hal itu cukup mengejutkan sang pemilik.Aliana bergeming dari posisi tidurnya saat itu, kedua matanya masih begitu berat untuk di buka. Kepalanya pening, dan seluruh tubuhnya terasa pegal. Dia meraba-raba ke sembarang arah, berusaha meraih ponselnya yang jelas-jelas tergeletak jauh darinya. Ingatannya akan kejadian tadi malam belum sepenuhnya timbul.Hingga setelahnya, tangan Aliana mendapati tubuh lain tengah tertidur di sisinya. Bahkan dalam samar, Aliana bisa mendengar suara dengkuran halus yang keluar.Kedua mata Aliana langsung terbuka dan menjadi sangat terkejut saat dilihatnya Jarvis tengah tertidur di sisinya dalam keadaan pria itu yang bertelanjang dada. Bahkan Jarvis hanya mengenakan celana pendek saja saat itu.Aliana membuka selimut yang membalut tubuhnya dan mendesah lega ketika mendapati pakaiannya masih utuh seperti sem
Mischa keluar dari kamar dengan ekspresi wajahnya yang tidak biasa setelah dia sempat menerima telepon dari Jarvis di dalam kamarnya tadi.Usai berpamitan pada Hindun dan Suroto, Mischa keluar dari rumahnya dan beranjak ke arah mobil sang suami, di mana di dalamnya, sang Omah beserta asistennya sedang menunggu.Kalimat demi kalimat yang dilontarkan Jarvis di telepon cukup membuat Mischa merinding.Mendadak dia jadi takut pada manusia di sampingnya saat ini.Tapi, Jarvis sudah menyusun rencana dan lelaki itu meminta bantuan Mischa.Jadilah, untuk sementara Mischa harus bersandiwara."Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Aldrian, bisa-bisanya dia memfitnah Kakaknya sendiri, Omah yakin Xander tidak bersalah. Kamu tenang saja Mischa, kita akan cari cara untuk membebaskan Xander, tapi yang terpenting kita juga harus menemukan di mana lokasi Dirga menyekap Diana," ucap Sarah
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu
Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.
Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.
Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it
Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid
Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.
Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.
Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?