Suara alarm yang berbunyi nyaring terdengar dari ponsel milik Aliana dan hal itu cukup mengejutkan sang pemilik.
Aliana bergeming dari posisi tidurnya saat itu, kedua matanya masih begitu berat untuk di buka. Kepalanya pening, dan seluruh tubuhnya terasa pegal. Dia meraba-raba ke sembarang arah, berusaha meraih ponselnya yang jelas-jelas tergeletak jauh darinya. Ingatannya akan kejadian tadi malam belum sepenuhnya timbul.
Hingga setelahnya, tangan Aliana mendapati tubuh lain tengah tertidur di sisinya. Bahkan dalam samar, Aliana bisa mendengar suara dengkuran halus yang keluar.
Kedua mata Aliana langsung terbuka dan menjadi sangat terkejut saat dilihatnya Jarvis tengah tertidur di sisinya dalam keadaan pria itu yang bertelanjang dada. Bahkan Jarvis hanya mengenakan celana pendek saja saat itu.
Aliana membuka selimut yang membalut tubuhnya dan mendesah lega ketika mendapati pakaiannya masih utuh seperti sem
Mischa keluar dari kamar dengan ekspresi wajahnya yang tidak biasa setelah dia sempat menerima telepon dari Jarvis di dalam kamarnya tadi.Usai berpamitan pada Hindun dan Suroto, Mischa keluar dari rumahnya dan beranjak ke arah mobil sang suami, di mana di dalamnya, sang Omah beserta asistennya sedang menunggu.Kalimat demi kalimat yang dilontarkan Jarvis di telepon cukup membuat Mischa merinding.Mendadak dia jadi takut pada manusia di sampingnya saat ini.Tapi, Jarvis sudah menyusun rencana dan lelaki itu meminta bantuan Mischa.Jadilah, untuk sementara Mischa harus bersandiwara."Aku benar-benar tidak habis pikir dengan Aldrian, bisa-bisanya dia memfitnah Kakaknya sendiri, Omah yakin Xander tidak bersalah. Kamu tenang saja Mischa, kita akan cari cara untuk membebaskan Xander, tapi yang terpenting kita juga harus menemukan di mana lokasi Dirga menyekap Diana," ucap Sarah
Jarvis sudah berhasil melacak lokasi di mana ponsel Mischa terakhir aktif. Lelaki itu pun meminta bantuan pada kawan-kawan mantan anggota genknya terdahulu untuk ikut serta mencari di mana keberadaan Mischa saat ini. Sebab, dia tahu, dia tak mungkin bisa menangani masalah ini seorang diri. Kendaraan mereka kini sudah menelusuri daerah sekitar hutan di mana signal ponsel Mischa mengarah ke sana dan mengikuti jejak mobil yang masuk ke area sekitar hutan tersebut. Namun, mereka tak menemukan siapapun di dalam hutan belantara itu. Hanya sebuah pondok kosong yang tak berpenghuni. Setelah menggeledah seluruh sisi ruangan pondok tersebut, salah satu kawan Jarvis menemukan sebuah tas di mana isi tas itu berisi dompet dan ponsel milik Mischa. Tidak salah lagi dugaannya, jika Shinta memang berniat ingin mencelakai Mischa. Jarvis kembali memutar otak hingga setelahnya, dia meminta sebagian kawan
Malam itu juga, setelah berhasil membekuk Shinta dan Sean, Jarvis langsung membawa kedua orang itu menuju hotel tempat di mana Aldrian menginap.Shinta harus menjelaskan semua duduk perkaranya dihadapan Aldrian langsung, agar kesalahpahaman di antara Aldrian dengan Xander terselesaikan.Di sepanjang perjalanan, Jarvis terus mencecar Shinta agar wanita tua bangka itu memberitahunya mengenai keberadaan Mischa saat ini, tapi sayangnya, Shinta sama sekali tak mau buka suara sama halnya dengan Sean.Kedua wanita itu terus saja diam, meski sempat mendapat beberapa ancaman dari Jarvis.Shinta dan Sean sama sekali tak bergeming.Bahkan sesekali dia tersenyum kecut tatkala Jarvis yang kehilangan kendali atas emosinya justru menumpahkannya melalui satu tamparan keras di wajah Sean."Sampai mati pun, aku tak akan memberitahukan di mana kini Mischa berada!" desis Shinta di tengah keka
Setelah memastikan kondisi sang Ayah dan juga sang Omah baik-baik saja, kini Xander didampingi Jarvis langsung bertolak ke tempat di mana Jarvis menyekap Shinta.Sekuat tenaga, Xander mencoba untuk menahan ledakan emosinya. Meski dalam hati kecilnya, dia tak memungkiri bahwa sejumput rasa kasihan itu hadir saat dilihatnya kondisi Shinta saat ini.Sepertinya, Jarvis tidak hanya mengancam wanita ini dengan kata-kata melainkan dengan beberapa pukulan juga."Di mana Mischa berada sekarang?" tanya Xander dengan suara super pelan meski gemelutuk rahangnya terlihat begitu jelas menandakan bahwa lahar panas di tubuhnya seakan-akan bisa meledak kapan saja.Xander mengambil posisi duduk berhadapan dengan Shinta yang terikat di atas sebuah kursi besi."Aku tidak tahu," jawab Shinta dengan tatapan lurus dan sinis. Seolah dia menantang Xander."Aku tanya sekali lagi, di mana Mischa? Di
Sebuah Cadillac hitam tampak melaju di sepanjang jalur tepi pantai Florida dan berhenti di salah satu spot terbaik di tepi pantai itu.Seorang supir turun dari dalam mobil diikuti oleh seorang wanita cantik bergaun hitam.Wanita itu tampak bercakap dengan beberapa kru film sebelum akhirnya dia dipanggil oleh sang sutradara untuk reka adegan.Ini adalah syuting pertamanya di Florida, sebelum mereka kembali bertolak ke Indonesia untuk syuting beberapa adegan lain dalam film mereka.Sebuah film action romantic yang di sutradarai oleh Nick Galiman. Seorang Sutradara handal asal Indonesia. Sementara film ini di produseri oleh sebuah perusahaan besar asal Indonesia yakni perusahaan Malik Grup.Wanita bergaun hitam tadi sudah mengganti busananya dengan bikini merah.Tubuh sexynya terlihat begitu menggoda.Adegan shoot pun dimulai.
Malam itu hujan turun dengan sangat deras. Petir dan kilat bersambar saling beradu bersahut-sahutan. Suasana jalan sangat lengang. Tak ada satu pun kendaraan yang berlalu lalang di sekitar. Tak ada juga manusia-manusia yang keluar dari persembunyiannya.Seorang laki-laki terlihat berjalan di tengah-tengah jalan raya seperti orang gila. Dia berjalan dengan tubuh yang sudah basah kuyup bahkan tanpa alas kaki. Air matanya yang mengalir deras samar terbalut air hujan. Dingin yang menyelimuti tubuhnya tak lagi dia rasa, sebab hatinya lebih dingin lagi. Seperti membeku. Sampai mati rasa. Saking nyerinya. Tak tertahankan.Dia berjalan dan terus berjalan menyusuri sepanjang jalan itu. Kedua tangannya dia lipat kuat-kuat di depan dada. Memeluk tubuhnya sendiri.Dia terus berjalan bahkan tanpa tahu kemana arah yang akan dia tuju, yang dia tahu dia hanya ingin melakukan sesuatu yang bisa mengurangi sakit yang seolah merajam, menghunus, merobek, menyayat dan menikam hatinya
Beberapa Bulan Kemudian... Hari-hari silih berganti. Warna langit kian berubah-ubah. Menghadirkan cuaca yang tak dapat ditebak. Kadang hadirnya hujan mampu menenangkan hati, menentramkan jiwa. Tapi tak jarang bahwasanya hujan yang membuat bumi basah namun tak juga melunturkan luka yang terlanjur mengering di hati seseorang. Hingga hadirnya yang sesaat hanya menimbulkan rasa rindu yang kian hari menjadi begitu berat. Rindu itu membunuhnya. Menikamkan luka dan merobek asa. Menyulam hatinya dengan satu persatu jahitan yang justru membuatnya semakin tersiksa. Dia terus mencoba bangkit lalu jatuh lagi. Bangkit lagi tapi kemudian jatuh lagi. Tulang-tulang kakinya seolah patah bersamaan patahnya hati yang selama ini begitu kokoh terjaga oleh cinta. Hingga saatnya cinta itu pergi, membawa sebagian jiwanya, menghancurkan harapannya dan meremukkan seluruh tula
"Hah? Cuti?" pekik Aliana kaget saat Jarvis mengatakan bahwa dirinya baru saja mendapat cuti kerja selama satu minggu setelah Xander kembali masuk kerja."Ya, Xander yang menyuruhku untuk mengambil cuti," jawab Jarvis dengan wajah sumringah. "Ini kesempatan bagus, jarang-jarang Bosku yang satu itu menyuruhku cuti selama ini, makanya tanpa berpikir aku langsung menyetujuinya. Lagi pula, akukan ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersamamu... Aduh!"Aliana langsung memukul dada Jarvis dengan pukulan yang cukup kencang sampai lelaki itu meringis kesakitan. "Tidak usah pasang tampang mesum dihadapanku ya?" sentak Aliana galak."Kita inikan sudah resmi berpacaran, masa aku tidak boleh bermesraan dengan kekasihku sendiri?" timpal Jarvis dengan rengekan kecil.Sejak hari itu, di saat Jarvis berhasil mengumpulkan segenap keberaniannya untuk mengungkapkan apa yang selama ini dia rasakan terhadap Aliana, tanpa pernah lelaki itu duga bahwa sebenarnya, diam-diam Al
Satu Bulan sebelum prolog... Malam kian larut tapi suasana di Club malam elit The Dragon's Club justru semakin meriah. Lima orang lelaki berpakaian casual tampak asik bercengkrama di pojokan ruangan. Yakni sebuah tempat yang sudah menjadi lokasi base camp mereka jika sedang bebas tugas. Ya, mereka adalah Alvin, Roni, Tio, Bagas dan Arsen. Lima orang tentara berpangkat mayor yang sedang menikmati waktu luang mereka dengan berpesta pora. Sekedar merelaksasi otot-otot tubuh yang tegang setelah bertugas di medan perang. "Udah lama kita nggak main Truth Or Dare," celetuk Alvin setelah menenggak habis botol vodkanya. Alvin memposisikan botol kosong itu di tengah-tengah meja yang melingkar. "Ah, nggak usah mulai deh Vin!" sahut Tio tidak setuju. "
Acara pernikahan mewah itu baru saja berlangsung. Kedua mempelai sudah berada di dalam kamar pengantin mereka. Handaru menghampiri Mitha yang tampak kesulitan membuka gaun pengantinnya. "Sini, aku bantu," ucap Handaru dengan senyuman ramahnya. Lelaki itu membantu sang istri melepas satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Mitha hingga menyisakan pakaian dalam saja yang membalut tubuh mungil itu. Merasa malu karena ini pertama kalinya dia berada satu kamar dengan Handaru, Mitha buru-buru mengambil jubah mandi dan mengenakannya. "Kamu mau mandi?" tanya Handaru pada Mitha, wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya. Menjadi seorang Nyonya Handaru Pratama. Sang Milyuner yang kekayaannya tak akan habis tujuh turunan. Mitha mengangguk, pipi wanita itu merona. "Boleh aku ikut?" ucap Handaru dengan kerlingan nakal. Mitha memukul bahu
Enam bulan kemudian...Di sebuah tanah lapang berumput hijau dengan pemandangan alam yang indah di sekitarnya, sebuah keluarga tampak berkumpul menikmati indahnya hari.Sudah menjadi rutinitas wajib bagi keluarga Malik untuk mengadakan piknik keluarga di akhir pekan."Arsen, ayo makan dulu," teriak Diana yang ikutan berlari mengejar sang cucu yang asik bermain bola bersama Dirga.Sarah yang tampak asik mengobrol dengan Berta. Mereka duduk di atas tikar piknik dengan berbagai macam makanan lezat yang mereka bawa.Sementara itu, di sisi lain lokasi tersebut Xander, Jarvis dan Aldrian tampak asik menikmati indahnya pemandangan."Kamu sudah pantas menggendong anak, Al. Mau sampai kapan menjomblo terus?" ucap Xander menggoda Aldrian yang saat itu sedang menggendong salah satu bayi kembar sang Kakak.
Seorang wanita tampak menarik napas dalam-dalam. Peluh menetes membanjiri wajahnya yang pucat. Sesekali terdengar rintihan dan teriakan dari arah brankar ruangan bersalin itu tatkala si wanita merasa dirinya tak mampu lagi menahan nyerinya kontraksi.Sejak kepulangan keluarga Malik usai menghadiri acara pernikahan Jarvis dan Aliana, lalu mereka melangsungkan acara pesta barbeque di halaman rumah kediaman Malik yang luas, seharian itu Mischa memang kurang istirahat. Terlebih efek gembira ketika dirinya mampu berjalan kembali seperti sedia kala.Mischa terus beraktifitas, berjalan mondar-mandir ke sana kemari dengan keadaan perutnya yang buncit.Hingga pesta usai, Mischa justru harus kembali melakukan aktifitas ranjang bersama sang suami hingga waktu mendekati pagi.Itulah sebabnya, menjelang fajar di pagi hari, Mischa merasakan perutnya mulas dan kram."Xander..." gumam Mischa lirih.
Acara sakral itu berlangsung begitu khidmad dan lancar.Jarvis sangat tenang saat melafalkan kalimat ijab dan kabulnya.Setelah ijab dan kabul usai, lalu kedua mempelai menyambut tamu undangan yang hendak bersalaman di atas pelaminan, sore harinya acara pun selesai.Jarvis dan Aliana sudah berganti pakaian. Kini mereka sedang berkumpul di lapangan parkir gedung hendak pulang. Saat itu keluarga Malik terlihat berkumpul di sekitar area parkir, mereka menunggu kedatangan pasangan pengantin baru. Malam ini, keluarga Xander berencana mengundang Jarvis dan Aliana untuk makan malam bersama di kediaman utama keluarga Malik.Baik Jarvis dan Aliana, yang memang sama-sama tak memiliki keluarga, jelas sangat senang atas undangan itu. Bahkan jika hari weekend tiba, mereka seringkali ikut nimbrung dalam acara piknik keluarga Malik. Dan bagi keluarga Malik, mereka sudah layaknya keluarga sendiri.Saat it
Mentari pagi terlihat bersinar cerah di angkasa. Cahayanya menerobos jendela kaca bening sebuah kamar besar nan mewah yang terletak di salah satu perumahan elit Jakarta.Mischa menggeliat tatkala wajahnya terkena pantulan cahaya matahari langsung. Dia mengernyitkan kening, menguap satu kali seraya mengucek ke dua bola matanya secara bersamaan.Ketika kedua bola matanya berhasil terbuka, Mischa tak mendapati sosok Xander di sisinya.Mungkin, suaminya itu sedang di kamar mandi, pikirnya.Tubuh Mischa kembali menggeliat. Dia merentangkan ke dua tangannya ke atas. Entah kenapa, pagi ini dia bangun dengan keadaan tubuh yang lebih segar dari kemarin-kemarin.Apa mungkin karena...?Kedua pipi Mischa mendadak merona, saat otaknya kembali memutar kejadian tadi malam di dalam kamar ini.Bahkan setelah hampir dua bulan berlalu tanpa adanya aktifitas ranjang dalam bid
Selang satu bulan sejak penolakan yang dilakukan Mischa pada Xander, silih berganti pihak keluarga datang mengunjungi Mischa. Baik itu Dirga maupun Diana. Sayangnya, usaha mereka sia-sia. Mischa tetap pada pendiriannya semula. Bahkan dengan teganya Mischa justru meminta Xander menceraikannya. Hindun dan Suroto sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Mischa pada pihak keluarga Xander yang semakin membuat pihak keluarga merasa miris akan keadaan Mischa saat ini. Terlebih dengan Diana. Dirinya tidak menyangka jika apa yang dia alami dahulu di masa muda kini harus berlanjut menimpa Mischa, sang menantu kesayangannya. Dengan segala daya dan upaya mereka terus berusaha meyakinkan Mischa agar Mischa tidak terus menerus larut dalam rasa traumanya. Namun sayang, semua usaha merega gagal dan tak membuahkan hasil.
Suara Adzan Isya baru saja berkumandang.Seorang wanita dengan perutnya yang membuncit sudah siap dengan mukenanya, dia hendak melaksanakan shalat Isya berjamaah dengan Hindun dan Suroto, kedua orang tuanya. Wanita itu duduk di atas kursi roda, sementara Hindun berdiri di sampingnya."Allahu Akbar," Suroto memulai takbir pertama tanda shalat telah dimulai.Para makmum mengikuti di belakang.Dalam suasana seperti inilah, hal yang selalu Mischa tunggu-tunggu.Hatinya terasa jauh lebih tenang.Sampai detik ini, Mischa masih terus menerus dihantui bayang-bayang mengerikan sekaligus menjijikan yang pernah dia alami sewaktu di Florida.Semua kejadian buruk yang menimpanya sebelum akhirnya Tuhan menyelamatkannya melalui Mendy.Satu alasan besar yang menjadikan Mischa tidak ingin bertemu Xander dalam keadaannya sekarang, saat dirinya tahu bahwa dia telah mengandung, setelah apa yang sudah dilaluinya di Florida setengah tahun yang lalu.
Selang satu jam kemudian.Xander baru saja mengirim pesan singkat pada Diana bahwa dia akan pulang terlambat.Lelaki itu sudah berada di Club sejak sepuluh menit yang lalu. Xander hanya memesan cocktail dengan kadar alkohol yang sangat sedikit. Dia sudah berjanji pada Mischa untuk tidak mabuk-mabukkan lagi. Dan Xander akan berusaha untuk tetap menepati Janjinya walau tak ada Mischa sekali pun.Xander masih bergelut dengan ponsel pribadinya.Satu hal yang menjadi kebiasaannya saat sedang sendirian, yakni menatap lama wajah Mischa di balik layar ponselnya.Senyuman Mischa seolah menjadikan penyemangat hidupnya kali ini. Meski hanya sebatas gambar saja. Tapi Xander tak pernah bosan menatapnya.Dengan ujung jari telunjuknya, Xander mengusap wajah Mischa yang sedang tersenyum, sangat manis.Di mana kamu berada saat ini, Mischa?