Share

Godaan

Penulis: Pipit Aisyafa
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-06 15:33:37

Aku sejenak berfikir. Mencerna tentang maksud yang di utarakan Mas Rian dengan memberi pinjman.

"Bagaimana, Fit?" Mas Bayu kembali membuka suara. Mungkin ia heran dengan expresiku yang tak menunjukan rona bahagia. Padahal sudah menemukan jalan pintas.

"Boleh, Mas." Kataku antusias yang di imbangi oleh senyum merekah Mas Bayu. "Asalkan ... Bilang sama Mas Rian jika nagihnya jangan sama kita. Tapi, sama Mbak Desi!"

Seketika wajah Mas Bayu murung. Kalau begitu, artinya dia yakin jika Mbak Desi belum tentu mau membayar hutangnya.

"Bagaimana, Mas?" tanyaku sekarang.

Dia mengaruk rambutnya, kemudian mengusap tengkuk. Aku memilih pergi meninggalkannya yang masih bingung. Biar saja! Toh aku geram pada Mas Bayu. Jadi laki kok lembek dan tak mau tegas pada kakaknya.

Aku memotong buncis, untuk aku masak. Rasanya hati dan pikiranku sudah kacau balau. Entah harus bagaimana menyikapi ibu pemilik kontrakan. Rasanya dia bicara tak main-main.

Setelah mengiseng buncis, mengoreng tempe, aku memanggil Ilham untuk makan. Tepat disaat Ilham selesai makan. Mas Bayu juga datang untuk ikut makan.

"Kamu mau ikut makan, Mas?" tanyaku langsung.

"Lah iya dong. Udah laper juga," ucapnya sambil menyendok nasi.

"Owhh ... Ya sudah. Makan yang kenyang, Mas. Siapa tahu besok sudah tak bisa makan masakanku!" sindirku. Ia menghentikan aktivitasnya.

"Maksud kamu apa si, Fit?" tanyanya. Kemudian melanjutkan kembali menyendok sayur buncis dan menyuapkan tempe kemulutnya.

"Ilham udah selesai? Masuk kamar ya!" Perintahku pada Ilham yang langsung mengangguk. Setelah turun dari kursi dan langsung berlari menuju kamar.

"Kalau sampai kita keluar dari kontrakan ini! Aku mau kita cerai saja, Mas!" ucapku dengan tegas yang langsung membuat Mas Bayu tersedat.

Uhuuukkk!

Dia segera meraih minum di sampingnya.

Setelah meneguk tandas air putih. Ia meletakan gelas.

"Maksud kamu apa si, Fit. Masa hanya gara-gara Mbak Desi kamu minta cerai?" ungkapnya. Seolah masalah Mbak Desi itu bukan masalah yang berarti walau berimbas banyak pada kehidupan keluarga kita.

"Hanya karena, Mas? Kamu pikir, karena Mbak Desi yang tak mengembalikan uang kita. Kita terpaksa harus pindah. Apa kamu tak kasian dengan Ilham? Bagaimana nanti sekolahnya kalau kita tak dapat kontrakan sekitar sini? Kamu sudah menyiksanya dan aku tak mau menyiksa dia lebih lagi. Dari pada harus hidup dengan kamu yang selalu takut pada saudara. Lebih baik aku yang mundur! Toh, itu demi kebaikanmu." Aku kesal. Ini sudah ada di puncak kesabaran. Harusnya Mas Bayu bisa tegas pada Mbak Desi yang notabennya memiliki cukup uang.

Dia mengurungkan untuk melanjutkan makan. "Menurut kamu aku harus bagaimana?" 

Aku memalingkan wajah. Dia itu bod0h apa tol0l sih?

"Ya kamu harus tagih Mbak Desi sampai dapat. Jangan aku saja yang maju. Kesal rasanya aku di injak-injak. Siapa tahu kalau kamu yang menagih, mau memberikannya!" Aku berkata terus terang tentang apa yang menurutku dilakukan Mas Bayu.

"Baiklah! Aku akan telfon Mbak Desi dan meminta uang itu." Mas Bayu mengeluarkan ponsel. Aku sedikit tersenyum. setidaknya gertakanku meminta cerai dia takuti.

Tuttt ... Tuttt ....

Terdengar nada telfon, karena Mas Bayu menggunakan louspeaker.

Tuttt ....tuuttt ....

Sampai akhirnya nada sambung itu berubah menjadi suara call center.

"Ngga di angkat, Fit." Mas Bayu seperti menyerah.

Aku mengangkat bahu. Membawa piring bekas makan Ilham kedapur. Namun sebelum berlalu aku mengucapkan kata jika artinya perceraian harus terjadi.

Mas Ilham juga kedapur membawa piring. Karena memang letak wastafel dengan meja makan tadi hanya berjarak satu meter.

"Kamu jangan begitu, Fit. Kasih aku waktu!" Ujarnya.

"Kalau gitu kamu pergilah kerumah Ibu pemilik kontrakan. Bilang jangan usir kita dan minta tambahan waktu. Karena hanya dia yang bisa membuat aku berubah pikiran atau kamu mendapatkan uangku kembali dari Mbak Desi!" Sengaja aku meletakkan piring dengan sedikit kasar. Walau bukan piring keramik hanya piring semi melamin tetap saja menimbulkan suara yang keras.

Aku tak lagi memperdulikan Mas Bayu yang masih berdiri disana. Memilih keluar untuk mengambil udara yang segar. Rasanya pengap sudah hidup seperti ini.

Kujatuhkan bobot pada kursi plastik usang yang ada di depan kontrakan.

"Kenapa, Fit. Kok mukanya jutek begitu?" tanya Pak Handoyo. Dia suami dari pemilik kontrakan. Entah kenapa tiba-tiba dia lewat.

"Ngga papa, Pak. Lagi pusing aja mau pindahan," jawabku agak cuek. 

Ia justru ikut duduk di satu kursi yang lain.

"Ngapain pindah? Ngga kerasan disini? Ada yang menganggu atau ada yang rusuh. Siapa? Sini biar aku yang hadapi!" Pak Handoyo seperti pahlawan kesiangan. Tidak tahu jika istrinyalah yang membuat aku harus keluar kontrakan.

"Yang buat ngga betah itu Bu Minah! Dia yang ngotot mau sewakan tempat ini untuk yang lain hanya karena aku make dulu baru bayar. Alias nunggak satu bulan belum ketutup. Kalau kerasan sih, sangat kerasan aku disini, Pak."

"Oh ... Begitu. Kamu tenang ya!" Pak Handoyo memegang pundakku. Aku segera menjauh. Dilihat dari sorot matanya dia memang agak genit.

"Tenang, nanti aku akan sampaikan pada Minah untuk tak mengusir kamu yang sudah lama disini. Aku yakin kamu ngga ada niatan nunggak." Pak Handoyo kembali akan meraih pundakku.

"Ehemmm!" Suara Mas Bayu tepat di belakang Pak Handoyo.

Bab terkait

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Mengancam

    "Eeh, Bayu." Pak Handoyo menoleh pada Mas Bayu. "Ada apa, Pak. Kenapa mau pegang-pegang istri saya?" tanya Mas Bayu langsung. Ada nada cemburu disana."Eee ... Enggak kok. Tadi aku hanya ingin menyampaikan bantuan. Tentang penunggakan uang kontrakan. Kasian kan kalau harus di usir. Secara selama ini kalian tak pernah telat. Hanya baru kali ini, tentunya ada alasannya." Pak Handoyo berkata panjang lebar."Iya betul, Pak. Semua karena uang saya untuk bayar kontrakan di pinjam dan belum di kembalikan. Sedihnya sekarang aku menagih malah di bilang ngga pernah punya utang!" Cerocosku."Fit!" Mas Bayu memanggilku. Menatap tajam padaku.Aku bangkit berdiri. Melewati Pak Handoyo dan berdiri tepat didepan Mas Bayu."Dan yang membuat saya kesal. Suami saya yang menghutangkan uang itu tak mau menagih! Miris sekali!" Aku segera masuk kedalam."Fit! Fit!" Mas Bayu mengikuti aku masuk. Aku berhenti saat tiba didepan pintu kamar."Kamu itu keterlaluan. Kenapa harus cerita pada Pak Handoyo. Kamu sed

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Ketakutan

    Wajah Mbak Desi yang tadi sempat pongah, kini mendadak pucat. Apa dia setakut itu?Aku masih tersenyum mengejek. Seolah apa yang tengah aku katakan bukan hal remeh."Mau siapa yang akan kamu tawarkan, Mbak? Kamu atau Natasya? Toh, uang yang kamu pinjam kan untuk biaya Natasya. Jadi nanti aku tinggal sebutkan nama salah satu dari kalian!" Aku mengakhiri dengan nada sedikit menekan di akhir kalimat."Fitri! Ja-jangan lancang kamu!" Bibir Mbak Desi bergetar. Tentu dia pasti melihat kesungguhan ku."Lancang? Aku sudah terlalu capek, Mbak. Punya suami adik kamu itu ngga ada untung-untungnya. Udah hanya bisa ngojol sekarang jadi budak saudaranya. Mau saja meminjamkan uang pada saudara yang tak tahu diri. Ngga ada niatan buat bayar padahal punya uang banyak!" Aku berkata sambil melirik pada Mas Bayu. Biar saja marah. Memang itu kenyataannya."Ayo, Mas! Kita ke gunung Sinere. Sebelum itu kita beli bunga tujuh rupa dulu!" Aku menatap pada Mas Bayu yang masih setengah bingung.Kutarik Mas Bayu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-06
  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Menahan sabar

    Sejak kapan Natasya paling aku Tante? Bisanya juga Bulik dan sejak kapan juga ia panggil ibunya Bunda? Biasanya juga Mama bahkan kadang Mane.Aku menerima amplop itu dengan senang. Segera kuraih dengan kedua tanganku. Mas Bayu dari belakang berucap alhamdulilah."Akhirnya selesai juga drama pinjam meminjam ya, Fit," ucap Mas Bayu saat aku akan membuka uang itu.Kuhitung uang yang terlihat berbeda. Tak sebanyak yang kukira. Uang berwarna biru dan kuhitung hanya sepuluh. Kembali lagi kuhitung uang itu sampai kukeluarkan dari amplop."Mas, kok cuma lima ratus?" cicitku pada Mas Bayu. Ia juga tampak sok. Sedangkan aku langsung menghadap pada Natasya yang ternyata sudah hilang bak dedemit. Memang keluarga songleng."Yang bener, Fit. Kok bisa? Coba itung lagi!" "Udah, Mas. Udah kuhitung bener-bener!""Apa mungkin Mbak Desi udah pikun. Uang lima puluhan di kira seratus ribuan." Ucapan Mas Bayu mampu membuat aku langsung menatapnya."Jangan bilang kamu mau kembali membelanya, Mas! Atau ... K

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Seragam

    "Aku ngga mau, Mas. Bilang aja di suruh masak didapur. Pake bilang chef-chef segala. Enak bener, saudara hajatan bukannya ikut pesta malah di suruh masak. Memangnya ngga bisa apa cari tukang masak? Apa karena ngga mau keluar uang besar?" gerutuku langsung di depan Mas Bayu. "Pokoknya, sampaikan pada Mas Rian, Mas. Aku ngga bisa kalau disuruh masak. Aku bantu-bantu semampunya saja!" ujarku sambil membereskan meja.Tak ada protes dari Mas Bayu. Semoga dia mengerti jika semua yang dilakukan saudaranya padaku sudah sangat tidak adil. Kami memang miskin, tapi bukankah tetap jika Mas Bayu adalah memiliki aliran darah yang sama sedangkan aku istrinya.***Sejak hari itu, pembahasan demi pembahasan di grup. Aku tak pernah nimbrung, hanya saja membaca apa yang mereka bicarakan. Tak ingin ikut campur. Berusaha stel kalem.[Bagaimana tentang seragam keluarga?] Malam kemarin, Mbak Desi menayakan itu pada Mas Rian.[Aman.] Balas Mas Rian. Aku hanya diam. Bagaimana Mas Rian bilang aman, sedangkan

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Mampu Menolak

    Pagi hari ini Mas Bayu tampak senyum sumringah. Ia seperti tengah orang yang memenangkan undian. Pagi hari sudah rajin dan siap. Duduk menikmati secangkir kopi dengan memainkan ponselnya.Tak lama, saat tengah menyeruput kopi, ponselnya berdering. Tentu panggilan masuk. Segera mengeser kursi plastik dan keluar rumah. Aku menguntit. Rasa penasaran yang membuncah membuat aku kepo. Mas Bayu tengah sibuk dengan jawaban baik, Iya dan beres. Itu saja sekitaran yang di sampaikan. Hingga aku tak tahu siapa si penelfon. Bahkan laki-laki atau perempuan aku tak tahu."Kamu ngapain?" tanya Mas Bayu saat ternyata dia masuk kembali. Aku yang tengah di pinggir pintu terlonjak. Karena kukira Mas Bayu belum selesai menelfon."Heee ... Aku cuma penasaran, Mas. Kamu telfon sama siapa? Kayanya girang banget." Aku bertanya apa adanya."Sudah, sudah. Nda usah kepo. Lagian yang menelfon itu pemberi rejeki. Bukan selingkuhan atau apapun!" Mas Bayu mengusuk kepalaku. Aku tersenyum. Ada rasa tenang juga di re

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Rejeki Allah

    "Tapi kita ke Pasar dulu beli perhiasan." Mas Bayu berkata dengan wajah berbinar. Tak terkecuali aku. Bahkan aku masih terpaku pada isi plastik hitam itu."I-ini nda mimpi, Mas?" tanyaku sambil mengangkat gepokan uang berwarna merah.Aku mebalik-balikan uang itu dan menghitung semuanya berjumlah lima gepok. Artinya lima puluh juta."I-ini?" Duh ... Aku sampai kehilangan kata-kata. Sungguh ini seperti mimpi. Memegang uang sebanyak ini."Sudah, sudah! Sekarang ganti baju sana. Kita pergi sekarang. Belilah apa yang kamu mau!" Mas Bayu mendorong tubuhku tanpa meminta kembali plastik itu."Tunggu, Mas. Ini uang asli?" tanyaku memastikan. Takut-takut aku kena prank."Ya nanti di cek aja, Fit. Aku masih ragu," jawaban Mas Bayu membuat aku menatapnya dalam."Dari mana uang ini, Mas? Kamu ngga ngerampok bank kan? Atau bobol ATM atau menodong atau ...." Aku menatap dengan mata setajam silet. "Memuja setan?""Husst, kamu ini. Itu uang halal. Seratus persen di jamin halal. Udah buruan sana ganti

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Hajatan

    Aku mengandeng lengan Mas Bayu, beberapa pasang mata terpana melihat kepada kami. Aku tersenyum manis saat pertama kali menginjakan karpet berwarna merah. Natasya yang sudah masuk kedalam tak jua terlihat lagi. Mungkin sedang mengabari yang lain jika aku telah datang.Tiba di depan pintu rumah setelah melewati panggung dekorasi."Fitri, Bayu!" sapa Mas Rian yang sudah berpakaian rapi.Sambutannya beda. Mungkin karena melihat penampilan kita. Mas Bayu memeluk kakaknya erat dengan senyum merekah."Maaf, Mas. Baru bisa datang. Sibuk soalnya." Mas Bayu berbasa basi. Dari dalam Mbak Sarah sedang berjalan menuju kemari."Ngga papa, Yu. Alhamdulilah semua sudah ada yang handle. Ayo, masuk! Yang lain juga sudah didalam," ajak Mas Rian. "Eh, tunggu!" Mbak Sarah menghentikanku. Disusul Mbak Desi yang mengekor. Ia tampak mengamati kami dari ujung kaki sampai ujung rambut."Kamu punya baju seperti seragam kita?" tanya Mba Sarah. "Minjam di mana?"Aku dan Mas Bayu saling bersitatap. Apa kami sere

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15
  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Acara gagal

    "Hei, Fit! Pinjam dari mana semua barang-barangmu itu?" tanya Mbak Desi. Ternyata dia bawa aku kesini hanya penasaran dengan apa yang telah aku gunakan. Ia bahkan melebarkan gamisku, kemudian juga melihat tanganku. Tentunya cincin dan gelang yang ia lihat dengan segsama."Maaf ya, Mbak. Aku ngga minjam. Beli sendiri!" Aku membalik badan berniat akan kembali masuk. Pasti Ilham tengah menunggu."Tunggu! Aku belum selesai!" Mbak Desi menahan tanganku. Ia justru membawa aku sedikit masuk kedalam kebun."Lepaskan, Mbak. Banyak nyamuk ah di sini!" gerutuku dengan meronta. Sebenarnya bukan itu alasannya. Tapi aku merasakan hawa dingin di kebun ini."Kamu jawab jujur! Dari mana kamu dapat uang untuk membeli semua itu?" tanya Mbak Desi mengimidasi."Alhamdulilah dapat rejeki dari Allah, Mbak." Aku menjawab santai dengan mengibaskan gamis. Karena sudah banyak nyamuk yang berterbangan di sekitarku."Kamu tak melakukan pesugihan kan?" tanyanya kemudian. Seketika aku menghentikan aktivitas mengus

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-15

Bab terbaru

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Extra part 2

    "Mas!" Aku memanggil Mas Bayu yang berdiri tak jauh dariku. Keringat mulai membasahi kening. "Mas! Takut!" Kembali aku mengoncangkan tubuh Mas Bayu yang dari tadi tak merespon.Aku panik, celingukan kesana-kemari. Mas Bayu memegang tanganku erat. Ia mungkin tahu jika aku terkena serangan panik.Dengan panik aku melihat Panji naik ke podium dan langsung menuju kearah Arumi dan Alif. Mataku tak lepas darinya. Bayangan jika Panji akan melukai adiknya ataupun Alif terngiang.Tak lama mereka berpelukan. Menangis haru Panji dan memeluk erat Arumi. Sejenak aku tertegun. Apa ini semua hanya setingan?"Mas, ayo pergi dari sini! Pasti Panji merencanakan balas dendam pada kita!" cicitku.Aku sedikit menarik tangan Mas Bayu. Tapi dia menahan."Jangan panik, Fit. Panji tak mungkin melakukan itu. Ada polisi yang mengawal!" ujar Mas Bayu tak membuat rasa panikku hilang. Aku tetap gelisah walau mata ini fokus melihat kearah Panji dan Arumi.Mereka seperti tengah saling melepas rindu. Juga meluapkan

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Extra part 1

    "Becanda, Fit! Mukanya jangan tegang gitu." Mbak Desi mencolekku. Aku terkekeh. Sebuah pengalaman tentu mampu membuat seseorang menilai. Tapi, jika benar Mbak Desi mau pinjam uang lagi, tentu tetap aku beri. Bukankah menolong sesama itu wajib, apalagi saudara. Jika tidak berniat mengembalikan, anggap saja sedekeh. Toh, kehidupanku sudah lebih baik dan alhamdulilah, aku sudah kelebihan secara materi."Iya, Mbak. Aku juga pura-pura kaget," jawabku, "Oh ya, kalian jangan pulang dulu sampai nanti malam. Hari ini aku kedatangan tamu yang akan melamar Hani."Semua mengangguk. Beruntung semua sudah kupersiapkan. Makanan kupesan catering dan jajanan juga sudah ada yang mengatur.Tapi ... Ngomong-ngomong kenapa aku sampai lupa untuk melihat wajah calon suami Hani?"Ah! Hani kemana si?" Aku mencoba mencari Hani kebelakang. Hanya ada beberapa karyawanku yang memang sudah kutugaskan di belakang. Toko aku tutup sementara. Aku melihat kekamar tak ada, aku langsung menuju kekamar Ibu. Ibu tengah s

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Keutuhan (Tamat)

    Aku menarik paksa tangan Mas Bayu. Rasanya pengen pulang dan langsung pindah rumah."Kamu kenapa si?" Mas Bayu justru menarik tangannya hingga aku sedikit limbung."Ya kita pulang! Aku takut kalau Panji keluar dari penjara terus mencari kita. Dia itu manusia jahat dan tentu akan balas dendam pada kita semua. Iya kan, Rum?" Aku menatap Arumi yang dari tadi diam saja."Semoga saja tidak, Mbak. Aku sangat berharap Mas Panji keluar dari penjara dalam keadaan sadar." Arumi berkata tanpa menatapku."Mas Panji pongah dan sombong karena memiliki kekayaan. Uangnya berlimpah, dia jadi OKB yang benar-benar kaya, tapi ... Uang itu kini semua menjadi daun," ucapan Arumi membuat aku kembali terduduk. Tentu penasaran dengan apa yang baru saja di sampaikannya."Benarkah?" Kali ini aku dan Mas Bayu bersuara bersama."Sebenarnya ini yang ingin aku bicarakan pada kalian. Masalah Mas Panji dengan masalalunya. Tapi, melihat kondisi Mbak Fitri yang sepertinya panik berlebih, aku memilih diam." Arumi mulai

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Keyakinan

    Aku gemetar. Seolah tulangku lolos dari tempatnya."Kamu kenapa?" tanya Mas Bayu yang melihat aku memegangi perut. "Astaghfirullah!" Mas Bayu beristighfar ketika melihat kakiku yang sudah banyak darah. Aku terduduk karena tak kuat menahan sakit dibagian bawah perutku. Rasanya seperti dicabik-cabik.Lemas, letih dan mata berkunang-kunang. Mas Bayu terdengar ribut meminta bantuan. Tak lama Mas Jali dan Mas Bayu memapah aku menuju keluar. "Titip Arumi!" ucapku pada Alif yang masih tergeletak tak jauh dari tempatku. Ia hanya mengangguk. Tak kulihat Arumi. Mungkin sedang kedapur untuk mengambil sesuatu.Aku di bawa kerumah sakit dengan keadaan yang setengah sadar. Rasa sakit di perutku benar-benar sangat menyiksa hingga seolah aku merasakan mati rasa. Roda brankar terdengar nyaring melewati setiap jalan menuju IGD. Beberapa suster segera memberi pertolongan pertama. Aku pasrah saat selang infus di pasang. Setelah itu, aku tak dapat merasakan apapun.***Hawa dingin menusuk tulang. Aku b

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Khawatir Berlebih

    PoV Alif"Maaf, Mas. Sepertinya hubungan kita hanya bisa sampai disini saja!" ucap Arumi. Wanita yang kucintai.Tentu aku tertegun. Tak ada angin dan hujan, tiba-tiba dia minta putus? Padahal, aku sudah berniat untuk meminangnya. Bahkan niat itu, sudah ada dari sejak pertama dekat dengannya.Bawaan yang riang, supel dan super aktif, membuat aku yakin jika dia wanita yang mampu menemaniku sampai Jannah.Tapi ... Yang baru saja aku dengar ini, membuat semua mimpi runtuh tak berkeping. "Tapi ... Kenapa?" tanyaku memastikan penyebabnya."Kakakku tak setuju," jawabnya dengan mata berkaca-kaca.Dia lagi! Dari awal hubungan, hanya dia kendalaku untuk meminang Arumi. Hanya karena dia, yang sok memiliki Arumi seutuhnya hingga ia kira dapat menyetirnya."Tapi, bukankah sudah kita bahas masalah ini jauh-jauh hari? Bukankah kita juga udah sepakat untuk meluluhkan hati Kakakmu?" Aku masih berbesar hati. Tak emosi didepan Arumi walau di dada sudah sangat muak dengan Panji!Bukan sekali dua kali ak

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Jalan takdir

    "Kuatkan tubuhmu!" Alif berkata dengan pelan. Ya ... Harusnya aku memang kuat. Kenapa baru dengar suara Mas Bayu begitu saja mau tumbang. Aku mengangguk kemudian dengan pelan langsung berjalan menuju kamar Arumi.Segera pintu didobrak. Terlihat jelas wajah kaget Mas Bayu yang tengah memeluk Arumi dengan paksa."Lepaskan dia!" ucap Alif.Mas Bayu memang melepaskan Arumi. Dengan wajah garang dan mata merah menyala dia mendekati Alif. Aku sampai tak dapat melihat sisi Mas Bayu disana. Dia sudah benar-benar berbeda."Siapa kamu?" tanya Mas Bayu. Bahkan dia tak menatapku sama sekali. Seolah sudah tak mengenaliku.Sedangkan Arumi terlihat matanya berbinar. Ada secercah harapan padanya walau dengan penampilan acak-acakan."Aku calon suami Arumi!" Dengan tegas Alif berkata. Aku mengangguk walau tak di mintai pendapat."Calon suami? Cuihh! Akulah calon suami Arumi!" cetus Mas Bayu. Ada rasa menyayat di hati tapi aku berfikir positif. Aku tahu jika dia bukan Mas Bayu suamiku."Mbak, segera lak

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Pertarungan

    "Tolong, pikirkan sekali lagi!" ungkapku sebelum Alif benar-benar melangkah.Dia melihatku sekilas, aku berusaha memasang wajah melas demi meyakinkan dirinya. Tentu hanya dia harapanku saat ini. Sungguh aku begitu berharap."Akan saya pikirkan!" Akhirnya kata terakhir di ucapkan Alif, sedikit memberi harapan atas apa yang kuminta.Aku menghela nafas berlahan. mengisi rongga paru-paru agar terisi oksigen dengan baik. Kukecap jus jeruk yang tinggal separuh. Aku harus mengusahakan sesuatu.Aku berfikir tentang ustadz. Setelah Googling beberapa kali, aku memutuskan memilih ustadz Danu. Ustadz yang terkenal dengan banyak pasien menggunakan metode ruqyah masal dan mandiri."Hanya dia kali ini harapanku." Aku bergumam.Rasa simpati pada Arumi juga untuk mengakhiri drama yang di buat Panji, aku harus bisa menguak semuanya dan menyelamatkan keluargaku, jika memungkinkan juga Arumi.Kuambil tas yang tergeletak dimeja tak jauh saat aku duduk. Beranjak dengan lemas karena tak jua membuahkan hasil

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Pengrebegan

    "Kamu ngapain si, Fit? Datang kesini dan marah-marah!" Mas Bayu segera melepaskan gandengan tanganku saat kami masih menunggu taxi online yang terlihat baru akan tiba dua menit lagi."Lah, aku kesal, Mas. Kenapa kamu harus datang kesini. Mau saja jadi pembantu Panji!" cebikku.Tak berapa lama taxi datang. Aku langsung menyuruh Mas Bayu masuk."Aku pamit dulu pada Arumi," Mas Bayu akan beranjak kembali masuk. Aku melarangnya."Sudah aku pamit kan padanya, ngga perlu repot-repot masuk kedalam lagi!" Protesku. Terlihat Mas Bayu ragu, namun akhirnya menurut juga. Aku menyerahkan ponsel Mas Bayu padanya."Kok ada di kamu? Dan, kenapa kamu datang tiba-tiba. Bahkan aku tak melihat kamu datang dari depan." Mas Bayu mulai curiga."Aku datang lebih dulu dari pada kamu! Saat kamu datang, aku ngumpet di samping sofa, takut ketahuan Panji. Berniat mengambil ponsel kamu yang tertinggal. Eh, ternyata justru kamu malah datang kesini sama Panji!" gerutuku. Mas Bayu hanya menghela nafas. "Harusnya ka

  • OKB yang Kutagih Hutang Lewat Grup Keluarga   Mencari Alif

    "Kamu sebut Mas Bayu, Suami? Artinya?" Arumi akhirnya mengeluarkan kata-kata, setelah sejenak bergeming. Aku bingung dan celingukan. Bagaimana kalau Arumi marah dan mengamuk padaku. Kemudian dengan brutal menghajarku. Mencabik-cabik tubuhku hingga ... Aku begidig ngeri. Menyiapkan siasat untuk seribu kemungkinan yang terjadi."Mbak? Kamu betul istrinya Mas Bayu?" Kali ini ia mengoncangkan tubuhku. Keringat dingin membasahi pelipis. Aku mengangguk pelan."Benarkah?" tanpa diduga Arumi tersenyum saat berkata menyakinkan. Dia langsung memelukku erat. Aku makin bingung dibuatnya."Alhamdulilah, kalau benar. Do'aku selama ini terkabul."Aku menyempitkan mata, sekilas aku bisa melihat jika Arumi baik-baik saja. Dia benar-benar waras dan pengingat yang baik."Mbak, aku selalu berdoa agar dapat bertemu dengan. Sungguh, aku sudah yakin jika kamu tentu sedang makan hati karena Mas Bayu yang memiliki keinginan untuk menikahiku. Tapi, sungguh, aku tak menginginkan itu. Sudah kuiklaskan jauh-jauh

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status