Home / Romansa / OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU / Bab 17 Berjuang Sendiri

Share

Bab 17 Berjuang Sendiri

Author: LinDaVin
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Aku bisa membaca keinginan perempuan jalang itu. Selain mendapatkan Mas Andrian seutuhnya, dia juga gila harta ingin menjadui ratu di rumah ini

"Mbak itu kenapa mukanya merah - merah seperti itu?" Bu Yanti bertanya sambil memepetku. Seperti berbisik tapi dengan suara lantang.

"Kudisan mungkin, Bu." Au menjawab asql kemudian. Bu Yanti tertawa kecil me dengarku.

"Azab pelakor sepertinya, Mbak," ucapnya kemudian. Aku hanya tertawa kecil, menimpalinya. "Tetanggaku juga gitu, kena karma karena gitu juga. Seperti mbak itu juga.

"Bu …." Terdengar suara Pak Rusdi memanggil istrinya.

"Iya … iya. Cuma ingin tau saja." Bu Yanti beralasan.

Aku memang sudah membulatkan tekad, untuk menjual rumah ini. Segala kenangan akan ku kubur dalam. Aku dan Mas Adrian memulai semua dari 0. Apa yang kami dapatkan adalah hasil dari buah kerja kami. Rumah ini kami dapatkan secara mengangsur, dengan DP patungan. Setelah tiga tahun, rumah ini sudah sah menjadi milik kami. Kami memang membelinya sebelum menikah, dan
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 18 Berakhir

    Hatiku tak setegar mulutku, hatiku hancur saat mengucapkan itu semua. Kami dulu bersama berlandaskan cinta, dan sekarang? Apakah kebersamaan lebih dari enam tahun ini sama sekali tak ada artinya. Hanya karena godaan syahwat, semua kebahagian yang tergenggam kini terbang dan hilang.Mas Andrian lebih memilih mengurus perempuan itu daripada mengejarku, atau kembali mencoba meluluhkan hatiku. Kini, apalagi yang aku harapkan? Hanya menunggu rasaku padanya benar - benar mati. Hanya menunggu waktu akan mengobati luka ini."Nanti, secepatnya saya kasih kabar." Suara Bu Yanti mengagetkanku. "I … iya Bu. Saya tunggu kabar baiknya." Aku menjawab kemudian. "Kami permisi dulu, Mbak Hana. Em … yang sabar ya. Semoga permasalahan Mbak Hana mendapatkan jalan keluar yang baik." Bu Yanti terdengar bijak, tidak ceplas ceplos seperti tadi. Aku mengangguk dan mencoba tersenyum meski cukup berat."Terima kasih, atas supportnya, Bu." Aku mengucapkan terima kasih atas perhatian yang Bu Yanti berikan. Paling

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 19 Kisah Usai

    •▪•"Semoga ini menjadi awal yang baik." Yola mengusap punggungku pelan."Semoga," balasku. Kami baru saja membereskan rumah yang akan aku tinggali untuk beberapa waktu kedepan.Entah dengan apa aku bisa membalas kebaikan Yola, tanpanya aku mungkin bisa benar - benar gila. Ini sebuah pukulan terberat yang pernah aku dapatkan. Yolalah yang selalu ada disampingku, dan menguatkanku."Anak - anak sudah terlalu lama libur. Sebaiknya segera kembali bersekolah, apalagi Abang Al." Yola mengingatkan aku tentang sekolah anak - anakku. Dan, dia benar. Mereka harus bisa hidup dengan normal seperti sedia kala. "Iya, kamu benar. Semua harus dijalani, bukan untuk dihindari. Mereka harus bisa hidup normal lagi. Entah sampai kapan, aku harus membohongi mereka tentang Papanya. Tak adil rasanya, memisahkan mereka. Tapi, untuk saat ini hanya itu satu - satunya pilihan yang bisa aku ambil." Sesak kembali mendera, dibalik semua hal yang terjadi. Sikap Mas Andrian ke anak - anak memang tidak berubah. Dia te

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 20 PoV Andrian

    ••••Penyesalan memang selalu datang belakangan. Demikian halnya dengan yang aku rasakan sekarang. Bagaimana bisa aku membuang berlian demi batu kali. Yah, mau tidak mau aku harus setuju dengan istilah itu. Bersama Hana aku memulai semuanya dari nol, dia rela menemaniku dalam semua kondisi. Dan semuanya tak terlihat dimataku, hatiku buta oleh syahwatku.Akulah manusia bodo* itu, yang tak bisa menghargai dan menjaga sebuah ikatan perkawinan. Dengan mudahnya aku membawa wanita lain hanya demi memuaskan nafsu. Dan, saat Hana dan anak - anak meninggalkanku, baru aku rasa betapa mereka sangat berarti bagiku."Bro …." Tepukan di pundak menarik kembali sadarku. Aku sedang ada janji dengan temanku sedari kuliah dulu Reza. "Suntuk amat."Aku meraup kasar wajah, melampiaskan rasa kesal dan kecewa. Bukan pada orang lain tapi pada diriku sendiri. Diriku yang tak bersyukur memiliki keluarga yang baik. Diriku yang begitu bodoh menyia - nyiakan permata demi pecahan kaca."Ada masalah besar kayaknya?!

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 21 Tetanggaku Ternyata ...

    Telunjuk Mas Bima mengarah padaku, aku sedikit kaget sebenarnya saat mengetahui kalau ternyata dia tinggal disini juga. Bersamaan kami berjalan saling mendekat dengan senyum terkembang. "Mas disini?" tanyaku kemudian terlebih dahulu menyapa pria itu."Kamu sendiri ngapain disini?" tanya Mas Bima sambil menggiring anak-anak yang tadi menyambut kepulangannya."Hana, barusan pindah ke rumah yang di depan." Aku menunjuk rumah saudara Yola yang sekarang aku tempati dengan daguku."Oh, yah." Mas Bima manggut-manggut dengan raut wajah yang terlihat senang."Anak-anak ayok semua salim dulu sama Om," titahku pada Al, Luna, dan Kezia yang tadi ikut mengerumuni Mas Bima. Al, Luna dan juga Kezia bergantian salim pada Mas Bima sesuai dengan titahku."Kalau El, sudah kenalan sama teman-temannya belum?" Mas Bima menoleh dan bertanya pada anak laki - laki itu. El yang ditanya menjawab dengan mengangguk cepat, "Sudah salim belum sama Tante?" tanya Mas Bima lagi, kali ini El menggeleng, kemudian berjal

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 22 Tidak ada maaf

    "Aku, ikut bersedih," ucap Mas Bima kemudian terdengar penuh rasa iba. Aku hanya tersenyum miris, dan kembali menyeka air mata yang tak mau juga berhenti."Ada yang bisa mas bantu?" tanya Mas Bima kemudian. Aku mengangguk menjawab pertanyaan Mas Bima. "Mas, jangan ceritakan hal ini pada siapapun. Keluarga Hana belum Hana beritahu." Sebuah permintaan aku sampaikan pada Mas Bima."Kamu memendamnya sendiri?" tanya Mas Bima kemudian. Aku menggeleng pelan."Hana punya sahabat baik, dia yang membantu Hana selama ini, tanpanya mungkin Hana nggak bisa melewati ini semua." Aku sedang menceritakan sosok Yola yang selalu ada untukku. Tanpa dia aku tidak akan pernah sekuat ini. Aku juga tidak tau bagaimana keadaanku seandainya tidak ada dukungan dan bantuan dari Yola."Kalau kamu butuh bantuan, jangan sungkan. Sebisa mungkin mas pasti akan bantu," ucap Mas Bima kemudian."Makasih, Mas. Pasti akan Hana reportin suatu saat nanti. Tunggu saja, ya." Aku mencoba tertawa kecil untuk sedikit meredakan

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 23 Belajar Ikhlas

    "Hey, jaga mulut kamu. Suami temen kamu yang ngejar - ngejar aku." Raya yang sepertinya terpancing langsung menimpali. Semua pegawai yang di belakang meja hampir bersamaan langsung melihat ke arah Raya."Mbak kenapa? Orang saya lagi baca. Oh, mbak pelakor juga? makanya jadi perasaan … jadi baper? Ye kan?" Sahabatku itu menjawab sinis, Yola pura-pura tak mengenal Raya. "Hey, nggak usah pura-pura. Aku tau kalian sengaja menyindirku kan?Dengar ya, harusnya intropeksi kenapa suaminya sampai lebih milih aku." Raya terlihat emosi, suaranya meninggi dan menunjuk ke arahku. Aku masih terdiam melihat situasi sekitar. Raya memang sepertinya memiliki karakter susah mengendalikan diri."Mbak ada masalah apa apa dengan saya? kok bawa-bawa saya. Main tunjuk aja." Aku ikut melanjutkan sandiwara Yola."Hahaha, sudah gila kalian, sampai nggak ngenalin aku," sambung Raya tertawa sumbang.Yola melihat ke arahku, aku mengangkat bahu masih pura pura tak paham. Semua pegawai masih memperhatikan kami, denga

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 24 Memilih Bercerai

    "Pikirkan baik-baik," ucap Yola lagi.Pembicaraan kami terjeda saat pesanan kami diantarkan ke meja. Sambil menunggu Yola mulai memindahkan semangkuk bubur dihadapannya kedalam perut. Tepat dia selesai makan Kakak Yola, Bang Faiz datang bersama temannya."Lamanya, Abang." Yola menyambut Abangnya dengan bibir manyunnya."Macet," jawab Bang Faiz kemudian."Mana ada macet jam segini." Bang Faiz hanya tertawa mendengar bantahan adiknya."Kenalin teman Abang." Bang Faiz menepuk lengan pria disampingnya. "Pasti nggak ingat ya? Sama aku." Pria itu tersenyum padaku, aku memang merasa tak asing, tapi, aku juga tak mengingatnya."Seperti tidak asing, hanya saja aku benar-benar lupa," ucapku jujur. Pria itu tertawa memperlihatkan lesung pipi, benar saja aku ingat lesung pipi itu. Tapi, siapa ..."Dirga … mulai ingat?" Sepasang alis tebal itu terangkat. Dan, aku mulai mengingatnya. "Kak Awan Dirgantara … Ketua Hima Fakultas Hukum tahun dua ribu sepuluh!" Pria itu kembali tertawa. "Apa kabar?"Ak

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 25 Bertemu Mas Andrian

    Siang ini jadwal anak-anak les musik, aku tetap mempertahankan seperti sebelumnya. Segala hal menyangkut anak-anak selalu aku utamakan. Yola sedang ada tamu, Keiza dia titipkan padaku.Biasanya aku pulang untuk mengerjakan pekerjaan rumah. Hanya saja sekarang kondisinya sudah berbeda. Tak ada lagi yang harus aku siapkan keperluanya. Masak makan malam dan lain sebagainya. Sekarang hanya mengurus anak-anak dan segala keperluannya.Aku sengaja menunggu di mobil sambil mendengarkan lagu-lagu sendu yang sesuai dengan suasana hatiku. Menyandarkan tubuh lelahku, memejamkan mata menikmati alunan lagu yang mendayu. Syair yang terdengar sangat pas dengan keadaan yang sedang aku alami.Sebuah ketukan dikaca mobil mengagetkanku, memaksa mata lelahku terbuka. Dadaku berdebar seketika, Mas Andrian yang mengetuk pintu kaca jendela mobil. Sebuah pertemuan yang sungguh tak ingini dan tak kuharapkan.Mas Andrian kembali mengetuk kaca jendela disampingku. Kedua tangannya menangkup di depan dada. Sebuah i

Latest chapter

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 70 Ending Bahagia Selamanya

    Pantai …Perjalan yang lumayan melelahkan terbayar dengan pemandangan pantai yang menakjubkan. Sebuah hotel yang langsung menghadap ke pantai Mas Bima pilihkan. Satu kamar deluxe dan satu vila sudah di pesan. Setelah menaruh barang bawaan semua langsung berlarian menuju ke pantai.Ini pengalaman baru untuk anak-anak pergi ke pantai. Dulu hanya mengisi liburan di dekat rumah saja. Tak ada cerita spesial di masa lalu tentang pantai. Sepertinya hari ini akan menjadi cerita spesial di waktu mendatang. Wajah-wajah ceria bersanding dengan birunya hamparan air laut. Kaki kecil mereka menapak tanpa alas di atas pasir. Ombak yang cukup tenang membuat anak-anak mulai berlarian menujunya tanpa rasa takut."Mama disini aja," ucap Mama memilih duduk di sebuah bangku yang menjadi bagian dari fasilitas hotel."Bima pesankan minum ya, Ma." Mas Bima yang masih berdiri di sampingku menawari mama minuman."Hana juga mau … es kelapa muda." Aku ikut menambahkan."Mama air dingin saja, jangan dingin-ding

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 69 Bahagia bersama

    "Tadi ketemu Raya di Swalayan depan, sepertinya dia bekerja disana," ceritaku pada Yola saat dia mengantar Kyla."Terus?""Ya … dia ketus gitu, masih bahas rumah. Terus nuduh aku sama Mas Bima selingkuh, sama bilang gara-gara aku sama Mas Bima Mas Andrian dipecat dari pekerjaannya.""Andrian dipecat?" tanya Yola."Kata Mas Bima enggak, cuma downgrade dan ditempatkan di Kalimantan," jelasku pada Yola."Kok Raya bilang dipecat?" tanya Yola bingung. Aku hanya mengangkat bahu kemudian menggeleng."Raya kerja di swalayan?" tanya Yola lagi."Iya." Aku mengangguk mengiyakan.Sesaat Yola terdiam seperti sedang memikirkan sesuatu. Bagaimana juga mereka adalah bagian dari masa laluku. Hal tentang mereka terkadang masih mengundang rasa ingin tahuku juga."Apa … itu hanya alasan Andrian aja, bilang dipecat, biar bisa jauh dari Raya. Kalau dah nggak ada kerjaan kan nggak ada duit, maleslah si Raya itu mungkin. Perkiraan aku aja sih," ucap Yola kemudian."Masak gitu? Tapi, bisa juga sih … entahlah.

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 68 Bertemu Raya

    Selesai sarapan aku mempersiapkan semua keperluan untuk anak-anak dan juga diriku serta Mas Bima. Meski hanya tiga hari, bawaan kami sudah seperti orang yang akan pindahan saja. Maklum kami memang membawa pasukan bocil. Bahkan mereka membawa serta juga sekontainer kecil mainan."Mas … Hana mau swalayan depan, ada yang perlu Hana beli." Aku menghampiri Mas Bima yang sedang memasukkan barang-barang ke dalam mobil."Mas antar," ucap Mas Bima kemudian."Enggak usah … kan deket.""Aku ada juga yang mau dibeli," balas Mas Bima kemudian. Entah alasan atau memang ada keperluan aku tak tau. Lagian bukan hal yang perlu dipikirkan. Apapun itu intinya Mas Bima ingin pergi bersamaku. Aku langsung masuk ke dalam mobil begitu juga Mas Bima. Sebuah swalayan yang ada di dekat jalan masuk perumahan menjadi tujuan kami.Toko swalayan ini memang tidak terlalu besar. Tapi, cukup lengkap dan juga tidak jauh dari rumah. Keadaan tidak terlalu ramai saat aku dan Mas Bima masuk. Seorang karyawan yang duduk di

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 67 Jejak Cinta

    "Sayang … bangun."Ciuman bertubi-tubi aku rasakan meski belum sepenuhnya sadar. Pelan aku paksakan untuk membuka mata yang serasa dilem ini. Tampak Mas Bima yang tepat berada di atas wajahku sedang tersenyum. Ketika kesadaran hampir hilang kembali karena kantuk yang teramat berat, sebuah tarikan menyasar ke hidungku."Sayang … bangun, sudah adzan subuh." Aku kembali memaksa untuk membuka mata. Perasaaan baru saja aku tertidur, tau-tau sudah pagi. Iyah benar saja, seingatku aku tidur hampir jam tiga pagi. Harusnya aku yang bangun duluan tapi, justru Mas Bima yang terlebih dulu bangun. Bahkan dia terlihat sudah segar dan aroma wangi sabun menguar dari tubuhnya.Meski mengantuk aku memaksakan diri untuk bangun. Mas Bima menarik tanganku, sesaat aku masih terduduk di atas ranjang. Melebarkan mataku dan menunggu kesadaranku penuh."Mau digendong pa sekalian dimandiin?" Mas Bima mengangkat alis dengan senyum lebar di bibirnya. Aku hanya nyengir dan bergerak turun dari ranjang kemudian be

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 66 Malam Panjang

    Baru saja dipikirkan sudah menjadi kenyataan, aku dan Mas Bima saling pandang dan kemudian sama-sama tertawa mendengar teriakan para bocil itu. Anak-anak benar-benar datang dan mengetuk pintu kamar."Dah … yuk, paling sudah ditungguin sama yang lain," ucapku kemudian."Iya." Mas Bima mengiyakan, tapi, dia malah memajukan kembali wajahnya dan menaut kembali bibirku."Mas, ada anak-anak." Aku mendorong tubuh Mas Bima pelan. "Iya," balas Mas Bima dengan tatapan sendu. Wajah Mas Bima mendekat, memangkas kembali jarak yang ada. Membungkam lembut saat aku hendak bicara. Aku kembali mendorong dada bidang pria yang tadi pagi sudah sah menjadi suamiku itu. Hanya saja sama sekali tak ada pergerakan. Diluar anak-anak masih terus gaduh memanggilku dan Mas Bima."I love you," ucap Mas Bima setelah melepaskan tautannya. Kening kami beradu, pelan Mas Bima menggesekkan hidung mancungnya di hidungku. Dadaku bergetar, wajahku menghangat, rasanya … entahlah susah untuk aku gambarkan. Sebuah kecupan

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 66 Bahagia Bersamamu

    Sungguh hari yang benar-benar melelahkan untuk jiwa dan raga. Aku dan Mas Bima yang mengurus segalanya. Keluarga Rima tinggal diluar kota, satu kota denganku dan Mas Bima. Dan ternyata mereka berdua tidak mengatakan kejadian ini pada keluarganya yang lain. Pantas saja mereka hanya berdua menunggui bayi itu.Suami Rima juga tidak terlihat sama sekali. Padahal memurut Ibu Rima dia sudah memberi tahu pada menantunya. Tapi, pria itu tidak menampakkan batang hidungnya. Berdasarkan keputusan keluarga. Bayi itu tidak dimakamkan disini, melainkan dibawa pulang ke kota Ibunya.Sekarang masih menunggu Ambulance yang tengah dipersiapkan oleh pihak rumah sakit untuk membawa pulang jenazah. Sedari tadi Mas Bima tak melepas genggamannya padaku. Aku tau itu hanya cara Mas Bima agar Rima tak mendekat padanya. Aku sampai mengabaikan keluarga di rumah. Padahal hari ini hari pernikahan kami, dan waktunya berkumpul dengan keluarga merayakan pernikahan ini. Baru menjelang magrib semuanya selesai. ••

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 65 Ujian Pertama

    "Ada Bu Rima datang." Bi Nur muncul di belakang anak-anak yang masih bergerombol."Bi, anak-anak bawa ke kamar atas saja," ucap Mas Bima. "Bim … " Ibu muncul dari belakang Bi Nur yang baru saja akan beranjak."Iya, Bu."Ibu sesaat terdiam sambil melihat anak-anak yang pergi bersama dengan Bi Nur. Setelah anak-anak menaiki tangga Ibu baru mendekat ke Mas Bima."Anak Rima harus operasi secepatnya, atau nyawanya tidak akan tertolong." Ibu bercerita dengan suara pelan. Mas Bima masih terdiam, tidak menjawab apapun."Mereka membutuhkan uang untuk operasi segera. Mereka berniat meminjam pada kita," cerita Ibu lagi.Aku hanya menyimak apa yang Ibu ceritakan, tentang kondisi Rima sekarang. Melihat Ibu yang masih begitu memikirkan Rima dan keluarganya, aku merasa hubungan keluarga ini bukan sekedar teman."Keluarga kita punya hutang budi pada keluarga mereka. Tapi, bukan hanya karena itu, Ibu kasihan melihat mereka. Kasihan pada bayi itu, ibu tidak tega." Kembali Ibu berbicara.Mas Bima melih

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 64 Hari Bahagia

    "Oh, mau sama Papa ya. Em … nanti kalau Papa Luna sudah nggak sibuk, pasti diajak jalan-jalan. Sekarang sama Papa Bima dulu ya?! Besok Papa Bima ajak semuanya ke pantai gimana?" Mas Bima merayu Luna yang masih manyun."Main pasir?" tanya Luna kemudian."Iyah … main pasir, Luna suka?" tanya Mas Bima kemudian."Suka …." Gadis kecilku itu tersenyum lebar, "Sama Abang Al, sama Abang El, sama Kak Kyla juga ya," ucapnya lagi."Boleh … papa Bima ajak semuanya. Tapi, Luna janji nggak boleh sedih-sedih. Harus senyum yang manis, mana papa Bima lihat senyumnya." Mendengar permintaan Mas Bima Luna tersenyum manis dan memeluk Papa Bimanya.Aku menggigit bibir melihat ketulusan dan kasih sayang yang Mas Bima berikan. "Cium dulu," ucap Mas Bima kemudian."Eh … keliru," Aku kaget saat sebuah kecupan mendarat di pipiku. Luna malah tertawa melihatnya."Hem … dasar modus, ntar dilihat yang lain," ucapku pelan. Untung semua terlihat sibuk sendiri-sendiri."Biarin … kan dah boleh. Ibadah …." Aku hanya nye

  • OBAT TIDUR UNTUK ISTRIKU   Bab 63 Lembaran Baru

    "Tanpa diminta pasti Hana lakukan." Aku menjawab pelan setelah mulai bisa mengatur hatiku."Mereka tanggung jawabku sekarang. Biarkan aku yang mengurus mereka." Mas Bima ikut menimpali."Aku percaya kamu bisa melakukannya. Tapi, hanya hal itu yang sekarang bisa aku lakukan. Biarkan aku melakukan tugas dan kewajibanku sebagai seorang ayah," pinta Mas Andrian kemudian."Tolong jaga mereka, bahagiakan mereka." Mas Andrian mengulurkan tangannya yang langsung disambut oleh Mas Bima. "Mereka akan bahagia bersamaku, tak perlu kwatir." Mas Bima kembali meyakinkan Mas Andrian."Mas selalu berdoa untukmu dan anak-anak," ucap Mas Andrian yang berjalan mendekat dan berdiri tepat di depanku."Jangan menangis, ini hari bahagiamu. Tak seharusnya aku datang, tapi, aku harus pergi sebentar lagi. Aku harus berpamitan pada kalian bukan." Mas Andrian memintaku tak menangis tapi, dia sendiri menangis. Begitu tak terduga segala hal yang menjadi takdir hidup setiap manusia. Sepasang anak manusia ini dulu

DMCA.com Protection Status