Share

Pertarungan Dua Wanita

Penulis: Risca Amelia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-14 15:52:30

Suri mendengus pelan, nada getir terdengar jelas di suaranya.

"Jadi, kamu baik padaku karena merasa kasihan? Karena aku pernah menderita penyakit tumor?" tanya Suri dengan suara bergetar. Matanya memerah oleh air mata, tetapi sorotnya penuh luka.

Romeo menggeleng cepat. "Bukan seperti itu. Aku berubah, karena aku sadar tidak bisa kehilanganmu. Aku mencintaimu, bahkan sebelum aku tahu caranya.”

Suri tertawa miris. "Terlambat," ucapnya seolah mengecap rasa pahit dari kata itu. "Hingga detik ini pun kamu belum bisa memutuskan siapa yang lebih penting untukmu, aku … atau Diva,” imbuh Suri menatap Romeo penuh kekecewaan.

“Aku tidak menginginkan cinta yang hanya membuat batinku tersiksa. Sudah cukup aku menderita selama ini."

Kalimat terakhir yang terlontar dari bibir Suri menghantam Romeo seperti badai. Sorot mata lelaki itu berubah, gelap dan penuh kekecewaan.

"Apakah bersamaku membuatmu begitu menderita?" tanyanya. Suara Romeo terdengar lirih, seolah ia sendiri takut mendengar jawaban
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
vanya Parengkuan
segitu doank romeo perjuangannya.. baru juga dijawab gitu sama suri udh mundur
goodnovel comment avatar
Aisya Laduni
jangan lama2 pisahnya romeo dan suri ya thor.kasihan romeo klo lama2 jauh dari suri,menang diva nanti...
goodnovel comment avatar
Ninuk Handayani
uh episode menyebalkan....dimana Suri boong sm perasaannya...bikin Romeo mundur....semoga cepet balik deh kalian berdua...tolong ya thor....hiks
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Janjiku telah Selesai

    Tangis Suri telah mereda, tetapi tubuhnya masih gemetar. Ia masih memeluk boneka beruang besar pemberian Romeo, seolah mencari penghiburan dalam kehangatan benda mati itu.Meski hatinya hancur berkeping-keping, tetapi rasa lelah akhirnya menguasainya. Perlahan, kelopak mata Suri tertutup, dan ia tertidur dengan air mata yang masih menggenang. Tak lama kemudian, suara dering ponsel memecah keheningan kamar. Suri terbangun dengan mata sembap dan kepala yang terasa berat. Ia melirik jam dinding—pukul tujuh lewat tiga puluh malam. Dengan suara serak khas bangun tidur, ia mengangkat panggilan tersebut. “Halo...” suaranya pelan dan lemah. “Suri, kamu di mana?” Suara Raysa terdengar cemas di seberang. “Aku sudah di depan rumahmu. Aku ketuk pintu, tapi tidak ada yang menyahut.”“Sorry, Ray, aku ketiduran,” jawab Suri sambil mengusap wajahnya. “Tunggu sebentar, aku bukakan pintu.” Ia meletakkan ponsel, bangkit dari tempat tidur, dan melangkah pelan ke pintu depan. Suri memaksakan diri unt

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Kandas

    Aroma nasi goreng sederhana memenuhi dapur apartemen Suri. Di meja makan kecil, Raysa sibuk mengaduk teh hangat untuk mereka berdua. Dengan senyum hangat, ia memindahkan dua piring nasi goreng ke meja. “Sarapan dulu, Suri. Kamu butuh tenaga untuk hari ini," ujarnya sambil mengambil tempat di hadapan sahabatnya. Suri, yang masih mengenakan piyama, duduk perlahan. Ia meraih sendok, menyuapkan nasi goreng ke mulutnya. Rasanya sederhana, tetapi cukup menghangatkan hati di pagi yang dingin. Sambil menyeruput teh, Raysa menatap Suri dengan sorot penuh perhatian. "Suri, kamu yakin akan masuk kerja hari ini? Kalau pikiranmu belum tenang, atau kamu tidak ingin bertemu banyak orang, minta izin saja pada Pak Sagara untuk istirahat." Suri meletakkan sendoknya, menatap sahabatnya dengan senyum tipis. "Aku baik-baik saja, Ray. Lagi pula, besok sudah akhir pekan, dan aku tidak punya alasan untuk takut bertemu orang-orang. Aku tidak melakukan kesalahan apa pun." Raysa tersenyum lega, lalu me

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Suri, Wanita yang Saya Cintai!

    Menghela napas panjang, Suri mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan. Ia menenggelamkan diri dalam laporan dan blueprint hingga tidak sadar waktu berlalu begitu cepat. Ketika jarum jam menunjukkan pukul lima sore, telepon di mejanya berdering. "Halo?" "Suri!" suara ceria Raysa terdengar di ujung telepon. "Sudah jam lima. Pulang saja on time, ya. Aku mau ajak kamu makan di luar. Setelah itu, kita sekalian nonton dengan Azka.”Suri tertawa kecil. "Baiklah, aku akan membereskan meja sekarang. Tunggu aku di lobi." Setelah menutup telepon, Suri mematikan laptop. Ia menyusun dokumen dan merapikan barang-barang pribadinya sebelum mengambil tas. Hari itu, ia memang butuh hiburan untuk mengalihkan pikiran dari Romeo. Di lobi, Raysa sudah menunggu dengan senyumnya yang khas. Tanpa membuang waktu, ia menggandeng lengan Suri menuju mobil. Dalam perjalanan, Raysa terus bercerita tentang adik laki-lakinya yang tidak sabar untuk bertemu dengan Suri. Sesekali, Suri tersenyum dan menga

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Cegah Romeo Sebelum Terlambat

    Suri menatap layar televisi yang kini sudah beralih menampilkan iklan, tetapi pikirannya masih terpaku pada konferensi pers yang baru saja ia saksikan. Bibirnya bergetar dan telapak tangannya berkeringat dingin. Semua kata-kata Romeo terus terngiang di telinganya, berputar seperti rekaman yang tak mau berhenti. Raysa, yang duduk di sebelahnya, segera menyodorkan tisu dengan wajah prihatin. "Suri, kamu tidak apa-apa?" tanyanya lembut, suaranya sarat kekhawatiran. Suri mengangguk kecil walaupun gerakannya nyaris tak terlihat. Tisu yang diberikan Raysa ia gunakan untuk menghapus air mata yang terus mengalir.Azka, yang biasanya melontarkan lelucon untuk mencairkan suasana, kini hanya diam. Eskpresinya berubah serius saat memandangi Suri. "Mau pulang sekarang?" Raysa bertanya dengan hati-hati. "Atau masih mau nonton?" Suri menarik napas panjang sebelum menjawab dengan suara lemah, "Aku mau pulang, Ray." Tanpa banyak bicara, Raysa menggenggam tangan Suri dan membantunya berdiri.

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Depresi Berat

    Ketegangan sedang melanda mansion keluarga Albantara. Nyonya Valerie, yang biasanya tampak anggun dan percaya diri, kini bersandar lemah di sofa ruang keluarga. Kepalanya terkulai, sementara tangannya memegang sapu tangan. Sesekali, ia mengangkat benda itu untuk menyeka keringat dingin di dahi. Pelayan pribadinya dengan lembut memijat pundak dan kepala Nyonya Valerie menggunakan minyak kelapa murni yang dihangatkan. Aroma lembut dari minyak itu memenuhi ruangan, meredakan ketegangan yang menggantung di udara. Sementara itu, pelayan lain berlari ke dapur, menyiapkan teh jahe hangat untuk sang nyonya. "Ini, Nyonya Besar," kata pelayan itu, sambil membawa nampan berisi cangkir teh jahe yang masih mengepul. Nyonya Valerie mengangkat tangannya dengan lemah, memberi isyarat agar minuman itu diletakkan di meja. "Biarkan di situ dulu. Aku ... masih pusing," katanya dengan suara nyaris berbisik. Di sudut ruangan, Aira tengah sibuk dengan ponselnya. Panggilan demi panggilan masuk tanpa

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Merindukanmu

    Suri hampir tidak memejamkan mata semalaman. Pikiran tentang Romeo, hubungannya, dan semua kekacauan yang melingkupi hidupnya melintas silih berganti. Ketika akhirnya ia tertidur, mungkin hanya tiga jam berlalu sebelum matahari pagi menembus tirai. Cahaya itu mengusik tidurnya yang tak nyenyak, memaksanya untuk bangun. Suri duduk di tepi tempat tidur, menatap kosong ke arah jendela. Ia menarik napas panjang, mencoba menenangkan jiwanya yang tertekan. Lalu, ia memutuskan untuk melakukan sesuatu yang dapat mengalihkan perhatian—melukis. Sebelum memulai kegiatan, Suri pergi ke dapur, menuangkan segelas susu hangat, lalu membawanya ke ruang tengah. Di sana, kanvas dan peralatan lukis yang ia beli bersama Romeo beberapa hari lalu masih tertata rapi di sudut ruangan. Ketika melihat benda-benda itu, kenangan tentang Romeo kembali menyeruak. Romeo ingin dilukis sebagai hukuman kecil atas kebohongannya. Permintaan itu sederhana, tetapi ia belum

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Giliranku yang Berjuang

    Raysa menatap jam dinding di ruang tamu. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh lewat tiga puluh. Dengan nada mendesak, ia berkata. “Suri, kita hanya punya beberapa jam lagi untuk mencegah Romeo pergi.” Kebimbangan tergambar jelas di wajah Suri. Hatinya berdebat sengit antara keinginan untuk bertahan dengan prinsipnya, atau mengikuti kerinduan yang terus menguat. “Mungkin kamu butuh sudut pandang lain,” ujar Raysa menggenggam tangan Suri dengan erat. "Bertanyalah pada Azka. Sebagai sesama lelaki, dia bisa menilai apakah Romeo tulus mencintai kamu.” Suri menghela napas panjang, tetapi akhirnya mengangguk pelan. Raysa pun menggandeng tangan Suri menuju ke ruang tamu, di mana Azka sedang asyik memainkan ponselnya. “Azka,” panggil Raysa, membuat adiknya menoleh. “Suri ingin bertanya padamu.” Azka meletakkan ponselnya, menatap Raysa dan Suri secara bergantian. “Tanya apa?” Raysa mendorong Suri untuk duduk di sofa, sementara ia sendiri berdiri di sampingnya.“Kemarin sore, kamu men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Perjalanan Mengejar Cinta

    Suri berjalan mondar-mandir di ruang tamu dengan gelisah. Jemarinya sesekali meremas tas selempang yang telah ia siapkan. Setiap detik yang berlalu terasa seperti jarum yang menusuk kesabaran Suri. Sejak tadi, Suri sudah bersiap. Ia berganti pakaian dengan blouse lengan panjang berwarna dusty pink, yang diselipkan ke dalam celana jeans biru muda. Rambutnya diikat ekor kuda, supaya lebih praktis untuk melakukan pergerakan cepat. Di sudut ruangan, Raysa duduk dengan tangan terlipat di dada, memperhatikan Suri yang tidak bisa diam. "Suri, santai sedikit. Kita akan sampai di sana tepat waktu," ujar Raysa, mencoba menenangkan. Suri berhenti sejenak, menatap sahabatnya, lalu mendesah panjang. "Aku tahu, tapi aku tidak bisa tenang sebelum bertemu Romeo." Baru saja kata-kata itu terucap, suara deru mesin mobil dan decit ban terdengar dari luar rumah. Suri hampir melompat dari tempatnya berdiri. Tanpa pikir panjang, ia berlari menuju pintu depan dan membukanya lebar. Raysa dan Azka, men

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18

Bab terbaru

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Ayah yang Tampan

    Aira melangkah keluar dari mansion dengan tergesa, sengaja menyembunyikan matanya yang sembap di balik kacamata hitam. Pikirannya penuh dengan kecemasan, tetapi ia berusaha menjaga langkahnya tetap stabil, agar para pelayan tidak menaruh curiga. Namun, saat ia hampir mencapai halaman, jantungnya berdegup kencang. Ia melihat mobil ibunya, Nyonya Valerie, telah terparkir di sana. Aira pun mempercepat langkah, berharap bisa pergi sebelum sang ibu melihatnya."Aira, mau ke mana kamu?" panggil Nyonya Valerie.Aira berhenti sejenak, lalu menoleh dengan senyum yang dipaksakan. "Aku mendapat undangan ulang tahun dari teman, Ma. Aku hampir terlambat."Tanpa menunggu reaksi lebih lanjut, Aira masuk ke mobil dan menyalakan mesin dengan terburu-buru. Dari kaca spion, ia melihat ibunya mengernyit, tampak curiga dengan tingkahnya. Namun, ia mengabaikan hal itu, dan langsung mengemudikan mobilnya keluar dari gerbang mansion. Tak berselang lama, Aira tiba di apartemen Lili. Gadis itu sudah berdiri

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tidak Mau Hancur Sendirian

    “Pergilah ke luar negeri, Diva, setidaknya sampai situasi benar-benar aman,” ucap Randy yang ikut merasa ketakutan. Diva mengernyit, menatap Randy penuh keraguan. "Pergi? Sekarang?""Semakin cepat, semakin baik! Kalau Toni sampai membuka mulut, kamu bisa ditangkap polisi.”Diva menghela napas panjang. Pikirannya berkecamuk. Pergi ke luar negeri mungkin pilihan terbaik, tetapi itu juga berarti ia harus meninggalkan semua yang ia miliki di sini, termasuk karier dan kehidupannya yang sudah nyaman. Tenggorokannya terasa kering. Ia mengepalkan tangan, berusaha meredam kegelisahan yang meluap-luap di dadanya. Beberapa saat kemudian, Diva mengangkat wajahnya, kedua matanya menyala penuh tekad. "Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum menemukan Kak Romeo,” pungkas Diva. Seringai tipis muncul di sudut bibirnya. “Aku sudah bertindak sejauh ini, Randy. Aku tidak akan menyerah terlalu cepat."Tanpa menunggu tanggapan dari asistennya, Diva segera menundukkan kepala dan menekan nomor ponsel seseor

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jatuh Cinta Berkali-kali

    Dada Romeo bergemuruh hebat, tangannya mencengkeram erat jemari Suri, seakan takut kenyataan ini hanyalah mimpi yang bisa lenyap kapan saja. Napasnya tersengal, dan sebaris senyum penuh haru perlahan merekah di bibirnya. Sementara matanya mulai terasa panas, digenangi air mata kebahagiaan yang sulit dibendung. "Apa...? K-kita punya anak kembar?" tanya Romeo terbata-bata. Setiap kata yang terucap mengandung guncangan emosional yang begitu dalam.Suri mengangguk sambil tersenyum di tengah air matanya. "Ya, Romeo... kita punya dua bayi, satu laki-laki dan satu perempuan. Nama mereka Jevandro dan Jeandra.”Romeo tidak bisa menahan air matanya lagi. Ia menarik Suri ke dalam pelukan, seolah tidak ingin melepaskannya lagi. Tangisnya pecah di pundak istrinya."Jadi, dugaanku benar... Saat aku koma, kamu tengah mengandung anak kita."Suri terkejut, dahinya mengernyit penuh tanda tanya. "Dari mana kamu tahu? Apa Yonas yang memberitahumu?"Romeo menggeleng, bibirnya membentuk senyum samar. "Tid

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mengurai Kesalahpahaman

    Suri tidak dapat menahan air matanya lagi. Perasaan haru dan syukur bercampur menjadi satu dalam dadanya, ketika mengetahui Romeo sudah bisa melihat.Tanpa banyak bicara, ia langsung merengkuh sang suami dalam pelukan erat, tubuhnya berguncang oleh tangis yang tak terbendung. Sambil menangis tersedu, Suri membenamkan wajahnya di bahu Romeo, merasakan kehangatan tubuhnya yang begitu nyata, begitu hidup. Selama ini, ia takut kehilangan Romeo, takut segalanya akan berakhir dalam perpisahan yang menyakitkan. Tak disangka, kini ia berada dalam dekapan Romeo, mendengar suara beratnya yang penuh kepastian.Romeo membalas pelukan itu, membiarkan Suri menangis di pelukannya. Ia mengusap lembut punggung sang istri, berusaha menenangkan tubuhnya yang gemetar. Setelah beberapa saat menyelami kehangatan yang indah, Romeo menyeringai kecil dan berkata dengan nada menggoda."Sayang, jangan terlalu erat. Dadaku masih nyeri, lenganku juga pegal karena terbentur tanah."Suri langsung terkejut dan mel

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Aku Mengenalimu, Sayang

    Di dalam ruang kerja yang sunyi, Suri menghela napas lega usai berhasil memompa ASI. Hasilnya, tiga botol kecil susu tersusun rapi di atas meja, siap untuk disimpan.Dengan hati-hati, Suri menyimpan kembali pompa ASI ke dalam tas, memastikan semuanya tetap bersih dan rapi. Rasa lelah sedikit menyergapnya, tetapi ada kepuasan tersendiri melihat stok ASI bertambah. Baju atasan yang ia kenakan telah basah, meninggalkan bercak yang cukup kentara di kainnya. Mau tak mau, Suri mengambil kemeja bersih yang sudah ia siapkan untuk berjaga-jaga. Begitu berganti pakaian, Suri merapikan rambutnya sejenak, lalu bersiap untuk keluar.Pelan-pelan, Suri membuka pintu ruang kerja, berhati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik. Ia melangkah perlahan, hampir mengendap-endap, menuju dapur dengan tujuan menyimpan stok ASI ke dalam freezer. Matanya sesekali melirik ke sekeliling, memastikan bahwa Romeo tidak mendengar pergerakannya. Begitu sampai di dapur, Suri membuka pintu freezer dan menyimpan bot

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Harga Diri yang Hancur

    Di dalam kamar dengan pencahayaan redup, Aira duduk di atas kloset dengan wajah pucat. Tangannya sedikit gemetar saat ia membuka kemasan test pack yang sejak tadi ia pegang. Jemarinya yang dingin berusaha tetap stabil, dalam menggenggam alat kecil berwarna putih yang akan menentukan masa depannya. Ia mengumpulkan keberanian, lalu menampung urine di wadah kecil sebelum mencelupkan test pack ke dalamnya. Selama beberapa detik, Aira tidak bisa bernapas dengan normal. Ia merasa seperti menunggu vonis yang akan menentukan nasibnya. Satu detik. Dua detik. Lima detik. Aira menutup mata erat-erat, enggan melihat hasilnya. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa ini hanya keterlambatan biasa, bahwa ia hanya terlalu stres belakangan ini. Namun, saat ia membuka mata, garis pertama muncul dengan cepat—tanda bahwa test pack berfungsi. Dan tak lama kemudian… Garis kedua muncul begitu saja. Dua garis merah yang sangat nyata, seakan-akan menertawakan hidupnya yang baru saja terjungkal dalam jura

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rahasia yang Terungkap

    Meskipun jantungnya berdegup kencang, Suri berupaya menemukan alasan yang masuk akal sebelum Romeo mencurigai sesuatu. Beruntung, sebuah ide cemerlang melintas di benaknya pada waktu yang tepat."Ah... ini hanya keringat biasa, Tuan Romeo," katanya berusaha terdengar santai. "Saya kepanasan karena terlalu lama berdiri di bawah terik matahari. Setelah sampai di apartemen, saya akan langsung ganti baju.”Mendengar jawaban Suri, Romeo hanya menatap lurus ke depan tanpa mengatakan apa-apa. Suri pun menarik napas lega. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sebentar, karena Romeo tiba-tiba memberikan perintah kepada sopirnya."Berhenti di restoran sushi. Aku ingin makan sebelum ke apartemen." Panik mulai menjalari pikiran Suri. Jika ditunda lebih lama, mungkin ia tidak akan tahan menanggung rasa nyeri yang kian menyiksa. Ditambah lagi, bajunya yang semakin basah akan mengundang perhatian banyak orang.“Tuan Romeo, bagaimana kalau saya memesan sushi lewat layanan delivery? Lebih praktis d

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Insiden di Lokasi Proyek

    Mata Suri membelalak, seolah telinganya baru saja menangkap sesuatu yang tidak seharusnya. Ia tidak yakin apakah ia benar-benar mendengar atau hanya berhalusinasi, tetapi suara itu begitu jelas, begitu nyata. Romeo memanggilnya ‘Sayang’. Jantung Suri berdegup lebih cepat, seperti ingin berontak dari dalam dadanya. Jemarinya yang masih menggenggam lengan Romeo sedikit gemetar, tetapi ia berusaha menenangkan diri dengan berdehem."Tuan Romeo," panggil Suri terdengar ragu. "Apa yang baru saja Anda katakan?" Romeo menoleh dengan ekspresi datar seperti biasa. Ia bahkan tidak terlihat menyadari kegelisahan yang melanda Suri. Dengan nada polos, Romeo malah balik bertanya, "Memangnya aku mengatakan apa?" Suri mengernyit, mencoba mencari tanda-tanda bahwa Romeo sedang mempermainkannya. Namun, ekspresi pria itu tetap tenang, seolah ia benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi. "Aku hanya meminta dukungan dan bantuan darimu supaya tidak gugup," lanjut Romeo ringan.Suri menatapny

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bantu Aku, Sayang

    Di kediaman keluarga Albantara, suasana terasa hening. Nyonya Valerie duduk dengan gelisah di sofa. Di tangannya, secangkir teh chamomile mengepul hangat, tetapi ia sama sekali tak berniat menyesapnya. Pintu utama terbuka, dan seorang pelayan masuk, membungkuk sopan sebelum mengumumkan kedatangan tamu. "Nyonya, Nona Diva telah tiba," katanya dengan nada hormat. Tak lama, Diva masuk sambil mengulum senyum, tetapi ada kilatan ambisi dalam sorot matanya. Wanita itu berjalan mendekati Nyonya Valerie, dan tanpa basa-basi langsung menanyakan tentang Romeo."Bagaimana hasilnya, Tante? Apakah detektif yang Tante sewa sudah menemukan Kak Romeo?" Nyonya Valerie menegakkan punggungnya, lalu menghela napas pelan. Ia meletakkan cangkir tehnya di atas meja kaca sebelum menjawab dengan nada datar. "Belum," jawabnya singkat. "Sepertinya Romeo belum meninggalkan tempat persembunyiannya. Tapi, dia akan keluar untuk mengurus pekerjaan. Saat itulah, detektif kita bisa menemukan jejak Romeo."

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status