Share

Menggoda Atasan

Author: Risca Amelia
last update Last Updated: 2025-02-24 13:58:49

"Apakah kamarku nyaman sekali, sampai kamu tertidur begitu lama?"

Suara bariton yang dalam itu berbisik begitu dekat di telinga Suri, menembus lelapnya tidur yang membuainya dalam mimpi.

Suri sontak membuka mata, terkejut bukan main. Dadanya berdebar hebat, seakan ada palu yang menghantam tulang rusuknya dari dalam. Kelopak matanya masih berat, tetapi kesadarannya langsung kembali begitu saja saat ia menyadari situasi yang tengah terjadi.

Terbangun dengan gerakan tiba-tiba, bola mata Suri membesar dalam keterkejutan. Napasnya tertahan sejenak. Entah ini ilusi atau kenyataan, tetapi wajah Romeo kini berada sangat dekat dengannya.

Ketika mata Suri benar-benar terbuka, pandangannya bertemu dengan sepasang mata hazel pria itu. Meski ia tahu Romeo tidak dapat melihat dengan jelas, ada sesuatu dalam tatapan kosong itu yang membuatnya gelisah.

Di dalam sana, jantung Suri bertalu tanpa irama yang jelas. Posisinya yang tidur berhadapan dengan Romeo begitu canggung, membuatnya tidak nyama
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tari Emawan
masak romeo ga kenal aroma tubuh suri mll bantal yg dihirup?
goodnovel comment avatar
Puji Lestari
masa Romeo tidak mengenali suara suri
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Dia Masih Mencintaiku

    Tubuh Suri menegang. Perlahan, ia menoleh dan mendapati Romeo berdiri di dekat meja makan dengan ekspresi datar.Menelan ludah, Suri memutar otak secepat mungkin. Ia harus menemukan alasan yang masuk akal—dan cukup meyakinkan—agar Romeo tidak curiga. "Yang tidak boleh dikatakan adalah ... saya baru selesai makan siang,” jawab Suri. Meski terdengar konyol, tetapi hanya jawaban ini yang terlintas di benaknya.Dahi Romeo berkerut. "Kenapa harus disembunyikan?" tanyanya, jelas bingung. "Aku bukan atasan kejam yang melarang karyawan untuk makan." "Bukan begitu maksud saya," ralat Suri berusaha terdengar santai. "Anda tadi baru saja memarahi saya gara-gara ketiduran, dan mungkin Anda akan semakin marah kalau saya makan.”Romeo tidak langsung menanggapi. Beberapa saat kemudian, ia hanya mendengus kecil sebelum membalikkan tubuhnya sembari menggenggam tongkat."Kembali ke ruang kerja. Aku menunggumu.”Mendengar perintah itu, Suri mengelap tangannya dengan handuk sebelum mengikuti langkah

    Last Updated : 2025-02-24
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Berubah Manja

    "Bagaimana hari pertamamu bekerja?" tanya Raysa dengan nada antusias. "Apakah Romeo tidak mengenalimu sama sekali?" Suri melepaskan tasnya, menghela napas sebelum menjawab, "Tidak. Dia tidak mengenaliku." Raysa mengernyit, tampak tidak puas dengan jawaban singkat itu. "Lalu, bagaimana rasanya bekerja untuk suamimu sendiri?" Suri tersenyum miris. "Melelahkan," jawabnya jujur. "Aku harus sabar menghadapi Romeo yang sekarang. Dia lebih dingin, ketus, dan sedikit menyebalkan." Raysa terkekeh pelan, kemudian menepuk bahu Suri untuk memberikan semangat.“Kenapa tidak sekalian mengaku bahwa kamu adalah istrinya?”Suri menggeleng pelan. "Jangan dulu," katanya lirih. "Aku masih ingin menguji Romeo. Aku ingin tahu perasaannya padaku.” Raysa terdiam, lalu mengangguk pelan. "Baiklah, semoga kamu berhasil. Aku pulang dulu, ya. Besok aku akan datang jam tujuh.” Setelah mengantar Raysa ke pintu, Suri berjalan menuju kamarnya. Ia membersihkan diri di kamar mandi, sebelum menyusui kedua bayi

    Last Updated : 2025-02-25
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Bantu Aku, Sayang

    Di kediaman keluarga Albantara, suasana terasa hening. Nyonya Valerie duduk dengan gelisah di sofa. Di tangannya, secangkir teh chamomile mengepul hangat, tetapi ia sama sekali tak berniat menyesapnya. Pintu utama terbuka, dan seorang pelayan masuk, membungkuk sopan sebelum mengumumkan kedatangan tamu. "Nyonya, Nona Diva telah tiba," katanya dengan nada hormat. Tak lama, Diva masuk sambil mengulum senyum, tetapi ada kilatan ambisi dalam sorot matanya. Wanita itu berjalan mendekati Nyonya Valerie, dan tanpa basa-basi langsung menanyakan tentang Romeo."Bagaimana hasilnya, Tante? Apakah detektif yang Tante sewa sudah menemukan Kak Romeo?" Nyonya Valerie menegakkan punggungnya, lalu menghela napas pelan. Ia meletakkan cangkir tehnya di atas meja kaca sebelum menjawab dengan nada datar. "Belum," jawabnya singkat. "Sepertinya Romeo belum meninggalkan tempat persembunyiannya. Tapi, dia akan keluar untuk mengurus pekerjaan. Saat itulah, detektif kita bisa menemukan jejak Romeo."

    Last Updated : 2025-02-25
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Insiden di Lokasi Proyek

    Mata Suri membelalak, seolah telinganya baru saja menangkap sesuatu yang tidak seharusnya. Ia tidak yakin apakah ia benar-benar mendengar atau hanya berhalusinasi, tetapi suara itu begitu jelas, begitu nyata. Romeo memanggilnya ‘Sayang’. Jantung Suri berdegup lebih cepat, seperti ingin berontak dari dalam dadanya. Jemarinya yang masih menggenggam lengan Romeo sedikit gemetar, tetapi ia berusaha menenangkan diri dengan berdehem."Tuan Romeo," panggil Suri terdengar ragu. "Apa yang baru saja Anda katakan?" Romeo menoleh dengan ekspresi datar seperti biasa. Ia bahkan tidak terlihat menyadari kegelisahan yang melanda Suri. Dengan nada polos, Romeo malah balik bertanya, "Memangnya aku mengatakan apa?" Suri mengernyit, mencoba mencari tanda-tanda bahwa Romeo sedang mempermainkannya. Namun, ekspresi pria itu tetap tenang, seolah ia benar-benar tidak tahu apa yang sedang terjadi. "Aku hanya meminta dukungan dan bantuan darimu supaya tidak gugup," lanjut Romeo ringan.Suri menatapny

    Last Updated : 2025-02-26
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Rahasia yang Terungkap

    Meskipun jantungnya berdegup kencang, Suri berupaya menemukan alasan yang masuk akal sebelum Romeo mencurigai sesuatu. Beruntung, sebuah ide cemerlang melintas di benaknya pada waktu yang tepat."Ah... ini hanya keringat biasa, Tuan Romeo," katanya berusaha terdengar santai. "Saya kepanasan karena terlalu lama berdiri di bawah terik matahari. Setelah sampai di apartemen, saya akan langsung ganti baju.”Mendengar jawaban Suri, Romeo hanya menatap lurus ke depan tanpa mengatakan apa-apa. Suri pun menarik napas lega. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sebentar, karena Romeo tiba-tiba memberikan perintah kepada sopirnya."Berhenti di restoran sushi. Aku ingin makan sebelum ke apartemen." Panik mulai menjalari pikiran Suri. Jika ditunda lebih lama, mungkin ia tidak akan tahan menanggung rasa nyeri yang kian menyiksa. Ditambah lagi, bajunya yang semakin basah akan mengundang perhatian banyak orang.“Tuan Romeo, bagaimana kalau saya memesan sushi lewat layanan delivery? Lebih praktis d

    Last Updated : 2025-02-27
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Harga Diri yang Hancur

    Di dalam kamar dengan pencahayaan redup, Aira duduk di atas kloset dengan wajah pucat. Tangannya sedikit gemetar saat ia membuka kemasan test pack yang sejak tadi ia pegang. Jemarinya yang dingin berusaha tetap stabil, dalam menggenggam alat kecil berwarna putih yang akan menentukan masa depannya. Ia mengumpulkan keberanian, lalu menampung urine di wadah kecil sebelum mencelupkan test pack ke dalamnya. Selama beberapa detik, Aira tidak bisa bernapas dengan normal. Ia merasa seperti menunggu vonis yang akan menentukan nasibnya. Satu detik. Dua detik. Lima detik. Aira menutup mata erat-erat, enggan melihat hasilnya. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa ini hanya keterlambatan biasa, bahwa ia hanya terlalu stres belakangan ini. Namun, saat ia membuka mata, garis pertama muncul dengan cepat—tanda bahwa test pack berfungsi. Dan tak lama kemudian… Garis kedua muncul begitu saja. Dua garis merah yang sangat nyata, seakan-akan menertawakan hidupnya yang baru saja terjungkal dalam jura

    Last Updated : 2025-02-28
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Aku Mengenalimu, Sayang

    Di dalam ruang kerja yang sunyi, Suri menghela napas lega usai berhasil memompa ASI. Hasilnya, tiga botol kecil susu tersusun rapi di atas meja, siap untuk disimpan.Dengan hati-hati, Suri menyimpan kembali pompa ASI ke dalam tas, memastikan semuanya tetap bersih dan rapi. Rasa lelah sedikit menyergapnya, tetapi ada kepuasan tersendiri melihat stok ASI bertambah. Baju atasan yang ia kenakan telah basah, meninggalkan bercak yang cukup kentara di kainnya. Mau tak mau, Suri mengambil kemeja bersih yang sudah ia siapkan untuk berjaga-jaga. Begitu berganti pakaian, Suri merapikan rambutnya sejenak, lalu bersiap untuk keluar.Pelan-pelan, Suri membuka pintu ruang kerja, berhati-hati agar tidak menimbulkan suara berisik. Ia melangkah perlahan, hampir mengendap-endap, menuju dapur dengan tujuan menyimpan stok ASI ke dalam freezer. Matanya sesekali melirik ke sekeliling, memastikan bahwa Romeo tidak mendengar pergerakannya. Begitu sampai di dapur, Suri membuka pintu freezer dan menyimpan bot

    Last Updated : 2025-03-01
  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mengurai Kesalahpahaman

    Suri tidak dapat menahan air matanya lagi. Perasaan haru dan syukur bercampur menjadi satu dalam dadanya, ketika mengetahui Romeo sudah bisa melihat.Tanpa banyak bicara, ia langsung merengkuh sang suami dalam pelukan erat, tubuhnya berguncang oleh tangis yang tak terbendung. Sambil menangis tersedu, Suri membenamkan wajahnya di bahu Romeo, merasakan kehangatan tubuhnya yang begitu nyata, begitu hidup. Selama ini, ia takut kehilangan Romeo, takut segalanya akan berakhir dalam perpisahan yang menyakitkan. Tak disangka, kini ia berada dalam dekapan Romeo, mendengar suara beratnya yang penuh kepastian.Romeo membalas pelukan itu, membiarkan Suri menangis di pelukannya. Ia mengusap lembut punggung sang istri, berusaha menenangkan tubuhnya yang gemetar. Setelah beberapa saat menyelami kehangatan yang indah, Romeo menyeringai kecil dan berkata dengan nada menggoda."Sayang, jangan terlalu erat. Dadaku masih nyeri, lenganku juga pegal karena terbentur tanah."Suri langsung terkejut dan mel

    Last Updated : 2025-03-01

Latest chapter

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tiga Anak Kesayangan

    Langkah-langkah ringan terdengar menuruni tangga spiral di tengah mansion. Suri, mengenakan gaun rumah dan syal tipis di bahunya, turun dengan anggun sambil menoleh ke arah dapur. Ada sedikit garis khawatir di ujung matanya—sebuah kebiasaan yang tak bisa dihapuskan oleh waktu, terlebih saat menyangkut anak-anaknya.“Tini, makan malamnya sudah siap?” tanya Suri kepada salah satu pelayan. “Iya, Nyonya. Tinggal disajikan,” jawab sang pelayan sambil membungkuk sopan.Suri mengangguk, lalu mengarahkan pandangannya ke ruang kerja untuk mencari keberadaan Romeo.“Sayang, ayo makan malam dulu!”Pintu ruang kerja terbuka. Romeo menoleh dan membalas, “Baik, Sayang. Kami segera ke sana.”Ia pun berdiri dan menepuk bahu Jevandro ringan. “Ayo, Nak. Waktunya makan malam.”Jevandro bangkit, masih dalam diam, tetapi wajahnya tampak lebih ringan daripada saat ia datang tadi.Ketika mereka keluar dari ruang kerja, pandangan Suri jatuh pada sosok putra sulungnya. Wajah itu kini tumbuh menjadi dewasa, t

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Jangan Ulangi Kesalahan Papa!

    Selesai melakukan tugasnya, Jeandra segera menarik tangannya, seolah takut berada terlalu lama dalam lingkar keintiman yang tidak ia harapkan. Ia melangkah mundur, menghindari tatapan Kenan yang kini telah berbalik dan mulai mengenakan kembali kaos polo putihnya.“Saya tidak mau makan malam bersama Bapak,” tolak Jeandra tegas. “Saya lebih suka makan sendiri.”Kenan menatapnya sebentar, wajahnya tak menunjukkan perubahan apa pun. Pria itu hanya mengangguk, nyaris tanpa emosi. “Baiklah,” sahutnya ringan. "Kalau begitu, saya pulang sekarang.”Kenan menenteng tasnya, lalu menoleh sejenak sebelum melangkah ke pintu. “Jangan lupa, besok masuk kantor seperti biasa. Kamu tetap sekretaris saya, dan besok ada meeting penting. Datanglah tepat waktu.”“Ya, ya,” jawab Jeandra malas, mengibaskan tangannya tanpa menoleh.Dengan cepat, ia berjalan mendahului Kenan ke depan pintu apartemen. Sesampainya di sana, Jeandra berdiri dengan punggung lurus dan kepala sedikit menoleh ke samping. Tanpa ragu,

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Suami Istri Sungguhan

    Kenan lantas duduk bersandar di sofa empuk ruang tengah apartemen Jeandra, seolah ruangan itu telah lama menjadi miliknya. Cahaya temaram lampu gantung menciptakan siluet tegas di wajah tampannya yang selalu tenang dan sulit ditebak. Matanya menatap Jeandra sekilas, sebelum merogoh tas kerja kulit hitam yang ia bawa sejak tadi.Dengan gerakan terukur, Kenan mengeluarkan map dokumen berwarna gading lalu meletakkan di atas meja kaca di hadapannya.“Ini,” ucapnya seraya mendorong map itu ke arah Jeandra. “Draft perjanjian dari pengacara saya. Kami sudah berdiskusi cukup panjang tadi siang.”Jeandra menatap benda itu dengan kening berkerut, enggan menyentuhnya.“Dalam perjanjian ini,” lanjut Kenan tenang, “disepakati bahwa pernikahan kita akan tetap dijalankan selama enam bulan ke depan, demi menjaga nama baik keluarga saya, dan nama baik kamu juga. Setelah itu, saya akan memberimu satu milyar sebagai kompensasi perceraian.”Jeandra membelalak. “Enam bulan?” Sorot matanya menatap Kenan se

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Saya adalah Suamimu

    Langit nampak cerah ketika Jeandra tiba di butiknya, setelah hampir satu minggu tak menampakkan diri. Kedatangannya disambut dengan wajah-wajah penuh rindu dari para staf dan asistennya. Wangi lembut bunga peony yang menjadi ciri khas interior butik itu menguar di udara, memberikan rasa tenteram yang sudah lama tidak ia rasakan. Untuk sejenak, Jeandra merasa seperti pulang ke rumah kedua.“Bu Jeandra! Akhirnya datang juga,” seru Clara, asistennya yang setia, sembari menghampiri dengan antusias. Pegawai-pegawai lain ikut menyapa dan beberapa bahkan secara spontan memberikan pelukan ringan. “Kami pikir Anda tidak akan kembali dalam waktu dekat,” tambahnya dengan senyum lebar.Jeandra tertawa kecil. “Aku rindu tempat ini, tapi belum bisa datang setiap hari. Masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan di luar."Suasana hangat itu mendadak bertambah ramai, saat seorang wanita melangkah keluar dari ruang rias. Ia adalah Melina Pertiwi, calon pengantin dari keluarga pengusaha ternama yang s

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Tanpa Rasa

    Meski sempat nyaris menolak dengan halus, Serin akhirnya menganggukkan kepala ketika Suri kembali mengajaknya makan siang. Ia mengikuti langkah Suri dan Jeandra menuju ruang makan keluarga dengan ragu-ragu. Kesadaran bahwa dirinya sedang berdiri di ambang perubahan besar—membuat hatinya berdebar.Selama makan siang, Serin lebih banyak menunduk dan menyentuh makanan di piringnya tanpa benar-benar mengecap rasanya. Namun, suasana akrab di meja makan membuat dada Serin terasa hangat. Sudah lama sekali ia tak merasakan atmosfer kekeluargaan seperti ini—sejak kepergian kedua orangtuanya.Terlebih, keramahan Jeandra yang sering menyelipkan obrolan ringan, serta perhatian halus dari Suri membuat Serin mulai merasa diterima, walau ia masih takut untuk terlalu banyak bicara. Ia lebih suka mendengar, mencatat dalam benaknya bagaimana sebuah keluarga yang sesungguhnya saling berinteraksi.Selesai makan siang, Serin kembali berdiri dengan sopan, lalu membungkukkan tubuh sedikit.“Terima kasih ban

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Sandiwara Dalam Cinta

    Mendengar pengakuan dari bibir Serin, Jeandra nyaris tidak bisa mempercayai apa yang baru saja didengarnya. Tatapan gadis itu memang tampak tulus, tetapi Jeandra mampu membaca lebih dalam dari sekadar kilau bening di bola mata seseorang. Ada yang disembunyikan, ada rasa yang terlalu ganjil untuk sekadar disebut cinta dalam waktu sesingkat itu. Dengan gerakan spontan, Jeandra memutar tubuh Serin agar menghadap ke arahnya. Kedua tangan Jeandra memegang bahu ramping Serin dengan kehangatan yang menguatkan, seperti seorang kakak yang sedang mencoba memahami keputusan adiknya.“Tatap mataku, Serin,” tukas Jeandra. “Jawab aku dengan jujur… apakah kamu sungguh-sungguh mencintai Jevan? Atau, kamu mengatakan semua ini atas suruhan seseorang?”Serin terdiam beberapa detik. Matanya membeku dalam kecamuk batin yang tak terucap. Di hadapannya, Jeandra menanti dengan penuh kesungguhan, seolah tak rela satu keping kebohongan pun bersembunyi.Serin tahu, Jeandra menuduhnya menyembunyikan kebenaran.

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Mulai Jatuh Cinta

    Kalimat menenangkan yang diucapkan oleh Suri dan Romeo membuat suasana di ruangan itu terasa berbeda. Serin tak lagi merasa berada di ruang penghakiman, melainkan berada di tempat di mana ia bebas bersuara —tanpa prasangka, tanpa syarat.Sembari menggigit bibirnya, Serin mengangguk perlahan. Suara lirihnya keluar seperti bisikan dari jiwa yang selama ini terkunci rapat.“Terima kasih… telah menerima saya di sini.”Tak berselang lama, pelayan datang untuk menyajikan minuman, membuat keheningan sejenak mengendap di antara mereka. Suri menyesap teh di hadapannya, seakan ingin memberi jeda sebelum pertanyaan berikutnya dilontarkan.Tatapannya yang lembut terarah kembali menyentuh wajah Serin, mencoba menyelami rahasia yang tersimpan di balik sorot mata gadis itu.Pada akhirnya, Suri mulai mengajukan pertanyaan yang sejak semalam mengganjal di hatinya.“Serin,” panggilnya tenang. “Benarkah sekarang kamu bekerja sebagai karyawan magang di bagian call center?” “Iya, Tante, sebelumnya saya m

  • Nyonya, Tuan Presdir Jatuh Cinta Lagi Padamu!   Butuh Kejujuranmu

    Serin menunduk dalam-dalam. Air matanya hampir menetes, tetapi ia segera menahannya. Ia harus kuat. Ia tidak boleh gentar. Karena satu langkah saja yang salah, maka bukan hanya pekerjaannya yang akan lenyap, tapi juga martabat yang selama ini ia pertahankan dengan segenap tenaga.Seiring roda mobil yang menggesek halus permukaan aspal, denting waktu seakan melambat di telinga Serin. Keringat dingin mulai menggenang di dahinya, membasahi kulit tipis yang pucat pasi. Telapak tangannya lembap, menggigil oleh gugup yang tak mampu ia redam. Bola matanya menatap kosong ke jendela yang menampilkan dunia asing—megah dan berkelas—yang terasa begitu jauh dari kehidupannya sehari-hari. Ia tidak tahu di mana letak mansion keluarga Albantara. Bahkan, membayangkan wujudnya pun ia tidak berani.Namun satu hal yang ia yakini, rumah itu pasti tidak seperti rumah—melainkan seperti istana para raja.Serin memejamkan mata sejenak, bagaikan seorang tawanan yang hendak dibawa menuju ruang sidang. Ia tak

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status