Terima kasih. Semoga suka
!!! WARNING 21++++ !!!“Arrgggh!” Sasa menggila setelah mengetahui Mahira diculit Elivs. Dia tidak menyangka pria yang dicintainya lebih memilih mantan istri dari pada dirinya.“Kenapa harus Mahira? Wanita itu benar-benar dicintai banyak pria. Padahal dia hanya seorang dokter miskis.” Sasa menghambur isi kamarnya hingga berantakan. Semua perlengkapan kecantikan berserakan di lantai. Begitu juga dengan bantal dan guling serta foto-foto dirinya bersama dengan Elvis.“Harusnya malam itu aku berhasil mengambil benih milik Elvis hingga hamil. Harusnya aku pura-pura hamil. Benar. Aku harus mencari kesempatan lagi untuk bisa mengambil video bersama Elvis.” Sasa tersenyum. Dia sedang memikirkan rencana untuk mendapatkan cairan milik Elvis.“Bagaimana caranya agar aku mendapatkan benih milik Elvis agar aku bisa hamil anak dia? Dia pasti belum menyentuh Mahira dan aku yakin wanita itu juga tidak akan memberikan tubuhnya dengan mudah.” Sasa tahu benar dengan harga diri Mahira yang sangat tinggi s
WARNING 21+Tidak ada yang berani membangunkan Mahira dan Elvis. Para pelayan membiarkan pasangan suami istri itu tetap terlelap. Walaupun hari sudah tidak pagi lagi. Keduanya lelah setelah bercinta semalaman dengan penuh gairah.“Hah! Tubuhku lengket sekali.” Hah!” Mahira memegang sesuatu yang mengganjal di punggungnya.“Apa ini?” Mahira bingung. Jari-jarinya meremas benda lembut dan kenyal.“Hah. Oh no!” Mahira segera melepas sesuatu yang dengan mudah telah menegang.“Mahira, apa semalam belum puas sehingga kamu membuat senjataku menegang?” Elvis meremas buah kembar Mahira.“Aaah!” Mahira segera memegang tangan Elvis yang kekar.“Hhh. Kami tidur telanjang dan saling berpelukan.” Mahira tidak berani bergerak. Dia bisa merasakan hangat dari senjata Elvis yang menempel di punggungnya.“Kenapa Elvis tidak juga mengenakan celananya dan keluar dari selimut ini? Aku tidak bisa bergerak.” Mahira masih memegang tangan Elvis yang ada di dadanya. Pikirannya kacau mengingat malam panjang dan pan
Elvis pergi ke Perusahaan hanya sebentar saja setelah makan siang. Pria itu sebenarnya sangat sibuk, tetapi lebih memilih berada di samping Mahira. Dia harus menebus dua tahun yang terbuang percuma.“Pak Elvis. Kenapa Anda datang?” tanya Rino.“Bukankah kamu memintaku untuk datang walaupun hanya sebentar saja,” jawab Elvis masuk ke dalam ruangannya.“Ya, tetapi….” Kalimat Rino terhenti.“Kak Elvis.” Sasa langsung memeluk Elvis. Wanita itu menangis sesegukan. “Sasa.” Elvis melihat pada Rino yang mengangkat tangannya.“Apa yang kamu lakukan di sini, Sasa.” Elvis mendorong tubuh Sasa agar menjauh darinya.“Kak, kenapa Kakak menghilang dan tidak pernah lagi datang kepadaku? Aku merindukan Kak Elvis.” Sasa menatap Elvis.“Aku sibuk. Aku sudah mengirimkan uang untuk pengobatan kamu dan sekarang kamu sudah sembuh. Itu cukup,” tegas Elvis duduk di kursinya. Dia benar-benar tidak ingin Sasa berada terlalu dekat dengannya.“Kak, apa Kakak tidak akan menepati janji?” tanya Sasa berdiri di depan
Elvis benar-benar tidak pernah lagi pulang ke rumah keluarganya. Pria itu hanya ingin menghabiskan waktu bersama Mahira. Dia tidak peduli pada sang ibu yang merindukan putra tersayang begitu juga sang adik yang kesepian.Mahira duduk di taman yang menghadap ke rumah kaca. Wanita itu menggenggam kunci rumah yang diberikan kepadanya.“Kenapa Elvis melakukan ini semua?” Mahira menatap kunci yang ada di tangannya. Dia beranjak berdiri.“Aaah. Sakit sekali. Uhh.” Mahira memukul pinggangnya. Dia kembali duduk ke kursi.“Ihhhh.” Mahira sangat kesal. Elvis menyiksanya dengan cara yang berbeda. Sakit berujunng nikmat, tetapi tetapi membuat wanita itu tersiksa.“Kejam sekali. Apa di aini hyper? Nafsuny ganas. Dia bahkan tidak sungkan memakan milikku di bawah sana dan itu terasa ….” Mahira tidak melanjutkan kalimatnya karena sensasi itu memang sangat nikmat dan membuat dirinya ketagihan.“Tidak. Tidak! Aku tidak boleh memancing Elvis. Dia tidak bisa hanya bermain sebentar dan santai. Pria itu ben
Rino dengan sabar menunggu Ela. Pria itu duduk di sofa dan memainkan ponselnya. Dia juga melaporkan posisi dirinya kepada Elvis. “Saya sudah siap.” Ela berdiri di depan Rino. Wanita itu mengenakan kaos dan celana jeans panjang. Pakaian perawat yang berwarna putih telah berubah. Dia terlihat lebih muda dari usianya. “Ya.” Rino cukup terpesona dengan Ela yang terlihat berbeda.“Ayo berangkat.” Rini segera membawa koper keluar dari rumah Ela.Ela menutup dan mengunci pintu rumahnya. Dia terus tersenyum bahagia karena akan bertemu dengan Mahira. “Apa kamu tidak membawa pakaian Ganti?” tanya Rino melihat pada Ela yang hanya membawa tas kecil.“Untuk apa?” Ela balik bertanya.“Mungkin Anda akan menginap,” ucap Rino. “Tidak mungkin.” Ela tersenyum.“Baiklah. Itu tidak akan masalah.” Rino membuka pintu untuk Ela di kursi depan. “Apa aku tidak di belakang saja?” tanya Ela.“Aku bukan sopir,” jawab Rino.“Oh. Maaf.” Ela segera duduk di kursi depan dengan tidak lupa memasang sabuk pengaman.
Elvis duduk di kursi kerjanya dan Rino di sofa. Dua pria itu tampak diam saja. Tidak ada yang memulai percakapan.“Bos, apa ada apa?” tanya Rino.“Ada undangan dari Sasa,” jawab Elvis.“Undangan?” Rino tampan bingung.“Ya. Apa bulan ini dia akan berulang tahun?” tanya Elvis.“Anda memang tidak pernah mengingat ulang tahun Nona Sasa dari sejak saya menjadi asisten Anda,” jelas Rino.“Ya. Dulu juga aku tidak peduli dengan ulang tahunnya, tetapi keluargaku selalu merayakannya bersama sehingga aku yang tidak suka dengan pesta pun terpaksa hadir,” ucap Elvis.“Berarti ini ulang tahun pertama Nona Sasa di Indonesia.” Rino pun menerima undangan itu.“Ya. Aku tidak tertarik untuk datang. Wanita itu benar-benar sangat licik. Dari kecil dia sudah suka menipu dan berbohong, tetapi kami membiarkannya sehingga menjadi terbiasa.” Elvis tidak pernah melupakan masa muda. Ingatan pria itu sangat kuat dalam segala hal.“Dia juga yang mengakui diri menjadi tunanganku sejak kecil. Menangis histeris ketik
Mahira membuka mata dan tidak mendapatkan Elvis di tempat tidur.“Tubuhku benar-benar terasa ringan setelah minum ramuan heral.” Mahira duduk di tepi kasur. Dia melihat Elvis keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan handuk yang melingkar di pinggang. Rambut dan tubuhnya masih basah. Dia mengerikan kepalanya dengan handuk lain.“Pria tampan dan kaya memang mempesona. Mereka merawat diri. Lelaki pertama yang telanjang di hadapanku adalah Elvis. Ya karena dia yang menjadi suamiku sehingga kami satu rumah dan tidur di kamar serta kasur yang sama.” Mahira tanpa sadar menatap Elvis yang berjalan mendekatinya.“Apa kamu suka?” tanya Elvis.“Ya. Ah. Tidak.” Mahira kebingungan. Dia memalingkan wajahnya yang terasa panas dan merah.“Kamu padahal seorang dokter, tetapi masih terpesona pada tubuh pria.” Elvis menggoda Mahira. “Kamu bukan pasien,” tegas Mahira berdiri.“Benar. Aku sudah sering melihat tubuh manusia ketika berada di rumah sakit. Apalagi di ruangan operasi, tetapi rasanya ber
Mahira melihat kepergian mobil Elvis hingga hilang dari pandangan. Wanita itu tersenyum senang. Dia akan mulai bermain dengan tanaman obat. “Ela, apa kamu ada jadwal di rumah sakit?” tanya Mahira.“Tidak, Dok. Aku sedang mengambil cuti satu hari,” jawab Ela tersenyum.“Bagus. Ayo ikut aku. Kita pergi ke kebun di belakang rumah kaca. Kamu pasti suka.” Mahira menarik tangan Ela.“Ya.” Ela mengikuti langkah kaki Mahira yang tampak bersemangat dan bahagia. “Dok, apa aku boleh bertanya?” tanya Ela. “Apa?” Mahira berjalan berdampingan dengan Ela. Mereka melangkah santai di jalan setapak.“Apa Anda bahagia?” Pertanyaan Ela menghentikan langkah kaki Mahira. Wanita itu pun memutar tubuh menghadap mantan asisten pribadinya.“Aku sedang berusaha mencapai kebagianku bersama Elvis. Dia sekarang sangat berbeda. Tidak seperti dulu lagi.” Mahira tersenyum dan memegang kedua tangan Ela. “Lihatlah. Elvis membangun rumah kaca sesuai impianku. Dia menebus dua tahun pernikahan yang sia-sia,” lanjut Mah
Mahira menikmati makanan berbahan daging kelinci, kancil dan trenggiling. Wanita itu benar-benar tersenyum puas bisa makan-makanan yang tidak biasa.“Bagaimana?” Elvis pun tersenyum menatap lucu pada Mahira dan dirinya sendiri. Mereka berdua penasaran dengan daftar menu sehingga mencobanya.“Aku suka,” bisik Mahira di telinga Elvis dengan tertawa kecil.“Hahaha.” Elvis pun tertawa lepas. Dia tidak menyangka istrinya yang tampak Anggun akan menyukai daging mahal dan tidak biasa.“Aku juga suka, Sayang.” Elvis mencubit hidung Mahira.“Kita bungkus dan bawa ke hotel.” Elvis menyapa pelayan.“Boleh.” Mahira masih ingin makan makanan yang sama.“Kami pesan untuk dibungkus dengan menu yang sama,” ucap Elvis kepada pelayan.“Mohon tunggu sebentar. Kami akan menyiapkan pesanan Anda.” Pelayan tersenyum ramah.“Ya.” Elvis mengangguk.Setelah mendapatkan pesanan dan membayar. Elvis dan Mahira kembali ke mobil. Mereka langsung menuju hotel karena sudah lelah.“Aku mau mandi dan tidur siang,” ucap
Mahira dan Elvis telah berada di dalam pesawat terbang. Sasa pun ikut serta. Wanita itu memilih kursi di belakang agar bisa mengawasi pasangan suami istri yang baru akan berbulan madu.“Mereka akan pergi ke hotel Parai.” Sasa sangat senang karena telah mengetahui tujuan Elvis dan Mahira sehingga dia pun mengikuti mereka.“Sayang, kita pilih penginapan yang di tengah laut itu. Apa bisa?” tanya Mahira.“Aku sudah memesannya dan membayar dengan harga yang mahal.” Elvis tersenyum dan mencubit hidung Mahira.“Apa aku merugikan kamu?” Mahira menatap Elvis.“Apa? Hahaha. Tidak akan, Sayang. Aku bahkan bisa membelikan pulau beserta isinya untuk kamu.” Elvis mencium dahi Mahira.“Terima kasih, Sayang.” Mahira memeluk Elvis. Wanita itu benar-benar menafaatkan cinta dan kasih sayang sang suami sebaik-baiknya. Dia tidak akan membuat dirinya menjadi rugi.Empat puluh lima menit pesawat bisnis telah mendarat di bandara Depati Amir. Sebuah mobil mewah telah menunggu di ujung tangga. Menjemput tamu is
Seorang wanita mendekati Mahira. Dia berdiri dengan tatapan penuh benci.“Apa yang kamu lakukan di sini?” tanya Sasa. “Sasa.” Mahira beranjak dari kursi. Dia tidak takut sama sekali pada wanita yang selalu berusaha menyakitinya itu.“Kenapa kamu tidak pergi saja menjauh dari KakElvis? Kamu hadir dengan membawa kehancuran,” tegas Sasa.“Apa yang aku hancurkan?” tanya Mahira.“Apa kamu tahu, Kak Elvis kehilangan proyek milyaran karena mencari kamu,” jawab Sasa memberikan berkas kepada Mahira.“Kamu telah menimbulkan kerugian yang besar,” tegas Sasa. “Apa?” Mahira sangat terkejut.“Apa yang bisa kamu berikan kepada Kak Elvis? Tidak ada. Kehadiran kamu benar-benar sebagai pembawa sial,” jelas Sasa.“Aku mencintai Elvis,” ucap Mahira.“Aku akan membayar kerugian yang telah dialaminya dengan hidupku karena Elvis mencintai aku,” tegas Mahira.“Apa?” Sasa sangat kesal karena tidak berhasil membuat Mahira merasa bersalah dan pergi.“Aku tahu bahwa kamu sudah diusir Elvis. Jadi, jangan berhar
Elvis mengendarai mobil hitam tanpa atap sehingga Mahira bisa melihat dengan leluasa. Mereka benar-benar menikmati jalanan sore yang cukup ramai.“Apa kamu ke puncak?” tanya Elvis.“Itu sangat jauh,” jawab Mahira.“Benar. Jika mau liburan. Kita pergi dengan helicopter saja. lebih aman dan cepat,” ucap Elvis.“Liburan kemana?” tanya Mahira.“Kemana pun kamu mau, Sayang.” Elvis menoleh pada Mahira.“Kita ke taman saja untuk hari ini,” ucap Mahira.“Baiklah.” Elvis mengendarai mobil dengan kecepatan standar. Dia menikmati suasana sore bersama Mahira.“Sudah lama tidak jalan-jalan.” Mahira tersenyum melihat langit yang mulai memerah.“Sayang, udara di kota terlalu berpolusi. Mungkin kita bisa pergi ke pantai atau puncak,” ucap Elvis.“Ya. Aku mau ke pantai. Apa bisa?” tanya Mahria.“Besok kita pergi. Malam ini siap-siap. Aku akan meminta Rino mengubah jadwal kerja,” jawab Elvis.“Terima kasih.” Mahira merebahkan kepalanya di pundak Elvis. Wanita itu ingin merasakan bulan madu bersama suami
Elvis mendapatkan laporan tentang Sasa, Mirna dan Manisa. Pria itu sangat berhati-hati. Dia tidak ingin kejadian yang membahayakan nyawa istrinya kembali terulang.“Selalu awasi mereka. Pastikan Sasa meninggalkan negara ini,” tegas Elvis.“Baik, Bos. Aku sudah mengirimkan surat ancamana untuk kelurga Sasa,” ucap Rino.“Beri mereka waktu tiga hari. Jika tidak juga pergi, maka aku akan menghancurkan Perusahaan mereka,” tegas Elvis.“Baik, Bos.” Rino mengangguk.“Aku tidak ingin melihatnya di negara ini lagi. Apalagi sampai mendekati Mahira. Wanita itu sangat berbahaya dan gila,” ucap Elvis tersenyum tipis.“Aku akan pulang sekarang.” Elvis melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Dia beranjak dari kursi dan mengenakan jas.“Aku duluan,” ucap Elvis meninggalkan Rino.“Ya.” Rino tersenyum. Dia senang melihat Elvis yang kembali bersemangat karena sudah bersama sang istri. Pria itu pun menjadi rajin ke kantor. Walaupun pulang lebih awal karena dengan mudah rindu pada sang M
Sasa benar-benar kesal karena Mirna gagal membawa Mahira keluar dari rumah Elvis. Dia benar-benar tidak punya lagi kesempatan untuk menyakiti wanita itu.“Arrggh! Apa yang harus aku lakukan?” teriak Sasa. Dia benar-benar kehabisan akal. Wanita itu hanya berada di dalam rumah tanpa bekerja. Ada rasa malu bertemu orang lain karena dirinya bukanlah kekasih masa kecil Elvis.“Elvis mengatakan kepada dunia bahwa cinta pertamanya adalah Mahira. Itu benar-benar sangat memalukan diriku.” Sasa meremaskan jari-jarinya. Dia duduk di tepi kasur.“Aku bahkan tidak berani lagi menampakkan wajah di depan semua orang.” Sasa memukul guling.“Kapan Mahira keluar lagi? Aku akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Wanita itu harus mati. Hahaha.” Sasa benar-benar tertekan. Dia terus mengurung diri di dalam kamar. memperlihatkan wajahnya di depan umum sama saja dengan mempermalukan diri.“Mahira, kenapa kamu merebut Elvis dariku? Kenapa kamu hadir dan menghancurkan impianku? Aku benci kamu, Mahira!”
Mirna pergi ke rumah Elvita. Wanita itu tidak tahu tempat tinggal Mahira. Dia juga tidak memiliki nomor ponsel anak sambungnya.“Apa yang membuat kamu datang kemari?” tanya Elvita dengan sini. Wanita itu tetap mempesilakan Mirna masuk ke ruang tamu.“Maaf, Bu Elvita. Aku hanya mau bertemu dengan Mahira,” jawab Mirna.“Ibu, Tante. Kami datang untuk minta maaf kepada Kak Mahira,” ucap Manisa.“Apa yang kalian lakukan pada Mahira?” tanya Elvita.“Karena Kak Mahira tidak memberiku uang sehingga aku jadi gelap mata dan menjebaknya,” jelas Manisa menangis.“Apa?” Elvita terkejut.“Kami kekurangan uang. Jadi, melakukan itu dengan terpaksa,” jelas Mirna.“Aku hanya seorang janda dan tidak ada pekerjaan. Manisa harus kuliah. Dia terancam akan putus kuliah.” lanjut Mirna yang juga meneteskan air matanya.“Harapan kami hanya Mahira dan Elvis,” ucap Mirna lagi.“Hm. Kalian pasti telah membuat Elvis marah sehingga membuatnya tidak mengirim uang lagi,” tegas Elvita.“Mereka hampir membuat Kak Mahira
Mahira menepuk tangan Elvis yang melingkar di perutnya. Wanita itu masih berada di dalam pelukan sang suami yang belum juga mau beranjak dari kasur.“Sayang, ayo bangun dan mandi. Kita sudah melewatkan sarapan,” ucap Mahira.“Apa kamu lapar?” tanya Elvis.“Apa kamu tidak lapar?” Mahira balik bertanya.“Aku sangat lapar, tetapi cukup dengan makan kamu saja. Bagaimana? Apa bisa?” Elvis tersenyum.“Lepaskan aku! Aku mau mandi. Hari sudah sangat siang. Tubuh pun gerah bekas keringat tadi malam.” Mahira membuka tangan Elvis yang melingkar di tubuhnya.“Kita mandi bersama.” Elvis segera menggendong Mahira. Pria itu hanya mengenakan boxer.“Aaah. Ini tidak akan selesai dengan mudah!” teriak Mahira yang sudah dibawa ke kamar mandi.“Hm. Ternyata di pagi hari dan bangun tidur itu benar-benar menegang.” Elvis tersenyum melihat senjatanya yang berdiri tegak.“Tidak usah gila, Elvis. Tadi malam saja kamu sudah menghajar aku habis-habisan.” Mahira sudah berada di atas meja keramik.“Tidak usah pura
WARNING 21+++++Elvis menggendong Mahira ke kamar mereka. Malam yang semakin larut menjadi waktu yang tepat untuk bercinta. Pria itu akan meminta jatahnya setelah cukup lama berpuasa.“Apa kamu lelah?” tanya Elvis membaringkan tubuh Mahira di atas kasur.“Aku lelah kenapa? Hari ini aku hanya tiduran saja di kantor.” Mahira tidak melepaskan tangan yang menggantung di leher Elvis.“Baiklah. Aku tidak akan menahan diri lagi.” Elvis mulai menyerang leher Mahira.“Aahhh!” Mahira menikmati setiap ciuman dan gigitan Elvis yang kuat. Leher putih itu tidak akan menyisakan ruang kosong lagi. Tanda merah memenuhi kulit.“Lepas ya?” Elvis meminta izin pada Mahira.“Ya.” Mahira pun melepaskan gaun putih seksinya sehingga memperlihatkan sepasang buah kembar yang menggoda.“Oh yeah!” Elvis melahap putik buah berwarna merah muda. Dia memejamkan mata dan menghisap dengan lembut hingga menjadi lebih kuah.“Aah. Sakit,” ucap Mahira.“Nikmat, Sayang.” Elvis memakan buah kembar hingga memenuhi mulutnya dan