Share

Sekuel

Penulis: Beegumi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-21 10:59:43

Begitulah si Bee pada ujungnya. Perasaan itu timbul dan mendadak membuat aku tak senyaman biasanya, jika berada di dekat sosok Redline itu. Meski, sebetulnya ada sisi positif dari perasaan Bee yang seketika muncul. Ya, dia selama menjaga bagian Redline, ia menghabiskan waktunya menulis cerita Room Nakama. Seperti perkataan dia sebelumnya.

Baiklah, kita kembali ke masa di mana aku ditemui Warda di suatu hotel malam itu. Setelah semua sandiwara yang harus kujalani, sekarang kalian sudah mengerti, kan ... ungkapan yang kumaksudkan? Itu adalah pengakuan cinta Bee padaku dengan memperlihatkan bagian akhir cerita Room Nakama versi dia sendiri.

Namun yang kalian lihat sekarang, adalah Room Nakama dari sisi pikiranku. Sebenarnya tak jauh berbeda, hanya saja ... bagianku lebih alami. Aku pun masih belum bisa membalas perubahan perasaan Bee. Aku meninggalkan Room Nakama sementara waktu.

Sekitar tiga hari lamanya. Itulah hal yang membuat Warda mencari-cariku. Ketika Room N

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Sekuel 2

    "Maksudnya apa ya, Nat? Bee kocak banget di sini. Gue berasa ini cerita komedi sih. Bee mungkin juga masukin akhir seperti ..."''Kasus Sheren?'"Kemungkinan besar bakalan dimasukin. Novel ini isinya kan rangkuman perjalanan perjalanan lo, perjalanan kita? Apa perlu kita loncat ke bab lain untuk memastikan?""Eh, jangan, gak perlu. Lagian, kemungkinan besar apanya? Kasus Sheren bersifat murni dan alami tanpa pengawet sandiwara apapun. Dan itu di luar dari rencana Bee dengan Umi. Lo juga udah tahu, kan?''''Gue cuma berspekulasi, Nat.''''Hem, apa baiknya kita ...''Sekuel. Anggap saja begitu. Ada kaidah kehidupan bernama asmara yang harus aku pelajari pelan-pelan. Perbedaan antara romansa, kasih sayang, dan cinta. Apa kita harus terjun bebas ke suatu negeri di atas awan? Hari itu, detik itu, aku merangkum isi hati Bee sepenuhnya dengan ditemani Warda. Kami menghabiskan malam panjang tanpa tidur. Keterampilan Bee dalam merangkai kisah Room Nakama menggunakan sudut pandangnya, benar-be

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-22
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Kenangan Singkat Bee

    Teman-temanku yang Budiman, sebelum melanjutkan cerita, izinkan aku makan pisang dua buah dan minum segelas air putih. Sekaligus ingin meminta izin dari hati kalian paling dalam, memohon agar kalian memaafkanku mulai detik ini. Aku memiliki salah satu plot twist yang tersembunyi.Jika kalian bermain ke Bandung, kalian mungkin belum bisa menemukan apa-apa di sana. Sebab, ini semua sebetulnya adalah sebuah film movie yang aku dan sahabat-sahabat multimediaku sandiwarakan.Yah, ini bukan sekedar cerita dalam cerita. Ini adalah hati rintisan hidup antara virtual dan visualisasi. Di balik layar, aku menceritakan diriku pada kalian, sebagai tokoh yang disandiwarai namun bersandiwara di hadapan kalian semua sebagai tokoh yang tersakiti. Terimakasih telah hadir dan menyimak ku dari awal.Namun cerita ini belum usai. Bee menyuguhiku suatu adegan di mana ia harus membuat kami semua bunuh diri secara batin. Itulah alasan aku mengucapkan kalimat pembuka di awal cerita kita ini, kalau ini adalah c

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-23
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Plot Twist: Aku Bersyukur

    “Untuk adegan ini apa harus saling membodohi?”“Hm, kurasa kita harus membuatnya menderita sedikit,” ucap Tuan Ben. Dia adalah sutradara dari film Room Nakama. Tuan Ben juga memasukan namanya ke dalam cerita yakni Pak Rosi, yang berperan sebagai Ben sahabatku saat di Yogya dan jadi hakim di ruang sidang.“Tapi saya kurang tega sama tokoh utama kita, Pak.”“Dia kan sudah dibayar mahal. Ibarat kamu hidungnya, mereka semua upilnya. Gitu, kan, inti persahabatannya?”“Bagaimana kalau kita buat aja Bee amnesia. Dengan begitu, saya sebagai Natalie jadi lebih tenang?”“Kenapa harus dibikin amnesia? Ingatan itu sangatlah berharga, Nat.”“Hm, baiklah. Lalu cara mengakhirinya?”“Kita buat Bee meninggal.”“Ampun, itu akan jadi akhir yang tidak bertanggungjawab, Pak.”“Ya gimana? Saya juga bingung mau dibawa kemana akhirn

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-24
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Kesedihan Yang Membahagiakan

    Penutupan itu kembali tertayang ...''Apa baiknya hal untuk dikatakan sebagai pembuka, Bee?''''Kau sebaiknya tinggalkan saja aku di sini. Teman-teman sudah tak akan boleh masuk ke dalam ruangan ini. Mereka sudah menangisiku sepuas-puasnya. Kau juga hanya tinggal melakukan hal itu. Tak perlu berlama-lama. Kau hanya punya waktu ...''''Lima menit, aku tahu. Lima menit yang sangat berharga.''''Jadi, kau memilih bahasa baku?''''Oh?''''Kau?''''Aku?''''Kau tak sadar? Kau memulai seolah aku sedang memintai keteranganmu sebagai polisi seperti saat pertemuan di Bogor.''''Hm, itu. Membahas bahasa lagi. Aku sejatinya lebih condong karena kebiasaan bersama teman-teman. Aku di rumah, lebih sering menggunakan bahasa baku, apalagi jika berbicara dengan Hitami.''''Dia sehat? Kau sudah menanyakannya?''''Kau mengada-ngada? Dia hanya seekor burung hitam yang menggairahkan. Apa ada jaminan ia akan membalas kerinduanku?''''Mungkin, jika manusia seperti kita menggunakan seratus persen kapasitas o

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   OVERVIEW CERITA BAGIAN III

    Ucapan TerimakasihUcapan terimakasih kepada seluruh teman-temanku. Ahmad, Pak Rosi, Pak Hardi, Wija, Om Dedi, Bang Jo, Ernes, Mbak Wisya, Beya, Pitri, Umi, Via, Tifeb, Khusnul, Veny. Kalian ada selembaran uang satu triliun dalam hari-hariku di Room Nakama. Ibarat hidup, maka kalian adalah oksigenku. Air mataku yang kering. Jiwa hitamku yang tak lagi pekat. Hatiku yang seberwarna pelangi.Jingga di sore adalah kalian semua. Kalian bukan tong penuh isi, namun tong kosong nyaring suaranya. Suara-suara yang tak terdengar telinga itulah diri kalian. Bukan suara-suara beruntun kasat mata. Apapun bentuknya, kalian semua adalah jingga di saat sore dan matahari di saat pagi.Selalu basah oleh air dan dihangatkan oleh surya. Untuk Ahmad dengan cerita Kampus Fiksinya, menjadi ide aku menulis cerita Room Nakama. Tokoh Misterius seperti Bee dengan segala bentuk masa lalunya. Membuatku memilihmu, agar jadi tokoh di balik layar sebagai penghubung sahabat-sahabat Room Nakama.Aku menanyakan identita

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 1

    Mislah, nama aneh seperti salju di Seoul yang kembali menebal, turun, dan membuat gadis itu mengingat kepingan ingatan setengah manis di kepala masa lalunya. Mislah, nama penuh masalah dan benar-benar membawanya hidup di antara para lelaki tak tulus. Ia sering merubah dirinya hanya untuk sebuah pengakuan bernama kecantikan. Ia mengikuti kursus tata rias wajah sebagai percobaan hidup pertama.Sayangnya, ia dikeluarkan tanpa alasan logis.Mislah sadar, pekerjaan seperti itu juga memerlukan kesesuaian antara kepiawaian jemari dengan keindahan wajah si perias. Noda merah pudar di kedua pipinya, adalah tanda lahir mulia, yang sedikit merubah cara pandang orang-orang di sekitarnya secara sekilas terhadap kecantikan alami itu.Seperti susu yang ditetesi racun, noda pudar itu menutup pesona buatan Tuhan pada satu-satunya wajah seperti milik Mislah. Hanya ucapan Nyonya Krus, ibunya sendiri ... sedikit membuka hambatan itu. Nyonya Han anehnya beranggapan jika pekerjaan seperti tata rias, hanyala

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 2

    Nyonya Kris tak menjawab. Tersenyum sendiri. Memandangi lagi acara promosi produk kecantikan itu, yang mengingatkan memori cukup bahagianya sepuluh tahun lalu. Wajah yang belum keriput itu berubah warna, Nyonya Han sangat paham... Mislah akhirnya tiba pada titik yang disebut tak tahan lagi.Jika di-slow motion, maka sama lamanya dengan menanti seorang wanita berdandan saat bersiap menghadiri pesta pernikahan. Dalam pada itu, ucapan penutup dari Mislah tadi, menciptakan garis senyum yang berbeda pada Nyonya Kris. Ekspresi ibu-ibu ketika memahami anak gadisnya memiliki subjektif baru."Jika kau memilih menjadi berbeda menggunakan sesuatu yang kau benci, apa boleh buat. Seperti mendiang ayahmu, kau penuh dengan kejutan, putriku. Tetapi..."Apa lagi yang mami khawatirkan? Aku akan mencoba menatap mereka semua dengan penampilan baru.""Hem... terserah kau saja," Nyonya Kris hanya membalas dengan gerakan menggaruk hidung, dan dengus nafas yang sedikit tak muda."Benarkan, Mi? Itu lebih baik

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 3

    Jika hidup adalah sebuah ilusi, maka kalian telah menjadi korbannya. Maafkan Mislah ya ... mulai detik ini. Mislah, sosok yang kuceritakan itu adalah pantulan kaca. Mislah adalah diriku dan aku adalah Mislah. Makhluk betina menyedihkan, aneh, dan penuh misteri yang selalu curhat pada ayunan mati itu... benar-benar menciptakan banyak pertanyaan.Jika kalian sudah memaafkan manipulasi tokoh cerita ini, aku bakalan lanjutin. Nanti nilailah secara jujur tentang masalah unik yang akan aku hadapi. Nyokap aku, Nyonya Hani Krus, waktu itu menjelma menjadi cahaya senja di menit yang salah. Nyokap aku memang nama belakangnya Krus, tapi emak-emak digital tetangga Nyokap, manggilnya Kris.Aku memiliki banyak keputusan untuk bisa memulai kembali ke kampus. Nyokap mengizinkan aku memiliki cita-cita baru. Tata rias. Usai perisakan panjang yang terlewatkan. Tak apa, aku sudah kehabi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27

Bab terbaru

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 55

    Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 54

    “Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 53

    “Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 52

    Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 51

    “Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 50

    Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 49

    Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 48

    Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 47

    "Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"

DMCA.com Protection Status