Share

Jokes Sunat Kedua

Penulis: Beegumi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-29 10:49:40

Jika Bee bukan manusia, mungkin dia berkelamin ganda. Bee seakan mendewasakanku dengan sengaja. Ia tak memberi ruang dan spasi bagiku menyembuhkan diri.

Kami tak lagi sama. Usai kembali ditambah kuota pikiran oleh tulisan Bee yang baru, kami di dalam mobil bersama pikiran masing-masing. Batagor saja tak cukup sebagai pelampiasan. Hidup tanpa spasi dan ruang sangatlah tidak membentuk apapun. Sebuah kalimat saja butuh jarak agar pesan indahnya bisa dipahami.

Seindah apapun kata-kata, jika kita menghapus jeda, makan akan mengalir seperti darah yang tak bisa lagi diperban. Mati. Air deras itu membunuh, sedangkan gelombang laut yang teratur sangatlah baik.

“Bagus,” ujar Cunnul mengigau.

Kami sebentar lagi tiba di Bandung. Yah, sepertinya. Bang Jo bergantian menyetir dengan Om Dedi. Dan ternyata hari itu berakhirnya tragis. Aku benci menjadi sensitif. Aku benci menjadi iblis yang baik hati. Hari itu benar-benar terjadi. Ada perubahan kecil yang terd

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Awal Mula Kasus Baru (Dunia Nyata)

    Aku secepat mungkin mencari cara agar tak membuang waktu. Warda memberi sinyal bagus untuk ke Bogor. Seperti pertemuan kami saat acara para konten kreator di Jakarta dulu. Aku ingin itu terulang lagi di tanah hujan, Bogor.Ah, aku jadi rindu Ben dan John. Aku masih menyimpan kenangan dan ide dari mereka di luar dari petunjuk Bee. Tentang filosofi gado-gado dan juga rahim Pertiwi. Mungkin Warda juga mengetahui itu dari Bee. Mereka berdua sengaja membuatku masuk ke kota Hujan.Untungnya Bogor bukanlah kota mati. Suatu tempat di mana aku hanya memiliki ayah, Hitami, Cunnul, dan Wija kala itu. Dunia sempit itu telah berenkarnasi menjadi pelangi di masa-masa setelah aku mengenal Bee dan kawan-kawan. Meski saat mobil kami mogok, semua jadi terasa mendung seketika.Memberi kode ke Cunnul dan Wija adalah sebuah ide yang paling mudah untuk dilakukan. Berpikir jika ada trem di Indonesia seperti Turki, tapi angan-angan saja. Menuju ruang di mana bus kota yang harganya mini

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-29
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Warung Sulistiani

    Mungkin, aku juga beberapa kali terlintas pemikiran kalau, penyakit yang Bee maksudkan dalam surat itu adalah karena kesedihan dan kebingungan mental yang mendalam akibat kepergian Umi tanpa pemberitahuan.Yang bisa menyembuhkannya hanyalah objek semula. Objek yang membuat hati itu mengalir darah dan hanya objek itu yang mampu menyembuhkan dengan cara kembali. Yah, Umi harus muncul di hadapan Bee dan kembali meskipun tak ada tujuan dan rasa apapun. Kembalinya Umi adalah langkah awal penyembuhan batin terbaik. Tak ada dalam kedokteran. Kehadiran terkadang menjadi obat paling ampuh di alam semesta untuksebuah kesepian. Karena hati itu, hati Bee, terlalu mulus untuk ditinggalkan bahkan dikhianati.“Nata berhenti di mana?” ibu tadi menghentikan laju lamunanku.“Saya mau ke Bogor. Ke warung Sulistiani.”“Emang ada nama warung itu di Bogor?”“Kata teman saya ada.” Maksudku adalah Tifeb. Ia pernah bercerita tentang lontong sayur paling enak saat multi room terakhir kami secara virtual mal

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Kambing Betina

    Dalam hitungan beberapa meter ke depan, aku akhirnya bertemu manusia paling tidak jelas nomor dua setelah Bee.Aku bertanya ke pemilik warung, ibu-ibu muda. Nama warungnya Warung Sulistiani, jadi kuyakin sepenuhnya untuk menyapa dan meminta, “Bi Sulis, tadi ada perempuan cantik pakai jilbab .... makan lontong sayur di sini, gak?”Bi Sulis mengelap keringat sedikitnya lalu menampilkan ekspresi akan membalas pertanyaanku.“Eh, kayaknya gak ada sih.”“Eh serius, Bi?”“Ciri-cirinya gimana?”“Pakai hijab, agak kurusan, tinggi mungkin sekitaran 165 cm. Mukanya cantik. Gak cantik-cantik amat sih.”“Oh, mungkin yang barusan izin numpang toilet.”“Ciri-cirinya yang seperti saya bilang tadi, Bi?”“Iya, bener. Cuman gak makan lontong sayur.”“Oh. Dia baru duduk terus izin toilet?”“Enggak.”“Lah kok?”“Dia duduk buat pesan. Itu tadi saya bikinin pesanannya. Dia pesan dua. Mungkin buat kamu. Kan yang cari kamu dia.”“Hm. Syukurlah kalau gitu ceritanya.”“Iya, duduk aja dulu.”Lima menit tak kunju

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Membunuh Itu Mudah

    Aku ditemani Warda menuju kantor kepolisian Bogor. Yah, teen memang benar, ibu yang meninggal itu adalah mantan Bupati Bogor. Tapi, dia tidak malu naik bus dan berfoto dengan orang yang disuka. Dia juga baik dan lembut sekali. Hmm, begitulah.Ternyata juga, yang datang kepadaku itu adalah seorang polisi. Menyamar menjadi seorang pria biasa-biasa saja. Siapa sangka informasi yang tersebar tentang meninggalnya ibu itu sangatlah cepat.Ibu itu memang lebih turun daripada aku. 3 jam setelah ibu itu turun dan sampai di daerah dekat rumahnya seperti katanya, aku pun mendarat di Bogor. Dalam waktu selang tiga jam itu ternyata menjadi sebuah bukti betapa internet dan pengaruh nama sangatlah besar dampaknya.“Lu jangan kasih tahu Cunnul dan yang lain dulu ya?” pintaku pada Warda lalu masuk ke dalam ruangan penuh pertanyaan. Aku hanya perlu berkata apa adanya. Mungkin polisi memang hanya butuh petunjuk, bukan menyalahkan atau menduga diriku.“Nat, bentar.”“Ya, kayaknya mereka juga udah tahu de

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-30
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Beegumi 1

    “Bagaimana cara mengerti tentang cerita ini, Pak?”“Anda sudah selesai?”“Iya.”“Baik, berikan lagi kertasnya.”“Tapi Pak...”“Kenapa?”“Saya tidak mengerti semua ini. Apa maksudnya cerita pembunuhan ini diberikan kepada saya?”“Tak mengapa. Ini hanya permintaan dari saudara almarhuma. Beliau meminta saya mengecek ekspresi Anda.”“Mengecek? Apa saya dituduh?”“Tidak, bukan begitu.”“Lalu?”“Anda terlihat menikmati cerita yang ditulis almarhuma.”“Iya, benar.”“Benar?”“Saya menikmatinya sebagai sebuah karya sastra.”“Baik. Jadi kesimpulannya adalah, Anda tidak tahu tentang ini.”“Apa maksudnya?”“Begini...”“Apa hubungan almarhuma menulis cerita ini dengan meninggalnya beliau

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Bee, Wajah Pada Pukul 21.00

    “Oh, itu....saya sebenarnya...hanya merasa beliau orang yang sangat baik sewaktu bersama saya di bus kota. Kebetulan ibu saya sudah meninggal sejak saya kecil.”“Hmmm, begitu.”“Iya Pak. Saya ingin menyelamatkan status ibu ini jika memang dugaan bapak kalau beliau dibunuh itu benar.”“Memang benar.”“Oh?”“Kami sudah berpengalaman, Nona. Kami yakin 90 persen ini adalah pembunuhan dan terencana.”“Apa kita harus kesana?”“Belum. Sekarang bukan saat yang tepat.”“Oh, baiklah. Kalau begitu...”“Sebentar, saya merasa aneh dengan Anda, Nona.”“Aneh?”“Hal aneh yang pertama kali saya temui. Tidak biasanya seorang yang dituduh malah memilih membantu dan masuk lebih lanjut. Orang lain mungkin akan segera pergi jauh-jauh ketika mereka terbukti tak bersalah. Tapi yang Nona lakukan malah ..”“Saya hanya berpikir wajar, Pak. Saya juga terlanjur penasaran dengan kasus ini, Pak.”“Termasuk cerita pendek ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Lapar

    “Awalnya terasa ramai, semakin ramai malah semakin sepi, Bee. Mereka kian hadir namun sebetulnya semakin menjauhi. Atau mungkin aku yang harus hilang dan pergi?”““Apa perlu kita bicara seperti permainan polisi dan korban tuduhan lagi?”“Dasar aneh. Aku ingin menangis sekarang. Kurasa kita perlu berbicara bahasa Indonesia yang baik dan benar seperti sebelumnya. Aku senang bisa melihatmu secara langsung. Aku senang ini akan jadi akhir bahagia. Yah, kurasa.”“Itu bodoh. Kau tak boleh menyerah dengan diri sendiri, Nat."“Aku hanya kehilangan alasan."“Maksudmu?"“Aku mengasihani diriku begitu dalam."“Kau merasa mereka sebenarnya tak memperdulikan kehadiranmu, kan?"“Aku bertanya-tanya tentang ide-ide baru yang masih jauh dari harapan. Bahkan petunjuk darimu, sama sekali tak bisa kukaitkan."“Bukankah seharusnya kau selesaikan dulu masalah pembunuhan itu?&rdq

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-01
  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Pelangi Hitam

    “Hufh...”“Hihi, maaf.”“Bukankah kau sudah kenyang dengan lontong sayur yang dipesan Warda?”“Sayangnya percakapan ini membuat energiku terkuras cepat, Bee.”“Baiklah, sebentar. Aku punya roti bakar di ruangan.”“Baik, itu terdengar nyaman untuk sebuah makanan gratis.”“Ini.”“Wah.”“Kau akhirnya mengerti.”“Maksudmu?”“Makan lah sepotong.”“Enak dan gratis. Terimakasih, Bee-ku.”“Tadi katamu terdengar nyaman, kan?”“Iya.”“Haah, itu lah maksudku, Nat. Ternyata pendengaran hati itu bisa kulakukan dengan baik ketika lapar.”“Haha, sekarang aku mengerti maksud mendengarkan suara yang tak bisa terdeteksi telinga itu Bee. Tapi ...”“Apa lagi?”“Bukankah ini hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-02

Bab terbaru

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 55

    Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 54

    “Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 53

    “Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 52

    Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 51

    “Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 50

    Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 49

    Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 48

    Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira

  • Nyanyian Berdarah di Konser sang Diva   Deret 47

    "Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"

DMCA.com Protection Status