Aku sadar ia jauh, tetapi ... apakah kita masih ada rasa merah muda yang mengalir kental? Di sela hati ini, baiknya kita menjadi akhir yang seperti apa? Jika memikirkan jawaban nyeleneh seperti itu, maka lebih mudah mencari hantu tak kasat mata. Termasuk, membuat para pelaku one target sadar diri.Saat negara-negara yang menyetujui one target tak menghargai aturan, dunia bisa saja kehilangan keindahan alaminya. Lelaki dan wanita yang mestinya menyatu. Bukan ketupat dengan tali pengikatnya. Karena mereka adalah perpaduan terong-terong ungu yang di merah mudakan, melambai, dan menyukai sesama spesies batang-batang hidupnya di pusar yang suci.Kambing saja ogah ketika jantan memegangi mesra keperkasaan yang lain. Kambing mengerti tentang lubang cacing yang subur, sementara mereka entah kenapa ... malah mendambakan biji kedondong."Apa biji kedondong kalian dalam keadaan fit hari ini? Sudah diberi tumis tempe lagi? Sepertinya aku akan memakai kolaborasi kata-kata kita lagi," si pendiam da
Sayang sekali bunyi aneh itu menyusup di sela-sela sel-sel hidupku. Jantan dan betina dalam separuh tubuh yang sempurna. Manusia. Aku mungkin berjuang menjadi satu sebutan mahluk indah itu. Manusia, lagi-lagi aku bertaruh untuk menjadi hal, yang sesuai cermin tunjukkan padaku.Terkadang diriku berpikir beribu kali untuk menyaksikan setiap misteri yang tersembunyi dalam sosok air dan gurun. Diriku tertawa lalu mendung. Itu bukan kebodohan, mungkin itu cara berhasrat baru di zaman ini, agar jiwa-jiwa mampu menembus ketidakberdayaan manusia.Bahkan gemuruh angin menyampaikan pesan lewat lantunan seruling bambu si pengembala. Lalu dibawa oleh pengembara seraya berkata akan rasa syukur ... atas semua ujian itu.Hanya saja dengan itu semua, alam ini jauh dari rasa kebencian yang bisa terstimulasi tak beraturan. Ketika kita kembali menjadi air dan gurun, kita adalah manusia yang seimbang. Kita tak perlu menjadi kaktus karena air selalu tulus di batangnya.Gurun yang selalu berusaha tak menya
Pere berhasil membawaku keluar dari langit penuh drama itu. Baru kali ini ia terasa begitu semangat lebih dari biasanya. Mungkin semesta kelima terlalu banyak menguras tenaganya. Ia lebih banyak menungguku selesai menjalani misi peran daripada bergerak. Sekarang ia ikut melakukan misi inti bersamaku. Dimulai.Cinta tak lepas dari ikatan formal yang bernama akad. Buu memberitahukan hal itu sebagai indikasi awal petunjuk di langit keenam. Meteor melintasi kami dengan gerakan lurus yang tak acuh. Ia memang bergerak sesuai takdirnya. Tak seperti manusia yang bisa mengubah takdir dan mempunyai kuasa atas itu.Aku mengabdi diriku pada Beliau, sosok yang memberi perintah pada Buu dan menyampaikan petunjuk padaku. Dengan mengesampingkan beberapa planet yang entah apa namanya, aku diperintah agar masuk ke dalam lubang putih di lorong semesta keenam. Pere melesat dengan kecepatan dua kali lipat. Para jin baik sedang mengantri di sana.Terlihat kalau mereka begitu kepayaha
Jalan yang begitu sulit itu terdeteksi rapuh, tak memadai untuk terus-menerus bagiku terlalu berharap pada kemampuan Pere. Tapi dia beda, ada kemampuan di luar nalar mahluk hidup yang Beliau hadirkan padanya. Diciptakan khusus untuknya. Kedua kakiku berat rasanya. Bulu-bulunya serasa akan beterbangan namun untungnya akarnya masih kuat, tertanam di dalam pori-pori kulit.Bahkan saat betisku terasa gatal, aku tidak punya waktu untuk sekedar menggaruknya. Dikarenakan kecepatan Pere berkali lipat dari sebelumnya. Ini adalah mode penuhnya.Aku juga tidak ingin mengatakan apapun dulu sehingga menggangu fokusnya melawan gravitasi. .Perkara beda zaman dan beda bahasanya, membuatku sadar betapa indahnya keadaan yang diciptakan dengan cahaya. Memang apa yang aku katakan pada Pere juga menjadi cermin kehidupan. Tidak cuma sebagian atau sebelah saja. Sesuatu yang saling berdekatan. Sangat rapat. Sesuatu di di dalam diri kita sendiri.Ketika seseorang lebih suka deng
Kami turun di kota yang tak biasa. Menarik. Menumbuhkan kepercayaan diri luar biasa. Sesekali kami bersemangat dengan cara berbeda sambil memandangi semua yang bisa dinikmati oleh mata. Ada baiknya rencana kami dalam menemukan Meo berjalan dengan baik dan sehat.Jika Pere kenapa-napa karena terpaksa turun ke bawah permukaan, aku tidak tahu harus menjelaskan apa pada Buu nantinya. Jika sulit bagiku untuk menganalisa kemungkinan posisi Pere, maka tak ada jalan lain selain terbang dan melihat dari atas lagi. Saat melewati permukaan Bumi keenam aku sudah berganti peran kepada yang utama, yaitu Monyet baik.Tapi jika diperlukan, aku akan kembali menggunakan tubuh Kecoa itu. Seekor Monyet berjalan di tengah keramaian kota yang penuh manusia sangat lah tidak baik. Bahkan jika memungkinkan, semua yang terjadi harusnya bisa lebih baik untuk di jalani. Meo kemungkinan ada di sekitar
"Jangan biarkan hal itu merenggutmu. Kita perlu punya akses ke ruang berpikir kita sendiri. Dengarkan aku baik-baik soal ini. Rima setiap semesta dan kisah hidup di dalamnya tak pernah habis. Itu lah alasanmu bisa melihat masa lalu yang rumit itu dalam waktu bersamaan. Bahkan bila jantung berhenti, roh bertabur di dalam perkataan yang pernah dicatat oleh para malaikat.""Apa kita akan bertemu lagi? Aku rasa iya. Namun dalam seri hidup yang berbeda. Film kisah nyata yang lain rasanya. Segalanya ada pada diri kita yang Beliau titipkan. Bahkan bila aku menganggap kita tak akan pernah pergi. Tidak tahu kapan dan di mana. Di bagian bumi dan semesta ke berapa. Mungkin nanti aku jadi pebisnis kaya raya."Pere tertawa kecil. Itu adalah susunan yang bagus dari suatu profesi. Aku tidak mau sembarang mengeluarkan kantukku yang terakhir. Juga tidak ingin asal mengucap. Akan selalu kutunggu, Pere yang baik dan penurut pada Beliau. Semoga aku tidak terperanjat dalam dosa yang buruk.
Meo mengerti dengan sangat cekatan. Ia muncul dan berlari memanggil kami berdua. Ia menggemaskan. Aku dan Pere lalu mengucapkan selamat datang dan mari kita pulang padanya. Pere langsung melesat lagi dengan kecepatan penuh. Keluar dari bumi keenam. Meo melihat bumi tempat ia tinggal itu dari atas langit, sambil perlahan-lahan akan tertidur di pangkuanku.Kami pun tiba di bagian lapis langit yang memiliki pintu. Tak langsung terbuka. Pere melihat ke arahku dan meminta Meo untuk menempelkan telapak tangannya. Aku pun membangunkan Pere perlahan dan berkata pada kalau kita telah sampai usai. Ia reflek dan nampak memang mengerti apa yang harus dilakukan. Ia menempelkan telapak tangan kanannya.Dan ya, pintu itu terbuka. Cahaya keluar dari pintu itu, Pere bergegas masuk. Kami pun disuguhi pemandangan yang luar biasa nan indah. Tak ada planet apapun di langit ke tujuh. Semuanya d
"Ah, tidak. Nanti juga kau akan mendengarnya langsung dari Beliau."Buu saat itu aku rasakan sedang bercampur perasaan senang dan sedih. Dia itu penyayang. Beliau aku rasa memang menanamkan sifat itu padanya. Terbukti dengan pada lote yang ia urus dengan tulus. Ada hal yang belum ingin ia katakan padaku.Itu haknya prerogatif yang Beliau berikan padanya kurasa. Ia bisa mengatakannya langsung dan tidak menahannya seperti saat aku masih berbicara padanya melalui ponsel langit.Ada sesuatu yang ia pikir kurang baik bagiku jika ia menyampaikannya. Tak sabar jadinya aku bertemu Beliau jika melihat sikap Buu yang demikian random. Aku memilih menghargainya, jadi aku tetap berusaha bersikap wajar dan biasa saja, seolah tidak ada rasa penasaran yang berlebihan dari warna ekpresiku."Baiklah, Nyet. Silahkan masuk. Sampaikan salam ku pada Beliau, bicaralah yang baik, dan tetap lah berusaha menjalani peran manusiamu di zaman penutup itu dengan jujur."Aku sema
Aku menyampaikan bukan apa yang kuanalisakan. Aku menyampaikan semua kerangka hatiku terhadap PBB. Seperti ucapanku pada Sir Yadin, aku lebih suka menjadi pengamat daripada pendebat.Aku bahkan hanya menyampaikan empat poin dari tujuh poin yang ada di benak pikiranku. Padahal waktu masihlah setia menungguku selesai berargumen. Namun aku memilih menyimpan sisanya untuk sebuah niat yang abstrak.“Jika kita bicara perdamaian, maka kita tidak perlu bicara senjata! Bagiku, perdamaian di dunia ini hanyalah ilusi. Tidak akan pernah ada perdamaian karena manusia tidak akan pernah bisa saling memahami satu sama lain. Sejarah telah mengatakan itu semua,” bukaku menahan kegugupan.“Jika Anda berargumen lima anggota tetap PBB tidak boleh dihapuskan dengan alasan senjata yang kuat, maka pernyataanku tentang perdamaian sebelumnya itu benar. Semua negara hanya memposisikan diri layaknya boneka-boneka manis yang saling memeluk. Sementara di balik itu ada peran
“Bee, kau tak lihat kesusahanku?”“Iya Pak, aku bantu!” responku seraya tersenyum miring. “Kambing ini akan melahirkan daun-daun muda paracendekia juga Pak?”“Ah, kau ini membahas apa? Kau tak tahu kita akan melakukan karantina untuk mahasiswa-mahasiswi terpilih?"“Lomba apa?”“Ini untuk persiapan lomba debat di Bali yang aku ceritakan pada kau waktu itu!”“Oh, iya. Baiklah. Lalu?”“Kau juga harus ikut.”“Tapi Bahasa Inggrisku kurang manjur sebagai alat perdebatan. Akan lebih berfungsi jika digunakan merangkai puisi dan cerita pendek, Pak!”
“Iya, baiklah. Thank you, mr … atas tumpangan berharganya.”“Oh? Maksudnya?”“Hem … tidak. Bukan apa-apa,” balasnya senyum. Ia lalu masuk ke asrama puteri.Dan aku kembali merencanakan sisa impianku yang belum kelar. Picolo akan menjadi tangan kananku untuk bisa meraih langit Melbourne. Aku tak bermaksud mempermainkan kejantanan Picolo. Aku ingin dia menjadi seperti halnya Mus yang dulu. Nama mereka juga sama.Ya, tidak ada pertemuan tanpa maksud. Selalu ada alasan di balik semua wujud perpisahan. Dan gadis berjilbab zebra tadi, akan menjadi loncatan asmara yang menghadirkan relikul pilihan bertubi-tubi dalam hidupku. Aku harus memilih antara bertemu dengan impianku atau menggarisbawahi drama asrama picisan bersamanya.
Kertas bertuliskan Macquarie di atas dinding asrama sudah terlihat lagi lima bulan kemudian. Sebulan kemudian yang kumaksud adalah di bulan Agustus ketika burung-burung camar menyapu udara kotor secara gamblang di langi-langit pagi. Aku menerima kabar perpisahan spektakuler pagi-pagi. Namun hatiku berhijrah ke arah ruang alasan pencabutan kertas putih itu.Pencabutan itu menyisakan kesendirian bagi gambar Melbourne dan deretan impianku bersama Mus. Tak ada lagi orang ketiga. Di antara baris mimpi tertulis itu, hanya impian-impian kecil seperti memiliki laptop, handphone, sahabat, keterampilan pendukung, dan lainnya yang terwujud.Lantas masih banyak target-target kecil dan satu impian besar belum bisa diberi tanda. Dan impian terbesar itu kau tahu sendiri, berjumpa dengannya di Melbourne.Andai aku cekatan dalam menafsirkan maksud, mungkin mudah bagiku menebak esensi Mus berjumpa denganku di Melbourne atau Sidney sementara ia berada di negeri tetangga. Jika kau lebih paham dariku, kau
“Mr melamunkan apa?”“Big Bos?”Picolo dan Zoro tersentuh.“Aku tidak apa-apa. Hanya tiba-tiba tersengat masa lalu.”“Itu filosofi?” tanya Harry Potter yang telah bangun.“Big Bos selalu penuh dengan gramatikal pemikiran baru,” puji Takiya yang ternyata telinganya semakin hidup.Itu adalah tahun permulaan aku merasakan rasanya namaku dipanggil dengan awalan ‘mr’. Aku juga merasa tua dan jiwa pemuda seolah-olah tertimbun kepingan-kepingan polos penasaran mereka. Dan itu berlaku setiap waktu. Untungnya sebutan ‘Amak Toak’ milik Bang Ari tidak bereinkarnasi padaku sebagai pengganti beliau.Namun diskusi aneh itu tak berlanjut. Waktu perkuliahan menggunting kesempatan dari pertanyaan bodoh kami keluar. Meski semua anggota ‘6 Kelana’ mengambil program studi Bahasa Inggris, tidak menutup batang otak kami untuk mendiskusikan hal-hal lain. Ya, mesk
Aku juga pernah mendapat ingatan dari sekuel Room Nakama, tentang kisah seorang yang sudah meninggal. Ia adalah pendiri Room Nakama dan merangkum kisah tawa dan lara. Saat itu, Bee yang dirindukan Natalie memiliki kisah masanya sendiri bersama teman-temannya yang dulu.Dia adalah belahan kisah dari ingatanku. Aku dan sahabatku bernama Mus serta beberapa penggal memori yang dulu.Mimpi terjauh di atas kerak bumi yang mesti kugali sedalam mungkin, timbul liar di baris-baris cerita selanjutnya. Namun sekali lagi, mimpi bertemu dengan Mus di Melbourne masih jauh. Ah! Mungkin kau belum paham lantaran kita masih sampai permulaan. Aku harap kau tahan dengan apapun bentuk pelapisan diri dan perjuangan harapan yang kulakukan nanti.Dan mimpi kejauhan yang kumaksud akan dimulai di pertengahan cerita. Genre-nya tragedi, berlumur asmara, dan kalian tetap mesti bersabar untuk air mata yang kujalani.Dan keringat harga diriku berbuah manis, meski mahasiswa baru yang hadir di angkatan setelahku itu
Sejatinya memang benar, Mus dan Hajar merencanakan pertemuan ini dengan cara yang cukup menyiksa kejiwaanku. Sebab Mus, Hajar, dan para anggota Enam Kelana, detik itu tersenyum ke arahku tanpa merasa berdosa.Aku sedih tapi sangat bahagia. Tak ada kamus tebal manapun yang sanggup mengartikan kebahagiaan sekaligus kesedihanku kala itu. Aku menerjang derita dan tawa tertahan yang seirama. Mereka semua pun menertawakan kelemahan diriku, yang gagal menebak pikiran Mus dan semua permainan itu.Selepas itu, pemandangan baru tercipta di langit Sidney. Aku akhirnya bisa menyaksikan Picolo dan Mus, dua orang dengan nama asli yang sama, berada dalam satu ranah pertemuan paling konyol se-muka bumi Australia. Takiya, Zoro, Wolf, Snoopy, dan Harry Potter juga rela meninggalkan rutinitas formal yang mereka demi menjemputku."Aku berandai-andai bisa mengejutkan kalian semua dengan kepulanganku. Tetapi, yang terjadi malah ...""Kau sehat-sehat saja, Big Bos kebanggaan ka
Di sini aku semakin curiga.Kakek Hwang memutar balik punggung Mus, saat kami turun dari trem. Gerakan itu adalah tanda beliau meminta Mus, menuntun sebuah keputusan. Sebenarnya aku tidak mengerti. Seakan ada yang keduanya sembunyikan dariku.Tetapi bagaimana mungkin? Sebuah perencanaan sandiawara memerlukan tidak hanya sekali pertemuan. Sementara Mus dan Kakek Hwang baru kali itu bertemu dengan kami.Entah kenapa jiwa detektifku kumat. Aku yang sempat berangan-angan menjadi seorang polisi seperti pada cerita Room Nakama, akhirnya pada suatu titik nantinya, memilih meninggalkan Mus dan Hajar sementara. Saat terakhir aku kembali ke Sidney, aku hanya mengerjakan tugas-tugas duniawi dari Professor kesayanganku.Memegangi tingkat depresi secara pribadi di antara gang-gang sempit di dalam ruh pikira
"Hm, mengenai itu ... jawabannya mudah sekali, Bee.""Apa, Mus?""Ia pasti melihat WhatsApp story Hajar. Entah tulisan Hajar itu berisi dirinya yang ingin menemukan kita, atau keadaan dirinya yang baru saja berada di Australi. Seorang yang melihat ponsel orang lain dengan bahasa percakapan asing, pasti langsung mengerti jika seseorang itu berasal dari negara yang berbeda. Apalagi melihat permulaan identitas nomornya.”"+62!""Ya, lantas juga pria itu menghubungi nomormu, karena kemungkin besar nomormu berada di posisi paling atas ... sebagai seorang yang dominan dihubungi oleh Hajar sebagai si pemilik ponsel. Apa aku benar?'"Kau sangat benar, Mus. Tepat dan sangat cerdas.""Haha, dan kau masih khawatir lagi?"