Mereka semua tampak berbisik satu dengan yang lain saat mendapati sang primadona di kantor mereka sedang digoda oleh Pria tampan yang bahkan visualnya mampu menyamai visual dari dua BigBoss mereka.
''Ah, iya, kami memang harus segera kembali karena besok ‘kan sudah hari kerja. He … he … ehm, Kau masih di sini? Ah, maksudku Kamu menginap di sini?'' Erina terlihat gugup saat mengatakannya. Bukan apa-apa, bukan berarti Erina masih menyimpan perasaan pada Pria muda ini, sama sekali bukan.
Erina hanya tidak sanggup menahan tatapan mengerikan dari dua Pria tampan yang berada di depannya ini.
Tatapan yang siap menerjang saat ini juga.
''Astaga! Gini amat nasibku, jinjja!!'' Ucap Erina dalam hati sambil memandangi dua Pria di depannya.
Namun Erina seketika terdiam saat Arthur melangkahkan kakinya menuju Pria muda itu.
''Mau apa dia??? Hishh!!!'' Ucap Erina dalam hati dan khawatir mengingat te
# PT DELUXE TOWER, Senin 02 Januari 2017 Pukul 10.00 KST @ Ruang CTO Seorang Pria sedang sibuk dengan semua berkas-berkasnya. Ia terlihat serius sekali menyelesaikan semua pekerjaannya. Pria ini juga sudah bertekad ingin segera mewujudkan mimpinya bersama gadis yang selalu berada dalam fikiran dan hatinya. Ia terlihat sedang menyelesaikan sebuah program rahasianya. Tinggal selangkah lagi untuk mewujudkannya. Saat ia sedang serius, ia dikejutkan dengan ketukan seseorang di luar ruangannya. ''Masuk!'' Pria itu mempersilakan tamunya untuk memasuki ruangan kerjanya. Arthur terlihat masih sibuk dengan kerjaannya yang memang sudah menumpuk di meja kerjanya. File-file hardcopy lainnya juga berada di meja tamu di ruangannya. Entah seperti apa kondisi ruangannya saat ini. Mungkin butuh pendamping untuk mengkondisikan situasi saat ini. CKLEK!!! ''Permisi, Tuan Arthur! Saya
''Ehm, baiklah. Memang lebih baik Kau istirahat dulu. Sebentar,'' Arthur memapah Erina menuju sofa besar untuk menidurkan Erina dan kembali ke meja kerjanya. Ia menekan tombol resepsionis di depan ruang kerjanya, meminta tolong untuk diambilkan obat penghilang rasa sakit kepala. TUT!!! TUT!!! TUT!!! Arthur masih menunggu sang resepsionis menjawab panggilan telephonenya. '' … '' Suara resepsionis menyapa Arthur. ''Saya minta tolong segera berikan Saya obat penghilang rasa sakit kepala, ya. Segera, ya! Terima kasih!'' Arthur dengan singkat menginstruksikan kepada resepsionisnya agar segera membawakan apa yang dimintanya. KLIK! Arthur menutup sambungan telephonenya dan segera ingin kembali menuju Erina, namun belum sempat Arthur ke sana, telephonenya berdering. Arthur buru-buru mengangkat telephonenya tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang menelephonenya. ''Hallo!'' Sapa Arthur pada sese
@ TOMS_TOMS COFFEE, Pukul 13.30 KST Gangnam-Gu, Seoul, Korea Seorang Pria tampan terlihat sedang berkutat dengan leptopnya. Pria ini seakan sibuk dengan dunianya sendiri. Dia terlihat seorang diri. Ia berkali-kali memperhatikan jam di pergelangan tangannya. Ia sedikit gelisah. Entah apa yang sedang difikirkannya. Pria ini memakai setelan suit hitam dengan kemeja putih melengkapi sempurnanya visual Pria ini. ''Hahh,'' Pria tampan ini menghembuskan nafasnya gelisah. Ia menoleh ke samping dan ke belakang untuk memastikan bahwa koleganya sudah datang. Ia memasang earphone di telinga kirinya. Kepalanya tertunduk menandakan ia sedang galau dan sedikit gugup. Entah apa yang membuatnya gugup, ia tidak tahu. Ia hanya merasa perasaannya tidak tenang. TING! Sebuah pesan masuk di handphonenya. Pria ini tersenyum bahagia setelah sebelumnya ia merasa gelisah. Ia merasa
TING!Lift berhenti di lantai teratas gedung ini.''Kajja, kita keluar dahulu! Kita bicarakan di luar sana?'' Eritha berinisiatif dan segera keluar dari lift dan menuju rooftop.Mereka berdua menuju rooftop dan seketika langkah mereka terhenti saat menyaksikan begitu megahnya rooftop ini setelah di renovasi.''GILA! Apa Aku sedang bermimpi??? Inikah rooftop kebanggaan perusahaan kita?? Yakin? Megah sekaliiiii … '' Eritha berteriak kegirangan dan segera menuju sofa besar di tengah rooftop tersebut. Ia melambai ke arah Erina untuk segera menyusulnya.Erina sama saja, ia terlihat tidak mempercayainya apa yang dilihatnya sekarang.Rooftop yang terkesan megah ini bukankah terlihat seperti café?Tidak terlihat seperti sebuah perusahaan besar.Erina penasaran siapa yang mendesain ini semua, ia meyakini bahwa orang yang mendesain ini memiliki jiwa seni yang tinggi. Ia tersenyum bahagia saat sahabatnya mel
HENING! Erina masih syok saat mendapati seseorang yang saat ini masih berusaha ia hindari dan nyatanya seseorang itu telah berdiri di hadapannya sekarang. Dan ia belum mempersiapkan semuanya. ''Hai … '' Deep voice seseorang itu sungguh terdengar mengerikan di telinga Erina namun tidak bagi Eritha, itu bahkan terdengar sexy. Entah apa yang salah di otak mereka berdua. Erina dan Eritha hanya diam mematung saat seseorang itu melangkahkan kakinya menuju tempat mereka berdiri. Semakin dekat seseorang itu, semakin berat pula nafas kedua gadis itu. Mereka berlomba menahan nafas saat seseorang itu sudah berdiri di hadapan mereka, jangan lupakan visual dan penampilannya. Benar-benar mampu membuat mereka berdua semakin menggila dan terpukau. # At Kediaman Keluarga Shaquile, Senin 02 Januari 2017, Pukul 05.00 in Edinburgh, UK
# Sementara itu di lain tempat, ''Hallo, Sayang … lama sekali mengangkat panggilan telephoneku?'' Ucap suara manis seorang wanita. '' … '' ''Yakh, Kau ini! Aku menunggu kabar darimu tapi Kau melupakannya, ha? Kau ini!'' '' … '' ''Yakh, Kau ini! Kenapa bicara begitu, ha? Apa maksudmu?'' Tanya wanita itu sedikit kesal hingga ia tidak sadar menjatuhkan majalah yang berada di tangannya. '' … '' ''Yakh, Kau ini kurang ajar sekali, ya! Jangan begitu! Pokoknya Kau harus setuju dan mau tidak mau Kau harus mau! Jangan membantah!'' KLIK!!! Sambungan telepon terputus sepihak dari pihak wanita. # Sementara di tempat lain, @Seoul, Korea Selatan, Pukul 13.00 KST Seorang Pria tampan sedang duduk di meja kerjanya. Ia terlihat sesekali mengecek jam di
@ TOMS_TOMS COFFEE, Pukul 14.00 KST Gangnam-Gu, Seoul, Korea Suasana Coffe Shop ini cenderung lengang dari aktivitas pengunjung. Arthur sengaja memilih di lantai dua karena tempatnya cenderung tenang dan sepi. Pemandangan di luar juga tampak menenangkan, bangunan tinggi dan tampak di ujung sana adalah sungai Han yang sangat tenang. Arthur, Pria tampan ini masih sibuk dengan fikirannya sendiri. Ia seakan larut dengan dunianya sendiri. Ia begitu serius memperhatikan visual Pria tampan di depannya ini. Mungkin secara tidak langsung ia mengakui penampilan Pria di depannya ini. Suasana sepi dan tenang begitu terasa apalagi yang terdengar hanyalah suara dari beberapa kendaraan yang berlalu lalang di sekitar Coffe Shop ini. Seorang waiter berjalan mendekati meja mereka dengan membawa pesanan. Beberapa hidangan diantaranya sungguh menggiurkan. Saat ini ha
Sikap Arthur seperti ini menandakan bahwa Pria tampan ini sedang mengerahkan semua fikirannya terhadap hal-hal yang berpotensi menguntungkan dan merugikan kedua belah pihak.Kalaupun itu sampai terjadi, Arthur sudah mempersiapkan mitigasi risiko untuk kedua belah pihak.Javier Raditya, Pria ini juga begitu serius memperhatikan sikap Arthur. Ia penasaran hal apa yang sedang difikirkan oleh Pria tampan di depannya ini.Javier Raditya begitu meyakini bahwa Pria di depannya ini bukanlah Pria biasa saja, ia bisa berubah menjadi kawan dan lawan dalam waktu bersamaan.Mengerikan!Hal itu pun sudah terlihat dari pembawaannya yang tenang dan sikap diamnya itu saat pertama kali bertemu.Semuanya menambah penasaran bagi Javier Raditya. Apa ia belum mengetahui hal lain dari sosok di depannya ini?Molla!''Baiklah, Saya mewakili Perusahaan PT Deluxe Tower menyetujui semuanya. Saya juga sudah mempersiapkan semuanya. Oke! Sesuai deng
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap