Sikap Arthur seperti ini menandakan bahwa Pria tampan ini sedang mengerahkan semua fikirannya terhadap hal-hal yang berpotensi menguntungkan dan merugikan kedua belah pihak.
Kalaupun itu sampai terjadi, Arthur sudah mempersiapkan mitigasi risiko untuk kedua belah pihak.
Javier Raditya, Pria ini juga begitu serius memperhatikan sikap Arthur. Ia penasaran hal apa yang sedang difikirkan oleh Pria tampan di depannya ini.
Javier Raditya begitu meyakini bahwa Pria di depannya ini bukanlah Pria biasa saja, ia bisa berubah menjadi kawan dan lawan dalam waktu bersamaan.
Mengerikan!
Hal itu pun sudah terlihat dari pembawaannya yang tenang dan sikap diamnya itu saat pertama kali bertemu.
Semuanya menambah penasaran bagi Javier Raditya. Apa ia belum mengetahui hal lain dari sosok di depannya ini?
Molla!
''Baiklah, Saya mewakili Perusahaan PT Deluxe Tower menyetujui semuanya. Saya juga sudah mempersiapkan semuanya. Oke! Sesuai deng
@ Rooftop PT Deluxe Tower''Hai … '' Deep voice seseorang itu sungguh terdengar mengerikan di telinga Erina namun tidak bagi Eritha, itu bahkan terdengar sexy.Entah apa yang salah di otak mereka berdua.Erina dan Eritha hanya diam mematung saat seseorang itu melangkahkan kakinya menuju tempat mereka berdiri. Semakin dekat seseorang itu, semakin berat pula nafas kedua gadis itu.Mereka berlomba menahan nafas saat seseorang itu sudah berdiri di hadapan mereka, jangan lupakan visual dan penampilannya.Benar-benar mampu membuat mereka berdua semakin menggila dan terpukau.ZHAFAR!!!''Mampus Kau!!! Tatapannya itu! Hahh, jinjja. Kenapa harus bertemu di sini, sih? Akhh, Eotteoke?? Aku malu. Jinjja. Hiks …'' Ucap Erina dalam hati dan tidak sanggup menatap mata Pria tampan di hadapannya ini.Hal ini pun disadari sepenuhnya oleh
KLIK!!! Zhafar menatapi handphonenya dengan pandangan kosong. Ia terduduk di sofa besar. Termenung seketika hingga kepalanya tertunduk. Perubahan sikap ini mengakibatkan kedua gadis ini tidak berani bersuara. Mereka terlalu takut untuk ikut campur urusan Bossnya. Mereka berdua saling pandang dan saling berpegangan tangan guna untuk memberikan kekuatan. ''BAKA!!! Kenapa?? Kenapa ia kembali lagi? Apa sebenarnya tujuannya? Apa karena Erina?? Apa itu tujuan terbesarnya?? Dan sekarang Erina sudah bersama dengan Arthur. Apakah ia sudah mengetahui bahwa Erina sudah bersama dengan Arthur? Begitupun sebaliknya?? Apa Arthur juga sudah mengetahui kalau Javier Raditya adalah mantannya Erina saat namanya disebut di Edinburgh? Dan bagaimana dengan Erina?? Apakah Javier Raditya juga sudah mengetahui bahwa Erina bekerja di perusahan kita dan mengajak kerja sama diantara kita dan suatu saat ingin menghancurkan kita berdua??! Aishhh Jinjja!!! Ini
''KYAAA!!!'' Teriak Erina saat ia merasa tubuhnya terjatuh ke belakang, terjatuh di sofa besar. Dan tubuh Zhafar berada di atasnya. Upps, posisi ini sangatlah berbahaya, apalagi di kantor. ''OMG! Zhafar!!! Apa dia sudah gila? Jinjja!''Erina berteriak dalam hati dan berusaha untuk melepaskan diri dari Zhafar. Bahkan bukan Erina saja yang terkejut, Eritha pun juga sama terkejutnya. Ia bahkan menutup mulutnya dan tidak percaya apa yang barusan dilihatnya, tubuh Bossnya berada di atas tubuh sahabatnya. What?? ''HAHH … HAHH … HAHHH!!!'' Deru nafas Zhafar terdengar keras dan bisa dirasakan oleh Erina hingga membuat gadis ini menatap wajah Zhafar dengan kekhawatiran. Zhafar menatap tajam Erina, mengunci pandangan mata Erina. Seakan berbicara melalui tatapan mata masing-masing. DEG! ''Mworago?! Ada apa ini? Kenapa dengan hatiku? Kenapa m
HENING Hingga yang pertama bereaksi adalah Zhafar. ''Ahh, tidak! Maksudku, Aku hanya perlu berbicara dengan sahabatmu. Itu saja, tidak ada alasan lainnya, maka … '' Ucapan Zhafar terhenti saat Eritha menginterupsinya dengan kata-kata yang tidak diduganya. Gadis ini perasa. ''Lantas kenapa sikapmu seperti itu?'' Eritha menatap tajam Zhafar. Ia sudah pasrah jikalau Pria ini akhirnya mendepaknya dari perusahaan ini dikarenakan sikapnya yang lancang pada Bossnya. ''Hah? Bukan, jangan berfikiran sempit seperti itu!'' Ucap Zhafar lembut dan tenang. ''Lantas apa, ha?'' Eritha menyentak Zhafar emosi hingga membuat Pria tampan ini terkejut dan terdiam menatapi gadis di depannya ini. Sikap pemberontakan yang ditujukan oleh Eritha jelaslah terlihat. Zhafar yakin bahwa gadis ini sulit dikendalikan dan temperamen. Berbeda sekali dengan sahabatnya, Erina. Zhafar menatap Eritha semakin tajam dan bergerak mend
BLAM!!! ''Jinjja! Kenapa masih saja terkait satu sama lain? Apa ini yang dinamakan takdir? Astaga!'' Wanita cantik ini memijit pelipisnya pelan, menandakan rasa sakit tiba-tiba menyerangnya. Ia meraih ponselnya dan mencari kontak seseorang. TUT !!! TUT !!! TUT !!! ''Hallo, dengan siapa ini?'' Ucap suara di seberang sana. ''Hallo, Selamat Siang! Apakah ini benar Ayumi Charlotte?'' Tanya Wanita cantik ini ragu-ragu. ''Ya. Ini dengan siapa, ya?'' ''Ah, syukurlah kalau begitu. Ini Tante, Sayang!'' Ucap Wanita ini tegas. ''Ha? Tante? Tante Alisha? Tante Alisha Katherine Rhys?'' Tanya seseorang di seberang sana dengan tidak yakin. ''Iya benar. Ini Tante Alisha. Apa kabar? Sehat, 'kan? Bagaimana kabarmu dan keluargamu, Sayang? Apa Kau masih di Jepang?'' Tanya Wanita ini
Pintu itu terkunci. “Yakh! SIAL! Hahh!” Umpatan Erina keluar begitu saja. Ia hanya tidak ingin menambah masalah. TAP! Seseorang berdiri di belakang Erina. “Kenapa? Aku ‘kan sudah katakan, jangan pergi! Tapi Kau tidak mendengarku sama sekali. Dasar!” Ucap Arthur sedikit kesal pada gadisnya. “Hahh! Apalagi?” Erina sedikit meninggikan suaranya. “Jangan galak begitu!” Balas Arthur cepat dan Erina hanya menatapinya dalam diam. “ … ” Erina masih sedikit kesal dengan Arthur. Ia juga enggan menjawab pernyataan dari Arthur. “Kau kenapa?? Sepertinya Kau sedang kesal. Ada apa?”Arthur mendekati Erina dan masih menatapnya. “Tidak apa,”Jawab Erina singkat. Entah kenapa dengan Erina. Ia merasa sikapnya ini keterlaluan dengan Arthur. Pria ini tidak salah apa-apa, tapi Erina hanya kesal saja. Molla, mungkin Erina sedang lelah. “Aku lihat tidak seperti itu, Erina,” Art
@ Rooftop PT Deluxe Tower BRAK!!! Terdengar benturan kecil di pintu ini tapi itu lumayan sakit jika tubuh membentur pintu besi ini. "Akh, appoo ... hish," Eritha kembali meringis kesakitan dan ini kedua kalinya punggungnya membentur sesuatu yang keras hingga membuat dirinya kehilangan keseimbangannya. Ia tertunduk lesu, seperti menahan air matanya agar tidak menangis terlebih di depan Pria seperti Zhafar. Yang kedua ini sungguh lumayan menyakitkan. "Ah, Mian," Hanya itu yang terucap dari bibir Zhafar. Ia sama sekali tidak menyangka akan seperti ini. "APA MAUMU??!" Sentak Eritha marah pada Zhafar. Ia menatap Zhafar marah dan terlihat air mata menggenang di kedua matanya. Zhafar melihat semuanya itu. Ia tertegun. Bagaimana bisa? Eritha, gadis manis ini menangis antara menahan sakit dan menahan amarahnya. Ia rupanya sudah tidak peduli lagi jikalau Pria di depannya ini akan m
Seseorang itu bersandar di dinding rooftop ini. "Kau kenapa? Sepertinya sedang kesal?" Tanya seseorang itu sambil mendekati Zhafar sementara Zhafar sendiri beralih menatapi seseorang itu yang bergerak mendekatinya. "Hah! Cih, Kau!" Ucap Zhafar sinis dan memalingkan mukanya. Sadar bahwa Zhafar masih enggan untuk diajak bicara, namun sebisa mungkin seseorang itu akan katakan. "Hahh, lucu sekali! Baru kali ini Aku melihat seorang Zhafar Basrian Rafael seperti sedang menerima kekalahan. Tidak pernah kuduga sama sekali … " Seseorang itu berdiri di samping Zhafar dan mengatakan sesuatu hal yang membangkitkan amarah Zhafar lagi. Bahkan sikapnya tidak terduga. Zhafar menarik kuat kerah kemeja seseorang di depannya ini serta tatapan tajamnya pada seseorang itu dan memberinya sebuah peringatan. "Yakh!! Diamlah! Jangan ikut campur urusanku!" Ucap Zhafar tegas hingga mampu membuat lawan bicaranya terdiam lama. Mereka berdua saling
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap