Pria itu sepertinya juga tidak berniat mengembalikan handphone gadis itu. Ia ingin tahu saja seberapa dalam hubungan Erina dengan rivalnya. Namun tidak disangka ia mendapat perlakuan seperti itu yang membuatnya semakin kesal. Apalagi sikap dari Erina semakin memperkuat dugaannya bahwa Erina juga mempunyai perasaan khusus pada rivalnya. Hal ini membuatnya tidak tinggal diam.
Arthur bergerak menjauhi Erina dan berupaya menghalau tangan mungil gadisnya yang hendak merebut kembali handphonenya itu.
''Stop, Erina! Hentikan! Aku hanya ingin melihat-lihat saja,''
''Melihat-lihat katamu? Untuk apa, ha?? Kau curiga? Wae??'' Erina semakin emosi saat Arthur hanya menanggapinya dengan santai.
''Sebentar, saja, ne. Sebentar,'' Benar-benar Arthur mampu membuat seseorang naik darah akibat ulahnya.
''Hahhh! ARTHUR ERYK SHAQUILE! Cepat kembalikan atau Aku akan teriak!'' Erina mengancam Arthur dan itu mampu mengalihkan perhatian Arthur seketika.
Bagaima
Erina hanya diam.'' … '''' … '' Masih saling pandang hingga 5 menit lamanya dan Erina berhasil menguasai keadaan. Ia memberanikan diri untuk bertanya pada Arthur.''Apa pada semua wanita Kau seperti ini, ha? Apa Kau memperlakukan semua wanita juga seperti ini? Mengancam lalu Kau berbuat sesuatu semaumu? Apa ka…'' Belum sempat Erina menyelesaikan perkataannya, bibirnya sudah lebih dulu dikunci kembali oleh bibir Arthur.Arthur terpancing emosinya saat kata-kata dari Erina menyinggung perasaannya.Arthur kesal karena seakan-akan Erina menganggap bahwa Arthur adalah Pria brengsek. Ia bahkan tidak mengerti kenapa gadis ini bisa berfikiran sampai sejauh ini.Apa yang sebenarnya terjadi saat ia tidak berada disisi gadis ini? Pertanyaan itu berputar dikepala Arthur.Arthur semakin agresif, emosi dan bertindak diluar akal sehatnya yang membuat Erina kewalahan. Bahkan tangan kekarnya juga tidak tinggal diam. Tangannya me
Fikirannya melayang saat ia berada di Taman bersama Deolinda Chalondra Zeroun, gadis gila yang tiba-tiba menciumnya itu. Ekspresi wajah Arthur seketika berubah menjadi lebih dingin saat ia menyadari bahwa di Taman itu bukan hanya dirinya dan Deolinda, melainkan Erina juga berada di sana. Tapi kenapa bisa? Bersama siapakah gadis ini di sana? Astaga!!! Arthur tiba-tiba merasakan sakit di kepalanya. Ia memijit pelipisnya, dan menggigit bibirnya tanpa sadar dan hal ini disadari penuh oleh Erina. Erina yakin bahwa Pria di depannya ini tengah gundah. Yak, tebakannya benar! Arthur frustasi. Pria ini frustasi kenapa gadisnya bisa berada di situ? Mengakibatkan salah faham semuanya. Arthur menatap tajam Erina. Pandangannya menggelap seketika dan menyisakan sedikit akal sehatnya. Arthur tidak tahan jika terus-terusan di pandang sebagai Pria brengsek oleh gadisnya ini. Ia
Sebenarnya Erina juga masih begitu penasaran siapa gadis itu yang beraninya mencium Arthur di depan matanya. Uhh… kalau mengingat waktu itu rasanya ia ingin sekali menjambak gadis itu. Hahh…''Hahhh … '' Arthur menghela nafasnya pelan, pandangannya beralih menatap pantai di depannya. Dengan nada lembut dan tenang, Arthur mulai menceritakan kisahnya.Erina, gadis ini masih setia mendengarkan semuanya dan masih setia memandangi wajah tampan Pria di sampingnya ini tanpa berkedip sama sekali.Melihat side profile Arthur yang terpahat sempurna.Daebak!!!''Ia ternyata sangat tampan sekali, siluet side profilenya benar-benar sempurna. Akhh, Aku kemana saja selama ini? Baka!'' Erina menggigit bibirnya saat ia memandangi Pria di sampingnya ini. Begitu mengagumi pahatan sempurna makhluk ciptaanNya. Tanpa sadar ia pun tersenyum malu.
# Wester Ross, Pukul 11 siang (UTC) Mereka berdua berkemas dan bersiap untuk check out. Arthur selalu memperhatikan gadisnya. Ia seakan tidak pernah bisa melepaskan tatapannya pada gadis manis di hadapannya ini. Ia selalu merasa terhipnotis dengan semua yang ada pada diri gadis ini. Entah apa yang terjadi, yang jelas ia selalu mencintai gadisnya ini. Apapun yang akan terjadi. ''Arthur-na? Kajja,'' Ajak Erina pada Arthur, namun Arthur malah terdiam saja. Arthur heran karena Erina tidak memanggilnya dengan embel-embel ''Oppa'' lagi. Hemm, anehh. ''Ah, kajja. Sudah semuakah? Tidak ada yang ketinggalan?'' Tanya Arthur sambil memperhatikan tas ransel yang sudah ditenteng oleh Erina. ''Tidak. Sudah semua, kajja!'' Ajak Erina bersemangat dan berlalu begitu saja.
# Sekitar 51 menit berlalu, sampailah mereka di tempat tujuan menakjubkan lainnya, Achmelvich Bay, Lairg, Britania Raya ke Inverness, Britania Raya ''Okeh, akhirnya sampai juga. Woahh lihatlah pemandangan di depan kita. Daebak!!! Seperti di Pulau Jeju bukan, Erina?'' Arthur menatap kagum pemandangan di depannya. Ia terkesima dengan putihnya pasir pantai ini. '' … '' Erina hanya bisa terdiam tidak sanggup berkata-kata lagi. Ia benar-benar tidak menyangka bahwa ia akan berada di tempat ini bersama Pria ini. Sesuatu yang tidak pernah Erina impikan dan tidak pernah berani ia wujudkan. Tapi nyatanya Pria tampan inilah yang mewujudkannya. Dan ia hanya bisa terdiam. Namun saat ia masih bergelut dengan fikirannya sendiri, ia dikejutkan oleh sentuhan ringan seseorang di pundaknya. ''Hahh, Oppa! Ngagetin saja! He… he … waeyo?'' Erina masih dengan ekspresi terkejutnya plus muka polosnya yang semakin membuat Arthur gemas.
Mereka berlarian bersama untuk mencapai bibir pantai duluan. ''Stoopp! Kau curang, Oppa! Huuuu … hahhh, nafaskuu … hahhh … '' Erina memprotes apa yang telah dilakukan oleh Arthur. Arthur benar-benar jahil sekali terhadap Erina. Arthur juga heran sendiri kenapa bisa ia jahil terhadap seseorang terlebih seorang gadis. Hal yang sangat mustahil ia lakukan sampai ia dewasa seperti ini. Cinta telah membuka segalanya! ''Wkahkahka … kenapa, Erina? Capek? Masa begitu saja capek, payah … ayok … '' Arthur lagi-lagi mengolok-olok Erina dengan bangganya dan ia tidak memperhatikan perubahan ekspresi jahil Erina yang sudah berdiri di belakangnya. Erina tersenyum jahil. ''Oppa, lihat sini!'' Ucap Erina tenang sambil menahan tawanya. ''Ada apa, sih, Erina? Ayok, kita ke sana saj … yakhh …'' Arthur terkejut bukan main saat di hadapannya terdapat hewan berbulu cantik. Entah karena syok atau apa, tiba-tiba keseimbangannya goyah, da
Hal itu pun disadari oleh Pemilik kedai dan mendekat ke arah Arthur serta mengatakan sesuatu yang membuat Arthur gugup. ''Anak muda, buatlah istrimu ini selalu bahagia kapanpun dimanapun, meski Kau harus tertatih sendiri, buatlah dia selalu tersenyum untukmu setiap waktu. Jangan sampai Kau membuat senyumnya hilang, Kau pasti akan gila saat senyum yang menjadi sumber semangatmu hilang! Aku sarankan kalian lebih seringlah menghabiskan waktu berdua! Di sini banyak sekali tempat yang keren. Kalian darimana, Nak?'' Ucap Paman pemilik kedai panjang lebar memberi petuah kepada Arthur. ''Ah, terima kasih banyak, Paman. Akan Saya lakukan semuanya. Memang dialah kunci hidupku saat ini dan seterusnya. Aku benar-benar sangat mencintai dan mengasihinya lebih dari apapun. Nama Saya Arthur Eryk Shaquile, Saya datang dari Seoul, Korea Selatan,'' Terang Arthur pada pemilik kedai itu. ''Wahh, Korea Selatan? Itu di Benua Asia, ya? Wahh, pantas air muka kalian seperti agak berbe
Dan itu cukup membuat Paman Bowie terkesima dan mengerti kenapa Pria tampan di sampingnya selalu memperhatikan wanita sempurna di hadapannya ini.''Akh, baik, Paman Bowie. Saya Erina Eshal Mislav, panggil Erina saja. Terima kasih banyak, sepertinya enak ini masakan semuanya,'' Erina menunduk hormat pada Paman itu dan tersenyum hangat.''Baiklah, silakan dinikmati, ya! Permisi,'' Paman Bowie berlalu meninggalkan mereka berdua.''Baik. Terima kasih, Paman Bowie!'' Ucap mereka berdua kompak.Sepeninggal Paman Bowie, mereka berdua melanjutkan kegiatan mereka. Menikmati hidangan lezat dengan pemandangan menakjubkan di hadapan mereka.Air laut yang berwarna biru aqua dan turquoise yang semakin menambah pesona cantik pemandangan ini.Mereka berdua bercerita di bawah Payung besar yang menaungi mereka berdua dari panasnya terik matahari di siang hari.
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap