Mereka berlarian bersama untuk mencapai bibir pantai duluan.
''Stoopp! Kau curang, Oppa! Huuuu … hahhh, nafaskuu … hahhh … '' Erina memprotes apa yang telah dilakukan oleh Arthur.
Arthur benar-benar jahil sekali terhadap Erina.
Arthur juga heran sendiri kenapa bisa ia jahil terhadap seseorang terlebih seorang gadis. Hal yang sangat mustahil ia lakukan sampai ia dewasa seperti ini.
Cinta telah membuka segalanya!
''Wkahkahka … kenapa, Erina? Capek? Masa begitu saja capek, payah … ayok … '' Arthur lagi-lagi mengolok-olok Erina dengan bangganya dan ia tidak memperhatikan perubahan ekspresi jahil Erina yang sudah berdiri di belakangnya.
Erina tersenyum jahil.
''Oppa, lihat sini!'' Ucap Erina tenang sambil menahan tawanya.
''Ada apa, sih, Erina? Ayok, kita ke sana saj … yakhh …'' Arthur terkejut bukan main saat di hadapannya terdapat hewan berbulu cantik.
Entah karena syok atau apa, tiba-tiba keseimbangannya goyah, da
Hal itu pun disadari oleh Pemilik kedai dan mendekat ke arah Arthur serta mengatakan sesuatu yang membuat Arthur gugup. ''Anak muda, buatlah istrimu ini selalu bahagia kapanpun dimanapun, meski Kau harus tertatih sendiri, buatlah dia selalu tersenyum untukmu setiap waktu. Jangan sampai Kau membuat senyumnya hilang, Kau pasti akan gila saat senyum yang menjadi sumber semangatmu hilang! Aku sarankan kalian lebih seringlah menghabiskan waktu berdua! Di sini banyak sekali tempat yang keren. Kalian darimana, Nak?'' Ucap Paman pemilik kedai panjang lebar memberi petuah kepada Arthur. ''Ah, terima kasih banyak, Paman. Akan Saya lakukan semuanya. Memang dialah kunci hidupku saat ini dan seterusnya. Aku benar-benar sangat mencintai dan mengasihinya lebih dari apapun. Nama Saya Arthur Eryk Shaquile, Saya datang dari Seoul, Korea Selatan,'' Terang Arthur pada pemilik kedai itu. ''Wahh, Korea Selatan? Itu di Benua Asia, ya? Wahh, pantas air muka kalian seperti agak berbe
Dan itu cukup membuat Paman Bowie terkesima dan mengerti kenapa Pria tampan di sampingnya selalu memperhatikan wanita sempurna di hadapannya ini.''Akh, baik, Paman Bowie. Saya Erina Eshal Mislav, panggil Erina saja. Terima kasih banyak, sepertinya enak ini masakan semuanya,'' Erina menunduk hormat pada Paman itu dan tersenyum hangat.''Baiklah, silakan dinikmati, ya! Permisi,'' Paman Bowie berlalu meninggalkan mereka berdua.''Baik. Terima kasih, Paman Bowie!'' Ucap mereka berdua kompak.Sepeninggal Paman Bowie, mereka berdua melanjutkan kegiatan mereka. Menikmati hidangan lezat dengan pemandangan menakjubkan di hadapan mereka.Air laut yang berwarna biru aqua dan turquoise yang semakin menambah pesona cantik pemandangan ini.Mereka berdua bercerita di bawah Payung besar yang menaungi mereka berdua dari panasnya terik matahari di siang hari.
Erina, gadis manis itu hanya menatapi Arthur dengan seksama dan khawatir. Ia mengkhawatirkan kalau Pria ini marah. Ia masih setia memandangi wajah sempurna Pria di sampingnya ini. Side profilenya benar-benar menawan. Ia merasa sangat bersyukur bisa dicintai dan dikasihi oleh Pria sempurna seperti Arthur. Erina tiba-tiba tersenyum sendiri bahkan saking asyiknya ia tersenyum tidak memperhatikan bahwa saat ini objek di depannya sedang memperhatikannya dengan seksama. Arthur, objek dari Erina menjulurkan tangan kekarnya pada wajah Erina dan secepat itu pula ia mencium Erina dengan lembut. ''Akh, Opp … '' Erina terkejut karena Arthur tiba-tiba menciumnya. Ia tidak siap jika nantinya Arthur melakukan hal lebih di sini. GILA! ''Kau melamun ternyata, hm!'' Ucap Arthur di sela-sela ciumannya. ''Ahh, tidak Opp … '' Belum selesai Erina mengucapkan kata-katanya, bibirnya lebih dulu dikunci kembali oleh bibir sexy Arthur.
# At Mobil, Pukul 15.00 (UTC) Jarak dari Achmelvich, Lairg, Britania Raya ke Inverness, Britania Raya 95,9 mil ( 2 jam 13 menit) Terlihat dua sejoli sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing di dalam mobil. Sang gadis masih sibuk dengan handphonenya sedangkan sang Pria masih sibuk menyetir. Mereka berdua tidak mengatakan apapun dari saat mereka memasuki mobil sampai setengah perjalanan. Hingga sampai suara berat Pria memecah keheningan. ''Erina, Kau sudah siap?'' Pertanyaan yang sungguh berhasil membuat Erina tertegun hingga ia mengalihkan pandangan dari handphonenya ke Pria tampan di samping kanannya. ''Ehmm … maksud Oppa bagaimana, Ya?'' Ulang Erina tidak yakin dengan pertanyaan itu dan hanya membuat Arthur melirik tajam gadisnya. ''Ya, Kamu setelah ini bagaimana menyikapi semuanya, Erina? Setelah sampai di Hotel nantinya, Kau akan bersikap bagaimana terhadap mereka, terutama pada Zhafar dan mantanmu itu??'' Tany
Arthur yang mendengar para wanita itu sedang membicarakannya hanya menatapi mereka semua dengan tatapan tajamnya. Arthur bergeming sama sekali. Ia hanya sesekali menolehkan kepalanya ke belakang, memandang Erina dengan diamnya. Ia lalu membuang begitu saja rokok yang masih tersisa seperempat di aspal dan menginjaknya. Saat Pria itu menginjak rokoknya, Erina melihat bahwa Pria itu melirik dirinya dengan pandangan yang sulit diartikan. DEG!!! ''Hahh! Astaga! Dia kenapa? Ya Tuhan, tatapannya benar-benar menakutkan! Tatapan mata itu baru kali ini Aku melihatnya. Aku takut,'' Erina tertegun saat pandangan matanya beradu dengan lirikan tajam Arthur. Erina memberanikan diri untuk mendekati Arthur. Ia keluar dari mobil dan duduk bersandar di samping Arthur namun Arthur tetap bergeming, tidak melirik sama sekali. Hal ini menandakan bahwa Arthur benar-benar di level depresi dan emosi. Arthu
''Erina!'' Arthur menyadarkan Erina karena sikap diamnya gadis ini yang selalu bikin Arthur menahan emosinya.''Akh ... Ne … ehm, Aku … Aku … sebenarnya tanpa Kau tanyakan pun harusnya Kau sudah memahaminya, Oppa. Tapi kenapa masih saja Kau tanyakan padaku? Apa Kau belum mempercayaiku, hem?'' Erina sedikit menahan amarahnya, dan ia menanyakan balik pertanyaannya kepada Arthur.''Hahh, bukan seperti itu, Erina. Aku hanya ingin memastikan saja siapa yang ada di hatimu sekarang dan mungkin selamanya. Mengingat Kau ini seorang primadona dan sangat menawan. Siapa juga yang akan menolakmu, Erina! Hanya orang bodoh saja yang menolakmu! Jadi, apakah Kau mencintaiku, mengasihiku sebagaimana diriku padamu, Erina?'' Arthur terlihat tidak sabaran saat menanyakan hal itu.Arthur menatap Erina dengan sangat intens.''Aahhh … Ne. Apa Oppa masih juga tidak melihat sikapku padamu, Oppa? Aku ‘tuh sama denganmu, Oppa. Hishh, sebel deh,'' Er
Arthur ikut menyanyikan lagu tersebut dengan lancar dan tepat. Sangat merdu dan indah saat didengarkan hingga membuat Erina terdiam saat mendengar Arthur menyanyikan bagian favoritnya. Tanpa sadar Erina tersenyum hangat saat Arthur menatapnya. Playlist Song di pemutar musik mobil ini memainkan lagu dari playlist milik handphone Arthur dan kembali memutar lagu favorit Arthur dari Baekhyun-Every Second. ''Ini juga dalam, Erina artinya. Ini menggambarkan perasaanku padamu, Erina. Ehm, seperti inilah diriku saat Kau mendengarkan dengan seksama lagu ini. Aku tidak akan pernah pergi walaupun seluruh dunia menjauhimu, kalau Kau berlari menjauhiku saat Kau menoleh ke belakangpun, Kau akan mendapati diriku yang selalu mengikutimu, menjagamu,'' Arthur mengungkapkan semua perasaannya kepada Erina hingga mampu membuat Erina terisak pelan. Tidak menyangka seorang Arthur Eryk Shaquile bisa semelow ini. ''Oppa ... '' Lirih Erina terharu. ''Gwenchanay
Bagaimana tidak idaman, Arthur bahkan berani membayar mahal biaya ganti sewa mobil yang disewa Erina berapapun biayanya, Arthur akan lakukan. Karena memang biaya sewa dan parkir di sana sangatlah mahal sekali. Bayangkan berapa uang yang rela dikeluarkan oleh Arthur demi gadisnya ini. Hemmm … ''Hahh, apa Oppa yang membayarkannya untukku? Kenapa, Oppa? Itu, 'kan mahal sekali. Aku akan ganti ya … '' Erina terkejut saat mengetahui bahwa Arthur sudah membereskan masalahnya. Benar-benar top! Arthur hanya menatapi Erina dalam diamnya, entah ada apa dengan Arthur kali ini. Seperti memikirkan sesuatu dan tersirat sekali di wajahnya. '' … '' ''Oppa … Kenapa diam? Yasudah, deh Aku ambil uang dulu di tabunganku. Aku ganti sekarang, jadi jangan marah padaku, ne? Kamu serem kalau marah, uhhh … '' Erina sedikit merajuk manja dan saat ia bersiap untuk membuka pintu mobil, badannya tiba-tiba ditarik paksa oleh Arthur yang mengakibatkan gadis itu terhuy
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap