# Kamis, Tanggal 05 Januari 2017, Pukul 07.00 KST, @ PT Deluxe Tower
Persiapan meeting antara kedua Perusahaan besar yaitu PT DT dan PT SH Group.
Suasana kantor terlihat sibuk sekali. Terlebih loby kantor. Para karyawan berjalan ke sana kemari dan terlihat jelas ketegangan di wajah semuanya.
Salah satunya yaitu Erina. Ia berjalan tergesa-gesa dengan beberapa dokumen berada dalam genggamannya. Gadis cantik ini berjalan tanpa memperhatikan jalan di depannya hingga akhirnya . . .
BRUK!!!
“Aduhh!!! Astaga! Aww . . . ” Erina sedikit merasakan sakit di tubuhnya akibat tubrukan yang lumayan keras dengan seseorang di depannya hingga membuatnya jatuh terduduk. Dan Erina juga mengakui jika itu kesalahannya maka dari itu ia tidak berani menyalahkan orang tersebut.
“Gwenchana, Erina?” Deep voice yang sangat ia hafal betul suara milik siapa.
Erina menengadahkan kepalanya ke atas dan melihat visual
Saat ini, Arthur sudah mengetahui semuanya dan ia merasa ia harus segera melangkah lebih cepat. Ia membuka kedua matanya dan menatap semua rekannya dengan tatapan tajam yang tidak pernah ia perlihatkan pada semuanya.Hal ini disadari oleh semuanya bahwa Arthur telah berubah.“Jinjja, Arthur-nie! Dia menakutkan!“ Ucap Kai dalam hati.“Aihh, kenapa dengan bocah itu? Mengerikan!“ Ucap Xiu sambil melirik Arthur.“Jinja! Aku baru kali ini melihat Arthur bersikap seperti ini. Sikapnya memang tenang, tapi tatapan tajamnya sungguhlah meresahkan. Ya, dia sudah berubah! Dia akan menentang dan kalaupun mau, ia akan menghabIsi orang-orang yang menghalanginya! Tapi lawannya bukanlah orang biasa, Thur! Arghhhh!!!“Zhafar berteriak dalam hati dan ia sangat frustasi.“Baiklah! Aku akan menghadapinya segera! Dan untuk Erina sendiri, ia sudah berada di ruanganku. Aku juga sudah mengataka
@ PT SH Group, Kamis, Tanggal 05 Januari 2017, Pukul 08.00 KST Seorang wanita terlihat berjalan tergesa-gesa menuju sebuah ruangan. Saat dalam perjalanan, semua orang menundukkan badannya sedikit sebagai tanda hormat mereka pada salah satu orang terpenting di Perusahaan ini. Mereka semua menyapa wanita berparas angkuh itu dan hanya dibalas senyuman singkat. Langkahnya terhenti di depan ruangan yang bertuliskan Presdirut. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu hanya memandang lekat pintu besar di hadapannya. Ia mengeja nama di plakat yang menempel di pintu. Ia sedikit menguatkan hatinya sebelum memasuki ruangan privat ini. TOK!!!TOK!!!TOK!!! Wanita itu memberanikan diri mengetuk pintu itu dan menahan nafasnya sejenak lalu menghembuskannya perlahan. “Masuk!” Ucap seseorang di dalam ruangan. CEKLEK!!! Pintu terbuka lebar menampilkan sosok wanita paruh baya yan
“Kajja! Kita berangkat sekarang!” Ajak Suho pada rekan-rekannya. Mereka ternyata berada di pujasera di lantai 1 untuk sarapan bersama, terlihat juga Arthur dan Zhafar. Mereka semua terlihat berjalan melewati loby lantai 1 untuk menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai 9. Saat melewati loby yang ternyata masih banyak karyawan di sana, pandangan mereka tertuju pada karyawati-karyawati yang asyik bergosip ria. Namun berbeda dengan sikap Zhafar dan Arthur. Mereka berdua tampak tidak peduli dan lebih memilih untuk tetap melanjutkan perjalanannya sambil bercakap sebentar. “Thur, tetaplah tenang dan kuasai dirimu! Jangan emosi! Tapi Aku juga tidak yakin bahwa nanti Aku juga akan tenang saat mereka berada di hadapanku. Hahh, jinjja!” Keluh Zhafar frustasi saat mengingat sebentar lagi ia akan bertemu dengan mantan teman masa kecilnya. “Hahh! Aku juga masih belum pasti harus bagaimana menyikapinya, Zhaff! Yang terpenting saat ini adalah Erina jangan sampa
# Meeting Room Dulcinea Arae, Kamis, Tanggal 05 Januari 2017, Pukul 09.00 KST Ruangan meeting terlihat lengang. Hanya beberapa saja yang sudah hadir diantaranya Zhafar dan Arthur. Mereka berdua duduk dengan tenang dan sibuk dengan dunia mereka sendiri. Namun berbeda dengan yang dilakukan oleh Zhafar. Pria tampan ini hanya duduk terdiam di kursinya sambil menatapi langit-langit ruang meeting. Zhafar begitu terkesima dengan desain ruangan ini. Ruangan dengan desain klasik mediteranian dengan pilar-pilar megah di setiap sudutnya. Ukiran-ukiran rumit di sudut atap juga semakin menambah kesan mewah ruangan ini. Ruangan meeting ini merupakan ruangan meeting terbesar diantara semua ruangan meeting lainnya. Zhafar menundukkan pandangannya memperhatikan setiap ukiran lantai marmer yang begitu mewah. Dan tidak lupa karpet merah yang
Mereka berdua menikmati itu semua dalam diam. HENING!!! “Ada apa?” Ucap Erina akhirnya karena tidak betah lama-lama hanya berdiam saja saat di dekat tunangannya. “ . . . ” Arthur hanya melirik sekilas ke arah Erina lalu mengalihkan lagi pandangannya pada pemandangan di depannya. “Sampai kapan Kau akan begini, Arthur Eryk Shaquile?? Kalau tidak ada yang mau Kau katakan, Aku kembali saja!” Erina sedikit kesal karena Arthur hanya diam saja. Saat Erina membalikkan badannya dan bersiap meninggalkan Arthur, sebuah tangan kekar menarik pergelangan tangannya dengan sekali gerakan dan membuat Erina berada dalam dekapan Arthur. “Hah? Arthur? Kau kenapa?” Tanya Erina sedikit aneh dengan sikap Arthur hari ini. “ . . . ” Arthur masih saja diam dan ia lebih memilih menyandarkan kepalanya pada pundak kecil Erina. “Akh! Arthur . . . Ada apa? Kenapa jadi begini? Apa Aku boleh tahu alasannya?” Erina menoleh ke arah Arthu
Seseorang yang ingin sekali Erina hindari. Sebisa mungkin! Tapi kali ini rasanya takdir kembali mempertemukan mereka dan bahkan di saat-saat yang tidak tepat sepertinya. Erina berfikir bahwa seolah-olah alam sedang mempermainkannya sekarang. “DIA??!” Erina hanya terdiam terpaku di tempatnya sama halnya dengan seseorang itu yang menatapi Erina dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Pandangan menahan semua rasa kecewa, penyesalan, rindu menjadi satu di kedua mata seseorang itu. Namun berbeda halnya dengan Erina, pandangan gadis ini sangatlah penuh dengan kemarahan, kebencian, penyesalan, dan semuanya menjadi satu. “Akh! Jinjja! Kenapa ada di sini? Ada apa? Kenapa? Ya Tuhan, salah apa lagi Saya? Kenapa harus bertemu dengannya kali ini? Kenapa dia kembali? Sakit rasanya saat melihatnya kembali . . . ”Erina menekan dadanya kuat karena rasa nyeri tiba-tiba menyerang dadanya. Ia tiba-tiba teringat kejadian di
DEG!!! Dari semua tamu yang hadir, hanya Arthur dan Zhafar saja yang terdiam menatapi koleganya ini. Mereka seakan masih tidak bisa mempercayai apa yang berada tepat di depannya saat ini. Bahkan mereka berdua ingin sekali membatalkan semuanya ini, namun tidak bisa. Sebisa mungkin mereka bersikap professional. Dan itu cukup susah. Apalagi pernah ada kenangan yang buruk, sungguh hanya beban mental yang ada. Arthur dan Zhafar masih terdiam menatapi dan menunggu seseorang yang masih berada di luar ruangan hingga akhirnya . . . TAP! TAP! TAP! “Selamat Pagi semuanya! Maaf, sedikit terlambat!” Ucap seseorang itu dengan tegas dan deep voicenya terdengar sexy di pendengaran para tamu gadis kecuali Eritha. Terlihat sesosok Pria tinggi tampan memasuki ruangan dan berdiri untuk menyapa semua tamu terlebih pemilik undangan yaitu PT Deluxe Tower. Kehadirannya di ruangan ini sungguhlah membuat heboh ruangan
Saat Erina sudah duduk manis di kursinya, terlihat seseorang yang diam-diam memperhatikannya dalam diam. Sorotan mata tajam yang tidak akan membiarkannya begitu saja. Ia masih saja terdiam menatapi pergerakan Erina dalam jangkauan pandangannya. “Baiklah! Kita mulai saja acara meeting kali ini. Selamat Pagi semuanya! Perkenalkan, Nama Saya Eric Keenan Rafael. Saya Komisaris Utama Perusahaan ini. Saya mengucapkan terima kasih untuk semua tamu yang sudah hadir pada pagi hari ini dan juga terima kasih atas kehadiran Komisaris dari PT SH Group yaitu Nyonya Alisha Katherine Rhys, lalu Presdirut Javier Raditya Rhys dan yang lainnya. Maka dari itu kita langsung ke acara inti saja. Silakan untuk Perwakilan SH Group memberikan materinya!” Ucapan singkat dari Eric Keenan Rafael disambut hangat oleh semua tamu yang hadir. Suasana kembali hening saat seorang Pria tampan berperawakan tinggi berdiri dan berjalan ke depan untuk memberikan materi dari Perusahaannya. Se
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap