Seseorang yang ingin sekali Erina hindari.
Sebisa mungkin!
Tapi kali ini rasanya takdir kembali mempertemukan mereka dan bahkan di saat-saat yang tidak tepat sepertinya. Erina berfikir bahwa seolah-olah alam sedang mempermainkannya sekarang.
“DIA??!”
Erina hanya terdiam terpaku di tempatnya sama halnya dengan seseorang itu yang menatapi Erina dengan pandangan yang sulit dijelaskan.
Pandangan menahan semua rasa kecewa, penyesalan, rindu menjadi satu di kedua mata seseorang itu.
Namun berbeda halnya dengan Erina, pandangan gadis ini sangatlah penuh dengan kemarahan, kebencian, penyesalan, dan semuanya menjadi satu.
“Akh! Jinjja! Kenapa ada di sini? Ada apa? Kenapa? Ya Tuhan, salah apa lagi Saya? Kenapa harus bertemu dengannya kali ini? Kenapa dia kembali? Sakit rasanya saat melihatnya kembali . . . ” Erina menekan dadanya kuat karena rasa nyeri tiba-tiba menyerang dadanya. Ia tiba-tiba teringat kejadian di
DEG!!! Dari semua tamu yang hadir, hanya Arthur dan Zhafar saja yang terdiam menatapi koleganya ini. Mereka seakan masih tidak bisa mempercayai apa yang berada tepat di depannya saat ini. Bahkan mereka berdua ingin sekali membatalkan semuanya ini, namun tidak bisa. Sebisa mungkin mereka bersikap professional. Dan itu cukup susah. Apalagi pernah ada kenangan yang buruk, sungguh hanya beban mental yang ada. Arthur dan Zhafar masih terdiam menatapi dan menunggu seseorang yang masih berada di luar ruangan hingga akhirnya . . . TAP! TAP! TAP! “Selamat Pagi semuanya! Maaf, sedikit terlambat!” Ucap seseorang itu dengan tegas dan deep voicenya terdengar sexy di pendengaran para tamu gadis kecuali Eritha. Terlihat sesosok Pria tinggi tampan memasuki ruangan dan berdiri untuk menyapa semua tamu terlebih pemilik undangan yaitu PT Deluxe Tower. Kehadirannya di ruangan ini sungguhlah membuat heboh ruangan
Saat Erina sudah duduk manis di kursinya, terlihat seseorang yang diam-diam memperhatikannya dalam diam. Sorotan mata tajam yang tidak akan membiarkannya begitu saja. Ia masih saja terdiam menatapi pergerakan Erina dalam jangkauan pandangannya. “Baiklah! Kita mulai saja acara meeting kali ini. Selamat Pagi semuanya! Perkenalkan, Nama Saya Eric Keenan Rafael. Saya Komisaris Utama Perusahaan ini. Saya mengucapkan terima kasih untuk semua tamu yang sudah hadir pada pagi hari ini dan juga terima kasih atas kehadiran Komisaris dari PT SH Group yaitu Nyonya Alisha Katherine Rhys, lalu Presdirut Javier Raditya Rhys dan yang lainnya. Maka dari itu kita langsung ke acara inti saja. Silakan untuk Perwakilan SH Group memberikan materinya!” Ucapan singkat dari Eric Keenan Rafael disambut hangat oleh semua tamu yang hadir. Suasana kembali hening saat seorang Pria tampan berperawakan tinggi berdiri dan berjalan ke depan untuk memberikan materi dari Perusahaannya. Se
Setelah hampir 1 jam lamanya rapat ditunda akibat tidak adanya titik temu akan suatu pendapat dalam menemukan solusi, mereka akhirnya melanjutkan kembali rapat yang tertunda. Mereka saling berdiskusi satu sama lainnya. Terlihat pula Javier Raditya sedang berdiskusi dengan sekretarisnya dan sesekali menatap Erina dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Hal ini diketahui oleh Nyonya Alisha Katherine Rhys, Ibunda Javier Raditya. Wanita ini merasa kesal saat Putranya masih mengharapkan cinta dari mantannya. ’’Javier Raditya!!! Kau ini! ”Kesal Nyonya Alisha dalam hatinya pada Putranya. Semua tamu yang hadir begitu antusias pada materi yang dibawakan oleh Javier Raditya, kecuali Zhafar, Erina, Arthur dan Eritha. Keempat orang ini sibuk dengan fikirannya masing-masing hingga tidak sadar terlihat sedang melamun. Arthur selalu memperhatikan Erina dan begitu mengkhawatirkannya. Arthur melihat bahwa gadisnya begitu tersiksa dan tidak nyaman. Saat
Javier, Pria tampan ini begitu tenang saat menghadapi mantan teman masa kecilnya. Ketenangan dan kewibawaannya semakin terlihat tatkala ia merasakan bahwa teman masa kecilnya begitu menolak dan membencinya. Ia sadar bahwa tidak mudah merubah suatu keadaan menjadi lebih baik. Akan tetapi, ia berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki semuanya. “Oke! Selesai! Terima kasih atas kerjasamanya! Kami berharap bisa menjadi partner yang solid bagi Perusahaan kalian!” Ucap Javier tenang seraya mengangkat tangannya untuk menjabat tangan Zhafar. “ . . . ” Zhafar hanya diam saja tatkala Javier mengangkat tangannya hanya untuk menyalami dirinya sebagai tanda bahwa kesepakatan telah terjalin diantara kedua belah pihak. Zhafar bimbang dan dilema, apakah yang harus dilakukannya? Ia tidak mau terlihat lemah di depan rivalnya. Disaat Zhafar sedang mengalami kebimbangan, Eritha bergerak terlebih dahulu dengan membisikkan sesuatu kepada Zhafar hingga membuat Pria ini tersentak. “Apa kau terus-terusan
“ . . . ” Erina hanya sanggup menganggukkan kepalanya tanpa berucap. Sangat sulit sekali bagi gadis ini untuk menceritakan tentang masa lalunya. Ia menatap balik Mr. Eric dengan tatapan sendu. “Jangan menangis, Erina! Kamu tidak cocok dengan ekspresi seperti itu karena wajah cantikmu tidak akan terlihat! Kamu pasti akan bisa melaluinya! Oia, dan jangan panggil Saya Tuan, ya! Cukup panggil Paman saja!” Perkataan Mr. Eric penuh makna seakan mengetahui bahwa Erina akan menangis. “N-ne, Paman! Terima kasih banyak atas nasihat dan dukungannya. Saya akan selalu semangat!” Ucap Erina dengan penuh semangat mengatakannya. Ia tersenyum manis terhadap Mr.Eric yang telah memberinya kekuatan yang lainnya. “Erina! Bagaimana hubunganmu dengan Arthur?” Lagi-lagi Mr.Eric mengatakan sesuatu yang sanggup membuat Erina terdiam sejenak. “Hah?? Akh, itu Saya sebenarnya . . . Ehm, Saya sedang menjalani hubungan yang serius dengannya. Dan juga sebagai Partner kerjanya di sini,” Jawab Erina sedikit gugup
# 1,5 Tahun kemudian @ PT Deluxe Tower, Lantai 4, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 09.00 KST Seorang gadis cantik terlihat sedang terburu-buru saat melewati lorong Perusahaan di lantai 4. Ia terlihat membawa berkas di kedua tangannya. Penampilannya sungguh selalu mengagumkan siapapun yang berpapasan dengannya. Pembawaannya yang selalu ceria dan ramah terhadap siapapun di sekitarnya. Apalagi senyuman manisnya, sungguh mempesona. Saat gadis cantik ini membenarkan dokumen yang berada di tangannya, ia menundukkan kepalanya dan sedikit tidak memperhatikan jalannya hingga akhirnya . . . BRAKK!!! “Akh!!! Aww . . . Aish, sakittt . . . Aduhh, siapa, sih . . . ” Ucapan gadis cantik ini seketika terhenti tatkala pandangannya mengarah pada seseorang di depannya yang sudah berdiri menjulang. Gadis cantik ini terdiam seketika. Sapaan seseorang begitu mengagetkan gadis cantik ini yang sedang terdiam. “Nona, Anda baik-baik saja? Apa ada yang sakit? Akhh! ” Tanya seseorang ini dengan lembu
Namun dari itu semua, yang paling menyakitkan adalah menyaksikan hal romantis itu di depan mata di saat masih memiliki perasaan pada Erina. Benar! Hal itulah yang dialami oleh seseorang yang berdiri di samping Erina. Ia tidak sanggup memandang Erina dan Tunangannya bersikap seperti itu di depannya. Sungguh ia kecewa dan sakit hati. Di saat seseorang itu menatap lantai, Tunangan Erina menyapanya dengan tegas. “Selamat siang, Tuan Javier!!! Apa kabar? Long time no see!” Sapa seseorang yang masih memeluk Erina dengan erat seraya mengulurkan tangannya pada seseorang di depannya. “Akh! Arthur! Selamat siang! Aku baik seperti yang kau lihat. Iya sudah lama sekali kita tidak bertemu. Sepertinya kau begitu merindukan Tunanganmu ini, hem . . . ” Ucap Javier tenang seraya tersenyum hangat dan menerima uluran tangannya kepada Arthur. “Tentu saja! Saya ke sini juga karena dia! Aku ingin menjemputnya dan membawanya bersamaku, Javier!” Jawab Arthur tegas dan menatap Erina dengan mesra seraya me
Menikah? Hal itulah yang masih difikirkan oleh Zhafar. Suatu proses terakhir dalam menjalani sebuah hubungan yang lebih serius yang harus dilewati oleh kedua sejoli. Melewati masa-masa penting di dalam sebuah kehidupan dengan seseorang yang paling berharga di dalam hidup. Menua bersama dan berbagi cerita bersama selamanya sampai akhir memisahkan. Itulah definisi menikah secara harfiah yang difahami oleh Zhafar. Pria tampan ini bergeming untuk waktu yang sedikit lama. Memikirkan semuanya. Mengingat-ingat semuanya saat pertama kali bertemu dengan Erina hingga sampai detik ini. Zhafar mengingat saat kepergian sahabatnya, Arthur kembali ke Scotlandia selama hampir 1,5 tahun lamanya dan meninggalkan Erina di sini sendiri. Namun semuanya dilakukan dan dikorbankan hanya untuk kebahagiaan Erina di kemudian hari. Zhafar mengingat kembali saat-saat menegangkan tersebut . . . . . . . . #Flashback 1 Tahun yang lalu @ Ruang Presdirut PT Deluxe Tower, Lantai 10, Senin, Tanggal 09 Januari
#Flashback End # 1 Tahun kemudian @ Ruang Presdirut, PT Deluxe Tower, Lantai 10, Jumat, Tanggal 05 Januari 2018, Pukul 11.00 KST ‘’Oppa!! Zhafar Oppa!!! Yakh!!!’’ Seruan seseorang berhasil membuat Zhafar terkesiap. Ia menatapi seseorang itu yang menatapinya dengan pandangan keheranan. ‘’Hahh!!! Erina! Arthur! Astaga! Aku melamun! Jinjja!’’ Ucap Zhafar akhirnya dan mengusap wajahnya kasar. Ia menerawang jauh ke depan tentang semuanya. ‘’Kau melamun ternyata! Astaga! Zhaff, aku minta bantuanmu untuk menyebar undangan pernikahan kita, ya??’’ Permintaan dari Arthur begitu mengagetkan Zhafar. ‘’Akh! O-oke! Siap! Aku akan bantu kalian! He . . . He . . . ‘’ Jawab Zhafar sedikit gugup seraya memeluk Arthur bahagia. ‘’He . . . He . . . Terima kasih, Kawan! Ku harap kau segera menyusul, ya!’’ Ucap Arthur penuh ketulusan dan diamini oleh Zhafar dan Erina. Mereka bertiga berbincang lama sambil sesekali bernostalgia. Mereka Nampak sangat bahagia sekali bahwa persahabatan mereka masih terja
# Tiga hari berlalu, Seorang gadis cantik membuka matanya perlahan. Ia mengerjap matanya perlahan untuk menyesuaikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati ruangan putih bersih yang lumayan luas. Ia terheran-heran. Saat sedang mengamati keadaan di sekitarnya, sebuah sapaan berat mengusik pendengarannya. ‘’Sudah siuman? Syukurlah,’’ Sapaan lembut seorang Pria begitu hangat hingga membuat seorang gadis cantik ini mengalihkan perhatiannya. ‘’Zhafar Oppa? Aku dimana??’’ Tanya gadis cantik ini dengan keheranan. ‘’Kau di rumah sakit. Sudah tiga hari kamu dirawat di sini, Erina!’’ Jawab Zhafar tenang seraya mengupas apel untuk Erina. Ia tersenyum hangat pada Erina. ‘’Hahh?? Aku di rumah sakit? Kenapa?’’ Erina begitu terkejut saat mendapati kenyataan bahwa dirinya dirawat di rumah sakit. ‘’Iya, kau luka parah. Ehm . . . ‘’ Zhafar menggantung kalimatnya. Ia ragu harus memberitahu apa tidak perihal lukanya tersebut. ‘’Oppa!!! Oppa kenapa? Cerita padaku? Aku sakit apa??’’ Erina sedikit memak
‘’Eungghh!!! Sa-sakiitt, Oppaaah!! Argh!! Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Teriak Erina tertahan saat Javier memasukkan sesuatu ke dalam tubuh Erina dan mengunci bibir Erina. Erina hilang akal! Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Ia lelah dan tidak berdaya. Ia merasa akan mencapai kenikmatan tersebut disertai dengan perlakuan Javier padanya yang semakin menggila. Hingga akhirnya . . . ‘’Eunggghhh . . . Hahh . . . Hahh . . . ‘’ Seru keduanya saat keluar bersamaan. Javier menciumi lembut kening Erina dan memeluk erat gadis itu. Sementara Erina terlelap seketika. Javier manatapi Erina dengan penuh kasih. Ia begitu memuja gadis ini. Ia memakaikan pakaian Erina dengan lembut dan menyelimutinya sebelum pergi meninggalkan Erina seorang diri. ‘’Bye, Erina!!! Terima kasih!’’ Ucap Javier seakan mengucapkan salam perpisahan. Sungguh kejam sekali!!! £♥¥€ @ Ruang CTO, Lantai 08, Senin, 06 Maret 2017, Pukul 13.00 KST ‘’Huek!! Huek!! Arghh!! Ahh, aku
Erina menebak siapa gerangan tamu ini dan seketika terkejut mengetahui siapa tamu tersebut. Ia menahan nafasnya sejenak tatkala tamu tersebut membalikkan badannya menghadap dirinya. ‘’Akkh!!!’’ Ucap Erina tertahan saat mendapi tamu yang sangat dihindarinya. ‘’Halo! Selamat Malam, Erina!’’ Deep voicenya begitu mengusik pendengaran Erina dan mampu membuat Erina sedikit menjauh. ‘’Akh! Ya, selamat malam. Ehm, A-ada perlu apakah?’’ Tanya Erina dengan sopan dan pelan seraya menghindari tatapan mata dengan tamu tersebut. ‘’Hem, tidak! Ini! Aku hanya ingin memberikan ini,’’ Tamu tersebut tiba-tiba menyerahkan sebuah kado besar kepada Erina. Erina terkejut dengan semua sikap tamu tersebut yang memberikannya kado. Seketika itu juga ia terpana bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya dan tamu tersebut pun masih mengingatnya. Ia menutup mulutnya seketika seakan tidak mempercayai fakta yang ada. ‘’Aku dengar kamu cuti kemarin, makanya sekalian aku ingin menjengukmu. Aku fikir kau sedang sa
BUG!!! Terdengar pukulan lumayan keras yang dilayangkan oleh Javier kepada Zhafar. Pria tampan ini ternyata juga tidak siap akan pembalasan dari Javier. Ia terhuyung ke belakang seraya memegangi pipi kanannya. ‘’Cih! Sial!’’ Umpat Zhafar kesal karena pukulan Javier. Ia menyeka darah di sudut pipi kanannya dengan ibu jarinya. Ia juga menatapi Javier dengan tatapan kebencian. Javier dan Zhafar sama-sama bangkit dari posisinya. Mereka berdua siap-siap akan melakukan pembalasan dengan sengit. Akan tetapi belum sempat terjadi, seseorang memergoki keduanya hingga berteriak histeris. ‘’KYAAAA!!! Kalian!!! Ada apa ini?’’ Teriak Eritha, seseorang itu dan segera berlari ke arah kedua Pria tersebut. Posisi Eritha berada di tengah di antara kedua Pria tampan tersebut dan memandangi keduanya secara bergantian. ‘’Yakh!!! Kalian kenapa, ha??? Kenapa berkelahi?? Ada apa??’’ Tanya Eritha sedikit emosi karena kelakuan kedua Pria tersebut. ‘’ . . . ‘’ ‘’ . . . ‘’ Mereka berdua sama-sama terdia
‘’Nona Erina hamil!’’ Ucap Dokter ini pelan seraya tersenyum hangat kepada Zhafar dan Eritha. Bagaikan petir di siang bolong, kalimat sederhana dari Dokter Perusahaan mampu membuat Zhafar terkejut. Zhafar hanya bergeming saja. Ia menatapi surat hasil pemeriksaan dengan nanar dan tangannya bergetar. Ia menerka-nerka bagaimana bisa Erina hamil? Erina hamil? Sejak kapan? Dengan Arthurkah? Apakah Arthur sudah mengetahuinya? Bagaimana kalau ternyata Arthur juga tidak mengetahuinya? Bagaimana dengan keluarganya Arthur yang berada di sana? Astaga! Pertanyaan itu semua memenuhi seluruh fikiran dan hati Zhafar. Pria tampan ini masih meresapi dan memahami situasi yang pelik ini. Ia menggeleng pelan seakan tidak mempercayai semuanya. Ia meremas surat itu dengan tangan yang bergetar. Hal ini disadari oleh kedua wanita yang berada di depannya dengan perasaan iba. ‘’Hahhh . . . Astaga!!! Erina . . . ‘’ Hanya itu kata-kata yang berhasil keluar dari mulut Zhafar. Ia bersandar pada kursi da
GREP!!! Zhafar, Pria tampan inilah yang dengan sigap menangkap tubuh Erina yang kondisinya memang sedang tidak sehat. Ia lantas mendekap erat Erina dan segera memeriksa kening gadis ini. Alangkah terkejutnya saat Zhafar memeriksa keadaan Erina yang memang benar-benar sakit, badannya demam tinggi. Zhafar segera mengangkat tubuh Erina, menggendong gadis ini ala bridal style dan berjalan keluar meninggalkan ruangan meeting untuk menuju Ruang Kesehatan. Sebelum meninggalkan ruangan, Zhafar meminta ijin untuk pamit sebentar dan meminta Eritha menemaninya. “Ehm, Maaf, saudara-saudara sekalian! Kejadian tidak terduga terjadi dan Saya meminta ijin untuk membawa rekan kerja kita, Erina untuk ke Ruang Kesehatan. Mohon tunggu sebentar! Eritha, tolong temani Saya! Saya akan segera kembali. Selamat Pagi! Terima kasih!” Ucapan tegas dan tenang Zhafar disambut oleh para tamu dengan sedikti was-was. Mereka semua khawatir dengan kondisi Erina. Zhafar dan Eritha membungkuk hormat tanda mereka undu
SRET!!! “Selamat Pagi!!! Eh, sudah ada kalian?? Halo!” Sapa Kai dengan lantang dan sedikit kikuk saat mendapati bahwa Erina sedang bersama dengan mantan kekasih gadis itu. “Ne, selamat Pagi semuanya!” Ucap Javier tenang dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua undangan duduk di kursi masing-masing dan bersiap dengan meeting hari ini. Mereka bercakap-cakap dan bersenda gurau. Dari sekian banyak orang di ruangan meeting ini hanya satu orang yang terlihat acuh dan diam saja. Keadaan orang tersebut disadari oleh sahabatnya dan berusaha berbicara dengannya. “Erina?? Kau kenapa?” Tanya Eritha, sahabat Erina yang sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya ini. Orang yang dipanggil namanya pun hanya menoleh sekilas dan tersenyum pucat pada Eritha. Hal ini langsung mendapat reaksi kekhawatiran. “Erina!!! Kau sakit? Kau pucat sekali! Astaga!” Ucapan Eritha berhasil mengusik seluruh pendengaran tamu yang hadir. Begitupun dengan Zhafar. Pria ini seketika memperhatikan Erina dari tempat
Erina menyerah! “Erina, maaf! Aku hanya ingin memelukmu saja. Hanya itu. Aku hanya ingin melepaskan semua kerinduanku padamu setelah sekian lamanya. Maafkan aku!!!” Jelas seseorang itu dengan lembut seraya melepaskan Erina dan bergerak menjauhi Erina satu langkah. “ . . . ” Erina tidak sanggup mengatakan apapun dan hanya bisa diam saja mencoba memahami situasinya. Ia menyeka air matanya yang tadi hampir saja terjatuh tatkala seseorang itu memeluknya erat. “Aku tahu aku salah, tapi aku hanya ingin memelukmu saja saat ini. Aku tahu kamu sudah tidak ingin melihatku lagi, tapi ijinkan aku berada di sisimu saat proyek ini berlangsung dan selebihnya terserah dirimu, Erina. Maaf,” Ucap seseorang itu jujur dan masih menatapi Erina dengan penuh perhatian. “Ehm . . . A-aku. Aku . . . Ehm, maybe, sulit bagiku menerima semua keadaan ini di hidupku dengan tiba-tiba. Takdir yang mempertemukan kita kembali di sini. Mempertemukan kita semua dalam sebuah ikatan benang merah yang kita tidak tahu ap