Share

Kemenangan

Penulis: shimizudani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-01-05 01:44:37

"Sialan!"

Umpatan itu meluncur bebas dari bibir Andin. Beberapa jam telah berlalu, tapi ingatannya masih terpatri pada kejadian paling memalukan untuknya. Apa lagi selain ciuman panasnya dengan Desta? Baginya, tak ada yang lebih memalukan dari itu. Cara Desta menciumnya dan bagaimana tubuhnya bereaksi... Sungguh-sungguh memalukan! Dia seperti menampar dirinya sendiri akibat ketidak-konsistenan yang dia perlihatkan. Sebulan belum berlalu sejak pernikahan mereka. Dan lihat, betapa rapuhnya pendiriannya hingga begitu mudahnya dia terombang-ambing oleh perilaku suaminya. 

"Sialan!" 

Lagi-lagi umpatan yang sama Andin keluarkan. Entah sudah berapa kali kata itu terucap, dia tidak menghitungnya. Otaknya terlalu sibuk memikirkan semuanya. Lebih tepatnya, kebodohannya. Harusnya sejak awal dia membiarkan saja Desta berimajinasi liar tentangnya. Atau, harusnya dia mendorong sekuat tenaga tubuh besar lelaki itu sebelum mengungkungnya dan menghipnotis dirinya melal

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • (Not) A Wedding Agreement    Pizza

    "Kamu bilang akan memesan makanan?" Andin bertanya setelah sepuluh menit duduk bersebelahan dengan Desta, lelaki itu tak kunjung merealisasikan ucapannya. Ya, kalian tidak salah. Akhirnya, dia menurunkan pertahanannya dan membiarkan lengan Desta memeluk bahunya sedari awal dirinya duduk di sana. Dan Andin sama sekali tak memprotesnya. Lebih tepatnya, dia malas melakukannya. Dia sangsi mampu menang melawan suaminya dalam perdebatan yang diyakininya akan terjadi begitu Andin menunjukkan penolakannya."Oh, hampir saja lupa," sahut Desta cepat. Dia lalu mengambil ponselnya dari atas meja di depannya. "Kamu mau makan apa?" tanyanya mulai menggulirkan jari-jarinya ke atas smartphone hitam miliknya.Andin menoleh dengan kedua alis saling bertautan. "Pizza. Kamu bilang akan memesannya.""Ah, iya. Pizza." Desta menanggapi seolah-olah ide tersebut sudah lama dikatakannya. "Kamu serius mau memesannya?"Kerutan itu masih bertaha

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-05
  • (Not) A Wedding Agreement    Belanja Bersama

    Sesuai janjinya, Desta menemani Andin berbelanja keesokan harinya. Terjadi perdebatan kecil mengenai waktu kepergian mereka; antara sebelum atau sesudah makan siang. Namun kemudian, mereka berdua sepakat untuk sekalian makan siang di luar. Barulah setelahnya, mereka dapat bebas berbelanja.Mereka memutuskan untuk pergi ke Aksa Mall. Tujuan pertama adalah melihat-lihat bakal tempat yang ditawarkan Desta untuk kafe Andin. Sebenarnya, Desta membebaskan Andin memilih area kosong yang tersebar di beberapa lantai mall tersebut. Dan Andin mengambil lapak kosong di ground floor.Jika dibandingkan kafenya yang telah berdiri, tempat yang dipilihnya tidak seluas itu. Ukurannya sedikit lebih sempit. Tapi, tak masalah. Dia bisa memanfaatkan dinding kaca untuk memberi ilusi ruang yang luas dan lega. Selain itu, dinding kaca dapat memanjakan mata dengan pemandangan yang monoton. Yah, walaupun ujung-ujungnya yang terlihat juga lingkungan sekitar mall

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-05
  • (Not) A Wedding Agreement    Kunjungan ke Kantor Desta

    Memiliki Wida sebagai asisten pribadinya sungguh merupakan keputusan yang tepat. Wanita itu adalah tipe pekerja keras dengan hasil kerja yang memuaskan. Karenanya, Andin hampir selalu bisa mengandalkannya di segala situasi, termasuk untuk mengurus kelangsungan hidup kafenya. Namun, bukan berarti Andin hanya bersantai dan tinggal menerima laporan beres darinya. Andin tetap mengawasi semuanya dan memberi arahan yang diperlukan.Lima tahun sudah mereka saling mengenal. Awalnya, Andin menolak mempekerjakan seorang asisten. Untuk apa? Dia merasa sanggup melakukan semuanya seorang diri. Tapi, Gama, kakak tertuanya, memaksa. Katanya, keberadaan asisten pribadi sangatlah membantu. Meski Andin tak berminat terjun ke dalam perusahaan keluarga, asistennya bisa menolongnya mengurus aset-aset yang dimilikinya. Ralat. Diberikan kepadanya. Sementara Andin asyik menekuni hobi memasaknya--dia menjalankan sebuah blog mengenai resep masakan--Wida dapat menggantikannya memantau keuangannya. 

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-05
  • (Not) A Wedding Agreement    Sang Sekretaris

    "Aku senang kamu benar-benar datang," komentar Desta sesaat setelah melihat istrinya muncul dari balik pintu di ruangannya. Wanita itu selalu terlihat cantik. Dress selutut warna pastel membalut indah tubuhnya ditambah rambut panjang yang dibiarkannya tergerai. Ah, Andin memang selalu cantik. Dulu ataupun sekarang.Andin menutup pintu di belakangnya, lalu berjalan ke arah sofa besar di sana. "Tentu saja. Aku sudah berjanji," balasnya sembari meletakkan tas jinjing yang dibawanya ke atas meja.Desta melirik sekilas arlojinya. Tepat lima belas menit sebelum jam makan siang. "Kamu bisa menunggu sebentar? Aku harus menyelesaikan ini dulu," ujarnya merujuk pada berkas di tangannya.Andin memahami hal itu. Dia mengangguk dan tanpa suara mempersilakan Desta berkutat kembali dengan pekerjaannya. Inilah resiko mengunjungi kantor orang. Dia tak mungkin mengganggu pekerjaan Desta di jam kerjanya. Lagi pula, siapa dirinya? Dia bukan pegawai atau rekan k

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-17
  • (Not) A Wedding Agreement    Selingkuh?

    Sebagai seorang ibu rumah tangga, waktu luang yang dimiliki Andin cukup banyak. Bisa dibilang, siang hari merupakan jam santainya. Tidak ada Desta yang akan menggunakan berbagai alasan untuk mendekatinya. Dia sendirian dan bebas menggunakan waktunya itu mengerjakan apa pun yang ingin dia lakukan.Situasinya yang hanya tinggal berdua dengan Desta lumayan menguntungkannya. Pekerjaan rumahnya tidak terlalu banyak dan yang terpenting, dia bisa santai mengerjakannya. Tidak ada kewajiban baginya untuk selalu rajin. Desta dengan sukarela akan membantunya jika rasa malas mendera. Dan bila keengganan itu terasa berat, dia bisa memanggil seseorang untuk mengerjakan pekerjaan rumahnya. Mudah, bukan?Banyak hal yang bisa dia kerjakan untuk mengisi waktu senggangnya. Paling sering, memang, dia gunakan untuk mencari-cari resep baru yang entah kapan akan dicobanya. Atau kegiatan lain yang tak kalah sering dilakukannya adalah menonton, baik film, serial TV, atau apa pun ya

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-17
  • (Not) A Wedding Agreement    Ibu Mertua

    "Kapan perkiraan kelahiran si Blue?" tanya Andin mengalihkan obrolan ke topik lain. Panggilan videonya bersama sang sahabat belum terputus dan kemungkinan akan berlanjut untuk waktu yang cukup lama mengingat kebiasaan mereka yang sering bertukar cerita hingga lupa waktu.Blue adalah nama panggilan sementara dari bayi yang tengah dikandung Dewi. Dewi dan suaminya belum memutuskan akan memberi nama apa pada putri mereka. Jadi, untuk sementara mereka memanggilnya Blue. Alasannya, karena mereka sama-sama menyukai warna biru."Bulan depan. Doakan semuanya lancar, ya," pinta Dewi di akhir kalimatnya. Ya, doa dan dukungan orang-orang terdekatnya sangat dia butuhkan saat ini. Jika mempunyai kesempatan, tentunya, dia ingin sekali bersua langsung dengan mereka, bukan hanya bertatap muka lewat gadget. Tapi, dia tak menyalahkan keadaan ataupun keputusannya yang memilih tinggal jauh dari ibu pertiwi. Lagi pula, dia menikmati hidupnya. Di sini

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-18
  • (Not) A Wedding Agreement    Kembali Canggung

    Desta menutup pintu mobilnya agak keras, kemudian berjalan menuju pintu rumahnya setelah sebelumnya memastikan alarm mobilnya sudah aktif. Dia mendorong pelan pintu cokelat itu, namun tak terbuka. Dicobanya kembali, kali ini lebih keras. Lagi-lagi tak berhasil.Ah, dia ingat. Belum lama ini dia minta Andin agar selalu mengunci pintu rumah. Ini sebagai bentuk pencegahan dari hal-hal yang tidak diinginkan karena istrinya hanya sendiri di rumah selama dirinya bekerja. Dia merogoh tas kerjanya, mencari kunci rumah yang dia simpan di dalamnya.Keadaan rumah yang mulai gelap menyambutnya usai berhasil membuka pintu cokelat itu. Keningnya berkerut. Hari memang mulai gelap. Pukul lima lebih sepuluh dan lampu rumahnya belum ada yang menyala. Ke mana istrinya? Apa Andin sedang pergi? Tapi, wanita itu tak mengatakan apa pun padanya. Lagi pula, mobilnya masih terparkir rapi di garasi.Semua pertanyaannya terjawab sudah ketika matanya menangkap sesosok wani

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-21
  • (Not) A Wedding Agreement    Tertangkap Basah

    Tidur sorenya, rupanya, cukup berefek pada jam tidur Andin. Jika biasanya matanya dapat dengan mudah terpejam menjelang tengah malam, maka hari ini dia akan tidur lebih malam lagi. Rasa kantuk sama sekali belum hinggap padanya, padahal waktu telah menunjukkan pukul sebelas malam lebih.Andin sudah mencoba tidur. Hampir satu jam sudah dirinya bergulat di tempat tidurnya, berusaha memejamkan mata, dan berharap kantuk itu segera datang. Biasanya cara ini lumayan berhasil. Dia akan membuat tubuh dan pikirannya rileks sehingga dia dapat memasuki dunia mimpi dengan mudah.Namun, kali ini tidak, yang meski sudah melakukan cara-cara di atas, tubuhnya menolak untuk tidur. Yang ada justru rasa lelah karena sejak tadi hanya berguling ke sana kemari tanpa hasil. Menyerah, akhirnya, dia memilih untuk bangun, menyalakan kembali lampu tidurnya, dan mencari-cari kegiatan yang bisa dilakukannya.Awalnya, dia pikir menonton drama adalah ide yang bagus. Tapi, men

    Terakhir Diperbarui : 2021-01-24

Bab terbaru

  • (Not) A Wedding Agreement    Selalu Mengganggu

    "Senang akhirnya bisa bertemu dengan nyonya baru Adiyaksa," komentar seorang lelaki muda saat melihat kehadiran Andin di sisi Desta.Ya, ini merupakan acara makan malam yang Andin setujui siang tadi. Karena itulah, dia langsung mengenali sepasang pria dan wanita yang dihampirinya. Rizky dan Ulya. Mereka berdua masih tampak muda. Dia perkirakan, usianya tak terpaut sangat jauh darinya. Mungkin, sekitar lima sampai tujuh tahun.Itu artinya, mereka berusia di sekitar pertengahan tiga puluh."Makasih, Pak Rizky." Andin mengulas senyum lebarnya kepada lawan bicaranya. "Saya juga senang bisa bertemu Bapak dan istri Bapak. Makasih atas undangan makan malamnya," lanjutnya. Sopan santun dan basa-basi agak berlebihan, sepertinya, dibutuhkan dalam situasi ini. Semua itu demi menjaga keharmonisan relasi di antara mereka. Bukan hanya urusan pekerjaan, melainkan hubungan mereka selayaknya manusia biasa.Ah, terlalu bijaksana sekali kalimatnya. Intinya,

  • (Not) A Wedding Agreement    Kejutan Menyebalkan

    Apa yang kamu lakukan di sini?Rasa-rasanya, Andin ingin meneriakkan pertanyaan tersebut sekeras mungkin. Hal itu selaras dengan keterkejutan yang menderanya. Bagaimana tidak? Dia melihat wanita itu di sini, di hadapannya dengan koper berukuran sedang berada di sampingnya."Kenapa kamu di sini?"Untungnya, Desta telah menggantikannya mengujarkan kebingungannya. Oh, Andin yakin suaminya pun dilanda rasa yang sama. Apa yang dilakukan Raya di sini?"Saya menggantikan Pak Lukman untuk ikut Bapak ke Bali." Jawaban itu mengalun lancar dari bibir Raya seolah-olah memang seharusnya dirinya berada di sini, di terminal keberangkatan bandara Soekarno-Hatta di Kamis pagi yang cerah.Andin tak mampu berkata-kata. Raya benar-benar wanita yang tangguh. Kehadirannya mau tak mau telah mengusik rencana indah bulan madunya dengan Desta.Dia kini tak yakin apakah perjalanannya masih bisa disebut bulan madu dengan kemunculan Raya di antar

  • (Not) A Wedding Agreement    Memiliki Anak?

    "Wow.""Apa yang wow?" Andin merespons cepat dengan bibir agak mengerucut. Dia sangat tahu kenapa reaksi itu muncul di layar laptopnya yang menampilkan wajah Dewi. Hanya saja, dia ingin berpura-pura tidak tahu demi menyelamatkan rasa malunya."Kamu." Singkat dan tegas Dewi menjawab. "Aku nggak menyangka kamu seberani itu," komentarnya di akhir kalimat. Semua perkataannya itu merujuk ke satu hal. Adegan di dalam kantor Desta. Itu setelah Andin dengan malu-malu menceritakannya. Sahabatnya benar-benar tak tertebak."Aku nggak melakukan kesalahan." Andin membalas masih dengan cara yang sama."Memang nggak. Nggak ada yang salah dengan bermesraan dengan suami sendiri." Dewi mempertegas pembahasan mereka. Dia tahu Andin sengaja untuk tak lagi menyebutkan kejadian tersebut. Namun, dia tidak akan membiarkannya karena yah, ini merupakan sesuatu yang langka terjadi. "Tapi, kamu tahu sendiri bagaimana di Indonesia. Raya pasti syok melihatnya."

  • (Not) A Wedding Agreement    Merah Padam

    "Oh, maaf, Raya, kamu harus melihat kami begini."Anding sungguh-sungguh ingin menyembunyikan wajahnya saat ini juga. Dia jelas tertangkap basah dalam posisi yang memalukan!Meskipun semua adegan ini ada dalam rencana yang tersusun sesaat setelah Raya membalas sapaannya tadi, tetapi itu sama sekali tak menghilangkan rasa malunya. Walaupun orang yang melihatnya tak lain adalah musuh besarnya, tetap saja dia... malu."Kamu letakkan saja minumannya di meja," ujarnya lagi dengan usaha maksimal mempertahankan keyakinan dalam suaranya. Dia tidak boleh gentar maupun gugup. Dia harus bisa menegakkan egonya di puncak tertinggi. Sekali ini saja.Dari sudut matanya, dilihatnya sang sekretaris berjalan memasuki ruangan Desta. Langkahnya terkesan ragu, terkejut, dan diburu-buru. Sedangkan wajahnya memperlihatkan ekspresi serupa ditambah gurat ketidaksukaan di kerutan yang muncul di keningnya. Tentu saja. Wanita itu tak mampu berkutik di hadapan pemanda

  • (Not) A Wedding Agreement    Pembalasan Pertama

    Sesuai janji yang telah diucapkannya, siang ini Andin mengunjungi kantor Desta dengan menenteng satu tas cukup besar berisi makan siang mereka. Andin yang membuatnya, tentu saja. Masih dengan percobaan masakan Meksiko yang dia harap sesuai dengan selera lidah suaminya.Andin melangkahkan kakinya dengan bersemangat. Entah kenapa hatinya terasa begitu gembira. Otaknya tak berhenti memutar irama menyenangkan yang tak jarang berubah menjadi senandung kecil di bibirnya. Bahkan sampai sekarang pun, nada itu masih menari-nari di sana dan membuat kedua pipinya serasa naik menahan senyum."Selamat siang, Bu Andin," sapa salah satu petugas keamanan yang berjaga dekat dengan eskalator."Selamat siang," balas Andin dengan senyum ramah di wajahnya."Mau bertemu Pak Desta, ya, Bu?"Andin mengangguk. Pertanyaan tersebut mengingatkannya pada kunjungan pertamanya ke tempat ini. Mereka saja tahu dan bisa menebak tujuan kedatangannya, bagaimana mu

  • (Not) A Wedding Agreement    Pagi yang Berbeda

    Pagi ini, Desta terbangun dalam keadaan yang tak biasa.Jangan senang dulu. Semua tidak terjadi seperti apa yang kalian harapkan. Tapi, kalian bolehlah sedikit bersukacita karena progres hubungan mereka semakin meningkat.Mata Desta terpuaskan oleh pemandangan yang tersaji indah di dalam kamarnya. Sebuah visi langka yang sebelumnya hanya menjadi keinginannya semata. Andin. Tentu saja. Wanita itulah yang membuat paginya terasa menyenangkan hingga satu senyum lebar tercetak di wajah sumringahnya.Oh, percintaan mereka tidak terjadi--jika itu yang kalian harapkan. Andin dan Desta hanya tidur bersama dan dalam satu ranjang yang sama. Hanya itu. Namun rupanya, kenyataan itu telah sanggup menghadirkan desiran hangat di dada Desta. Melihat wanitanya tertidur lelap di sampingnya sungguh membuat hatinya lega.Dia melirik sejenak jam dinding di kamarnya sebelum mulai merapatkan tubuhnya ke arah sang istri. Masih ada cukup waktu baginya untuk menikmati situasi ini.

  • (Not) A Wedding Agreement    Keinginan Desta Terkabul?

    Jari-jari Andin menari dengan indah di atas tuts keyboard, mencurahkan seluruh isi pikirannya menjadi deretan kata yang berbaris rapi di layar laptop di hadapannya. Sesekali dia menekan tombol backspace dan mengulang kembali kalimatnya. Tak jarang dia juga berhenti sebentar untuk mencari rangkaian kata yang pas untuk dimasukkan ke dalam tulisannya.Cukup lama Andin berkutat dengan laptopnya. Sudah lumayan lama dia tak menulis. Sudah lama pula dia tak menengok keadaan blognya. Entah bagaimana kabarnya sekarang? Apakah semakin ramai pembaca, atau justru berubah sepi karena terlalu lama dibiarkan?Dia menuliskan resep masakan yang akan di masukkan ke dalam blognya. Agar lebih menarik, dia juga menambahkan cerita dibalik pembuatan makanan tersebut, serta cerita saat proses memasaknya. Tak kalah penting, ulasan dari sang suami pun dia tuliskan di sana supaya bumbu dramanya lebih terasa.Andin menutup lembar pekerjaannya ketika merasa cukup dan tak ada yang ingin dita

  • (Not) A Wedding Agreement    Delicious

    "Bagaimana?" Andin bertanya dengan mata yang menatap penuh harap Desta. Saat ini, keduanya tengah duduk berdampingan menikmati makan malam di meja dapur minimalis mereka.Desta menutup mata, berusaha merasai makanan di dalam mulutnya, setelah sebelumnya tergiur akan bau yang menguar dari masakan yang tersaji di depannya. "Hmm," gumamnya seraya mengunyah pelan potongan daging berwarna gelap kaya akan rasa tersebut. "Kamu pernah gagal membuat masakan?" Dia bertanya usai menelan makanannya."Pernah, walaupun nggak sering," jawab Andin masih memperlihatkan tatapan yang sama saat memandang Desta. "Rasanya nggak sesuai seleramu, ya?" tanyanya ragu dan khawatir.Desta menoleh ke arah Andin dan memandang istrinya cukup lama. Lalu, sebuah senyum terukir di wajahnya. "Ini enak. Aku belum pernah memakan makanan ini. Apa namanya?" Rentetan kalimat itu dia ucapkan. Dia kembali menyendokkan suapan lain ke mulutnya.Helaan napas pelan keluar dari bibir Andin. Dia lega k

  • (Not) A Wedding Agreement    Obrolan Sahabat

    "Dia melakukan apa?" tanya Dewi tampak begitu terkejut."Datang ke rumahku tanpa diundang." Andin mengulang informasi yang baru saja disampaikannya.Seperti biasa, kegiatan rutin dalam persahabatan jarak jauh Andin dan Dewi adalah saling berhubungan melalui panggilan video setidaknya seminggu sekali. Harinya bebas. Tergantung waktu senggang yang dimiliki masing-masing dari mereka. Dan berhubung Andin merupakan seorang pekerja lepas, waktu luangnya pun tak terbatas. Ditambah Dewi yang sedang mengambil cuti panjangnya dalam rangka mempersiapkan kelahiran Blue, putri pertama mereka, waktu bercengkerama keduanya pun menjadi lebih sering. Praktis, di hari-hari kerja saat Andin sendirian di rumah, sama halnya dengan Dewi, mereka akan menyempatkan untuk bicara, entah itu lewat sambungan telepon atau bertatap muka menggunakan video call."Berani sekali dia!" seru Dewi kesal. Hanya mendengar cerita sahabatnya saja sudah membuatnya geram, bagaimana jika mengalaminya langs

DMCA.com Protection Status