Feris menghentikan mobilnya ketika sudah memasuki pekarangan vila. Sebelum kemari, sesi perbincangannya dengan Freya sangat membuatnya penasaran. Ditambah Freya yang tidak menjelaskan, tapi malah menutupinya dengan tertawa.
Feris berharap akan segera mendapat jawabannya. Nanti dia akan bertanya dengan Lusi dan Alecta. Kali ini, dia benar-benar seperti orang bodoh yang ketinggalan beberapa hal yang penting.
Saat memasuki vila, Lusi menyambut kedatangan Feris seperti biasa.
“Lusi, apakah ada sesuatu yang mencurigakan selama aku izin?” tanya Feris.
“Tidak ada, Pak.”
“Apakah Tuan Priam datang kemari saat aku tidak ada?”
Pertanyaan itu sontak membuat Lusi sedikit kaget. “Tidak. Selama lima hari ini hanya Naratama dan Nyonya Freya yang datang.” Ucapan Lusi memiliki separuh kebohongan dan separuh kebenaran.
“Baiklah.” Feris tersenyum. Dia memberikan dua lembar tiket pertunjukan teater kepada Lusi. “Untukmu dan Nar
Terima kasih padamu yang telah membuka gembok pada cerita ini. Terima kasih sudah memberi GEM sebagai bentuk apresiasimu kepadaku. Jangan lupa masukan novel ini ke rak bukumu agar tidak ketinggalan update. Terima kasih
“Apakah kamu bersedia menerimaku apa adanya dan tidak mempermasalahkan masa laluku? Kalau kamu keberatan , kamu boleh menarik ucapanmu, Feris.”Alecta mencengkeram selimur yang menutupi kakinya. Dia merasa takut, cepat atau lambat nantinya Feris akan mengetahui rahasianya.“Aku tau, ternyata kamu masih ada di sana. Tempat yang menyedihkan bernama masa lalu.” Feris menyandarkan punggungnya ke kursi. “Aku memang masih pemula untuk ukuranmu. Maksudku tentang cinta. Tapi yang aku tau, kalau hidup bersama itu berarti harus menerima segala kekurangan termasuk juga bagian masa lalu. Ayolah Alecta, apalagi yang kamu ragukan dariku?”Alecta memberi ruang kosong untuk pertanyaan itu. Dia memeluk kakinya, lalu matanya menatap Feris. “Entahlah, sepertinya aku tidak tau pasti.”“Lalu, apa yang membuatmu ragu?” Feris terus mendesak.Kata orang mata itu tidak bisa berbohong, Alecta menatap
“Apa yang sedang kamu lakukan?” Feris langsung mengalihkan pandangnya. Ia tidak menyangka kalau perempuan di hadapannya akan membuka pakaian tepat di depan matanya.“Membuatmu merasakan hal baru. Melebur sebuah kenikmatan menjadi satu.” Tepat ketika Alecta membuka pakaian dalamnya, Feris langsung menutup tubuh Alecta dengan selimut.Gerakan Alecta sempurna membeku. Dia menatap mata Feris. “Kenapa?”“Aku ada di sini bukan untuk ini.” Feris mendekap tubuh Alecta dengan selimut.“Kamu menolakku?” Aroma maskulin milik Feris menyambar indra penghidunya. Dekapannya yang lebar disertai selimut membuat tubuh Alecta menjadi hangat dan tertutup. Padahal tadi saaat Feris belum melakukannya, tubuh Alecta terasa dingin karena alat pendingin ruangan yang masih menyala.“Jangan tersinggung. Aku melakukan ini bukan karena aku menolak. Aku juga pria dewasa yang ingin melakukan hubungan
Acara prom night adalah awal dari dendam Alecta kepada Freya. Saat itu Alecta yang menghadiri acara prom night sempat mendengar Freya dan gengnya termasuk David Mirman sedang berdiskusi. Di sana ada seorang gadis yang tampak mencolok di antara kerumunan Freya dan gengnya.Gadis itu bernama Oliv. Alecta kenal dengan Olive, tapi tidak akrab. Yang Alecta tau, Oliv dari kelas unggulan dan telah menyumbang banyak sekali piala dan penghargaan lomba olimpiade. Bisa dikatakan, Oliv adalah siswa berprestasi, tapi kepopulerannya harus hilang karena ia memiliki skandal yang berat untuk ukuran anak SMA. Videonya yang berhubungan dengan salah satu guru di sekolahnya yang tersebar membuat kepopuleran kalau Oliv adalah gadis yang baik dan berprestasi harus musnah.Banyak guru yang sudah tidak mempercayai Oliv, guru yang berhubungan dengan Oliv sudah dipecat secara tidak hormat. Tapi, Oliv masih bisa bersekolah karena memang saat itu Oliv telah selesai
Keesokan harinya alarm alamiah Alecta bekerja. Dia bangun sekitar jam lima pagi. Tepat ketika membuka pintu, Alecta menemukan Feris masih tertidur dengan posisi meringkuk di sofa. Alecta mengambil selimut dan membawanya keluar dari kamar. Selimut itu dia bawa untuk menyelimuti tubuh Feris yang tampak kedinginan. Persis sepeti kemarin malam sata Feris menyelimuti tubuh Alecta.Feris tertidur sangat tenang, tidak mendengkur. Kacamatanya ada di meja dekat dengan dirinya. Sejujurnya, Alecta ingin sekali jalan-jalan bersama Feris tanpa berkacamata. Feris akan jauh lebih tampan dari Priam maupun pria yang selalu Alecta kagumi di majalah-majalan mingguannya.Alecta menelusuri setiap lekuk wajah Feris dan perhatiannya tertuju pada uban yang kini tumbuh semakin banyak. Dia menjadi khawatir dengan penampilan Feris.“Kalau rambutnya diwarnai lebih abu-abu, apakah akan cocok dengan wajah Feris?” Alecta menggeleng. Dia mulai membayangkan warna-warna
Alecta sudah menunggu tentang hari ini. Hari di mana proses surogasi kedua untuknya akan dilaksanakan. Hari ini juga adalah hari penantian Freya. Ia menunggu di ruang tunggu bersama Feris dan Naratama. Sedangkan Priam, sudah pasti tidak hadir. Sejak malam itu, Priam tidak pernah menghubungi Alecta meskipun hanya berkirim kabar melalui pesan singkat. Tapi, itu tidak menjadi masalah buat Alecta, sebab rasa kesepiannya sudah terobatan akan hadirnya Feris, dan itu sudah lebih dari cukup. Sekarang, Alecta sedang di tahapan pemindahan embrio ke dalam rahimnya. Baginya, prosedur ini tidak menimbulkan rasa sakit. Tapi, setelah ini rasa kram dan sedikit nyeri akan menyertai dan terkadang timbul beberapa kali. Tak masalah, Alecta masih sanggup untuk menahannya. Semenjak tadi malam, Alecta selalu was-was akan tes kehamilan yang dilakukannya secara mandiri di vila. Dia takut, kalau ternyata dia hamil duluan karena pernah berhubungan intim dengan Priam. Tap
[Saya mendapatkan tiket itu dari Pak Feris. Beberapa hari belakangan ini mereka membicarakan tentang teater itu. Nyonya Alecta terlihat antusias dan hari ini Nyonya Aleta keluar bersama Pak Feris. Saya tidak tahu persis mereka akan ke mana. Nyonya Alecta hanya bilang ingin jalan-jalan. Laporan saya cukup untuk hari ini, Tuan.] Priam menerima pesan singkat dari Lusi. Pelayan itu juga mengirimkan dua foto tiket untuk menonton pertunjukan teater yang akan tampil nanti sore. Priam juga sudah memesan tiket melalui sekertarisnya, dan sialnya si sekertaris memesan tempat VIP yang ada di atas dan hanya diisi dua orang saja. “Sudah pasti Feris memesan tiket dengan tempat duduk yang reguler.” Priam mendengus. *** Feris datang dengan wajah sedikit merengut karena sedari ia berangkat bahkan di jalan pun saat mengemudikan mobil, ia diteror oleh Alecta agar cepat sampai. “
Freya sedikit terkejut saat mengetahui suaminya pulang lebih cepat, sampai-sampai ia harus mengecek jam yang melingkar di pergelangan tangannya.Priam sedikit tersenyum ketika melihat Freya yang sedang menghias diri di meja hiasnya. Dia sudah merasa sangat percaya diri karena sekertarisnya pasti telah menghubungi Freya. “Kamu sudah siap?”Seketika mata Freya menyipit dengan alis tertaut. “Siap untuk apa?” Ia membalas pertanyaan dengan pertanyaan.“Bukankah sekertarisku sudah memberitahumu tentang acara sore ini. Aku telah memesan tempat VIP di Gedung Teater. Kita akan menonton pertunjukan teater. Aku sudah lama tidak menonton itu.” Priam menjelaskan. Dia duduk di tepian ranjang memandang istrinya yang sedang membelakanginya karena Freya menghadap ke cermin.“Soal itu.” Freya menyapukan bedak ke wajahnya. “Aku memang menerima pesan dari sekertarismu, tapi aku sudah membalas kalau aku tidak
“Aw!” Alecta tak sadar telah ditabrak orang, atau lebih tepatnya dia sendiri yang berjalan tidak melihat-lihat dan meninggalkan Feris, berharap pria yang biasa memakai kacamata tapi tidak memakainya saat ini, mengejarnya.Tadi, Feris hampir menciumnya. Tapi, Alecta menahannya karena mereka berada di tempat umum. Tempat yang kurang cocok untuk memadu kasih.Sekarang, Alecta jatuh tersungkur. Pantatnya terasa sakit menghantam paving block yang tersusun rapi dan rumput kadang muncul di celah-celahnya.“Kamu tidak apa-apa?” Sebuah tangan menyambut Alecta. Dia segera menyibakkan rambutnya yang menutupi pandangannya.Mata Alecta terbelalak ketika melihat siapa yang mengulurkan tangannya. Dia masih terdiam di tempat, lebih tepatnya masih dalam posisi jatuh terduduk. Hingga tangan Feris segera mengangkat tubuhnya hingga bisa berdiri tegak. Alecta merasa beruntung karena malam ini, dia memakai flat shoes. Mungkin jika me
Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).
Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d
Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak
Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran
Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip
Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa
Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat
Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden
Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny