Freya sedang menunggu kedatangan Naratama di lobi. Lima menit yang lalu, dia menelepon sopirnya agar segera menjemput karena waku liburannya sudah selesai.
Freya juga mendapat pesan singkat dari Alecta karena hasil tes kesehatan yang dilakukan kemarin sudah keluar.
Freya mengembuskan napas panjang. "Sepertinya jadwalku padat hari ini."Hari ini adalah hari minggu, itu berarti Priam ada di rumah. Freya sudah memikirkan kalau nanti suaminya pasti meminta jatah hubungan intim seperti biasanya.
Padahal aku sudah dapat banyak dari David, pikir Freya.
Pria berambut merah itu masih ada di dalam kamar. Ia memilih untuk seharian beristirahat sebab kemarin ia bermain sangat maniak sekali, dan pagi tadi sepertinya David sudah teler sehingga tidak kuat untuk bangun.
Satu pembuktian kecil Freya, sebenarnya yang paling kuat adalah wanita di dalam hubungan bercinta. Sebab dia masih bisa berdiri meskipun semalaman penuh bermain. Dan satu lagi, keb
Yuk masukin novel ini ke rak bukumu agar tidak ketinggalan update. Jangan lupa kasih GEM agar aku semangat untuk nulisss Makasih
Alecta keluar dari kamar mandi dan hanya mengenakan kimono berbahan handuk berwarna putih. Dia terkejut dengan Lusi yang mengganti seprai dan membawa peralatan kebersihan ke kamar Alecta. Lusi baru menyadari kehadiran Alecta. “Maaf, Nyonya. Saya harus membersihkan ruangan ini segera karena Nyonya Freya akan datang.” “Aku memang memintanya untuk datang.” Alecta bersandar di dinding. Dia tak perlu menutupi beberapa jejak sisa semalam. Kissmark itu tampak terlihat di leher hingga dadanya. Lusi telah melihatnya dengan mata yang sedikit melotot seakan ikut menghitung berapa banyak tuannya memberikan Kissmark di tubuh Alecta, lalu tatapannya langsung teralih ke lantai. Mungkin jika Lusi bertanya dengan wajah polosnya, kenapa leher dan dada Nyonya Alecta ada tanda merah? Sudah pasti Alecta akan menceritakan bagaimana tuannya melampiaskan gairahnya, ciumannya, tekanannya, gesekannya, permainan jarinya, sodokannya, dan sapuan lidahnya ke seluruh tubuh y
Pagi ini mood Freya sedang buruk karena Priam menunda satu ronde bercintanya pagi ini untuk menemui koleganya. Freya kesal, karena di puncak gairahnya, Priam malah menghentikan seolah itu bisa dilakukan lain kali. Kini kekesalan Freya bertambah dua kali lipat karena Lusi menyuruhnya untuk menunggu sebentar karena Alecta sedang mandi. “Astaga! Apa lagi? Hari ini kamu sudah membuatku kesal.” Freya berjalan menuju kamar yang berada di dekat dapur. “Maaf, Nyonya. Tapi kamar Nyonya Alecta ada di atas.” Lusi menyela sebelum Freya membuka kamar itu. “Apa?” Kini Freya merasa heran. “Apa aku salah dengar?” Yang Freya tau, lantai dua adalah tempat favorit suaminya. Di sana ada satu kamar yang lumaya besar dan nyaman. Biasanya ketika Priam mengajaknya ke vila ini, Priam selalu meminta dibersihkan untuk area lantai dua termasuk kamar itu untuk urusan bercinta. Dan sekarang kamar itu dihuni oleh Alecta, yang benar saja? “Tuan Priam mem
Di kamar, Alecta dibanting ke ranjang oleh Freya, persis seperti suaminya yang membanting tubuh Alecta tadi malam.“Apakah kamu ingin berhubungan intim dengan sesama perempuan?” Alecta mulai menanyakan sikap arogansi Freya. Sejak Freya melihat ada banyak kissmark di dada Alecta, seketika kemarahannya seperti berada di puncak. Sudah tidak ada rasa sabar maupun rasa baik seperti malaikat di kondisi seperti ini. Freya benar-benar mengamuk.“Jelaskan bagaimana kamu mendapat tanda kissmark sebanyak ini!” Freya bertanya seperti singa betina yang mengerang galak kepada singa betina yang lain.Alecta memberi ruang sejenak untuk menjawab pertanyaan dari Freya. Mungkin jika Freya datang sehari lebih awal, sudah pasti Freya akan melihat langsung bagaimana liarnya gairah Priam di kamar ini.Alecta tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Freya selaku istri sah ketika suaminya bermain cinta dengan penuh nafsu, tekanan, dan
Mobil yang dikendarai Feris berhenti di halaman rumahnya. Sudah lima hari ini dia melepaskan pekerjaannya untuk sementara waktu dan mengurusi tentang penyerangan di kediamannya serta melukai asisten rumah tangganya. Hari ini Bu Marie bersikeras ingin pulang. Padahal dokter menyarankan agar Bu Marie tetap dirawat di rumah sakit selama beberapa hari lagi, tapi Bu Marie bilang ingin rawat jalan saja. Ia tak mau merepotkan Feris. Insiden penyerangan beberapa hari yang lalu masih menimbulkan perasan was-was pada Feris. Setiap hari, dia selalu menanyakan kepada Lusi dan Alecta, apakah ada orang yag mencurigakan di sekitaran vila? Sampai hari ini jawaban mereka masih aman. Sesekali Naratama mampir untuk melihat kondisi vila. “Bu Marie harus istirahat. Biar aku saja yang mengurus rumah ini,” ucap Feris lembut kepad Bu Marie yang ingin merapikan kamar Feris. Padahal Feris bisa melakukannya sendiri. “Kalau sakit lalu istirahat, sakitnya aka
Sebelum menuju ke tempat Florian, Feris menyempatkan diri untuk membeli tiket di Gedung Teater. Dia sudah memasang catatan pengingat kalau hari ini adalah hari pertama pembelian tiket dibuka. Tadi, Feris menelepon Alecta dan menanyakan apakah dia mau dibawakan sesuatu? Tapi, Alecta dengan mudahnya menjawab tidak. Jujur Feris jadi bingung harus membawakan apa. Lalu, dia terpikirkan untuk membawa tiket menonton teater dan memilih tempat duduk paling nyaman untuk menonton. Feris membeli lima tiket dengan nomor duduk yang berurutan. “Ini bisa jadi oleh-olehku untuk Alecta, semoga dia suka.” Setelah mendapat lima tiket itu, Feris melajukan mobilnya ke arah kawasan kelas II untuk bertemu dengan Flo. Sejak berangkat dari kediamannya, dia merasa ada sesuatu yang hilang. Amplop cokelat yang berisi tentang laporan dari Laurent tidak ada di mobil. Padahal seingat Feris, dia menyimpan amplop itu di mobil. Atau mungkin dia sudah menyimpannya di ruangan mili
Feris membawa tas yang diperuntukkan untuk menyimpan laporan Flo beserta foto dan diska lepas (Flasdisk). Hari ini banyak kejutan yang datang tiba-tiba termasuk hubungan gelap majikannya, otak penusukan Alecta adalah David Mirma yang motifnya amat sederhana, dan kemungkinan Alecta sudah tau masa lalu Freya tapi tidak berani membicarakannya. Feris mengembuskan napas kasar. “Bagaimana kalau Priam tau semua ini?” Feris melajukan mobilnya ke rumah keluarga Ardiaz untuk memenuhi panggilan dari Freya. Dia merasa tak masalah kehilangan amplop yang berisi laporan dari Laurent karena laporan itu palsu. Kemungkinan Laurent sudah bekerjasama dengan Freya agar menutupi perselingkuhannya ini. Feris merasa tidak seharusnya dia mencari tau seperti ini. Dia menyalahkan diri sendiri karena keingintahuannya membuat dia makin tersiksa untuk tinggal di rumah itu. “Apa saatnya aku harus pergi?” Feris mengeleng, karena dia belum saatnya pergi dari rumah itu.
Feris menghentikan mobilnya ketika sudah memasuki pekarangan vila. Sebelum kemari, sesi perbincangannya dengan Freya sangat membuatnya penasaran. Ditambah Freya yang tidak menjelaskan, tapi malah menutupinya dengan tertawa. Feris berharap akan segera mendapat jawabannya. Nanti dia akan bertanya dengan Lusi dan Alecta. Kali ini, dia benar-benar seperti orang bodoh yang ketinggalan beberapa hal yang penting. Saat memasuki vila, Lusi menyambut kedatangan Feris seperti biasa. “Lusi, apakah ada sesuatu yang mencurigakan selama aku izin?” tanya Feris. “Tidak ada, Pak.” “Apakah Tuan Priam datang kemari saat aku tidak ada?” Pertanyaan itu sontak membuat Lusi sedikit kaget. “Tidak. Selama lima hari ini hanya Naratama dan Nyonya Freya yang datang.” Ucapan Lusi memiliki separuh kebohongan dan separuh kebenaran. “Baiklah.” Feris tersenyum. Dia memberikan dua lembar tiket pertunjukan teater kepada Lusi. “Untukmu dan Nar
“Apakah kamu bersedia menerimaku apa adanya dan tidak mempermasalahkan masa laluku? Kalau kamu keberatan , kamu boleh menarik ucapanmu, Feris.”Alecta mencengkeram selimur yang menutupi kakinya. Dia merasa takut, cepat atau lambat nantinya Feris akan mengetahui rahasianya.“Aku tau, ternyata kamu masih ada di sana. Tempat yang menyedihkan bernama masa lalu.” Feris menyandarkan punggungnya ke kursi. “Aku memang masih pemula untuk ukuranmu. Maksudku tentang cinta. Tapi yang aku tau, kalau hidup bersama itu berarti harus menerima segala kekurangan termasuk juga bagian masa lalu. Ayolah Alecta, apalagi yang kamu ragukan dariku?”Alecta memberi ruang kosong untuk pertanyaan itu. Dia memeluk kakinya, lalu matanya menatap Feris. “Entahlah, sepertinya aku tidak tau pasti.”“Lalu, apa yang membuatmu ragu?” Feris terus mendesak.Kata orang mata itu tidak bisa berbohong, Alecta menatap
Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).
Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d
Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak
Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran
Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip
Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa
Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat
Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden
Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny