Entah mengapa setelah memiliki pelayan, Alecta jadi gemar sekali meninggalkan bekas makanannya di sekitaran mulut. Membuat Feris harus bersiaga untuk memberitahunya. Kalau pun sudah diberitahu, pasti Alecta memilih menyodorkan wajahnya agar Feris turun tangan untuk mengelapnya.
Kali ini Alecta melakukannya lagi.
“Kamu harus mengelapnya, atau biarkan aku seperti ini.”
Mau tak mau Feris mengambil tisu lalu mengelapnya hingga bersih. Bisa dibilang, makin dekat, Alecta malah makin menunjukkan sifat yang manja.
Alecta pernah mengatakan sendiri, kalau dirinya jarang mendapatkan perhatian. Dulu saat pertama bertemu, perempuan ini memang belum tahu benar bagaimana sistem tuan dan pelayan itu berjalan. Lambat laun sikap Alecta melunak. Dia juga bilang kalau tidak ingin punya pelayan, dan ingin menganggap Feris bukan sebagai pelayan, melainkan teman atau saudara. Meskipun sering kali dia menetapkan dengan agak memaksa agar Feris mengikuti<
Feris memasuki mobilnya untuk mencari obat yang akan diminum siang ini untuk Alecta. Setelah menghabiskan sup tuna, ia segera mengatakan kepada pelayan untuk menghidangkan makanan manis sebagai penutup, dan langsung turun ke lahan parkir tempat mobilnya berada. Ia berharap agar Alecta belum kembali dari toilet hingga diriya kembali ke meja yang dipesan tadi.Setelah mencari di tempat yang agak kecil di samping tas, tangan Feris yang difungsikan meraba akhirnya menemukan sekotak obat yang diberikan dokter sebelum meninggalkan rumah sakit.Dilihat dari jumlahnya, obat itu diperuntukan untuk seminggu, lalu kalau obatnya sudah habis, Alecta akan menjalani pemeriksaan rutin agar lukanya benar-benar sembuh dan tidak ada infeksi.Namun, sebelum keluar dari mobil, Feris menemukan pemandangan yang membuatnya sesak. Dari mobilnya, ia melihat seorang perempuan yang sangat familier dengan balutan coat warna hitam. Meskipun memakai kacamata hitam dan masker yan
Feris segera melajukan mobilnya ke tempat bisa menjadi sumber informasi terpenting sekalipun, dan tempat itu jarang diketahui oleh masyarakat awam. Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor. Ia akan menyewa salah satu pekerja di sana untuk memantau Freya dan juga mencari tau hubungannya dengan David Mirman.Feris sampai di tempat kurang dari 45 menit. Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor memiliki gedung yang tersembunyi karena bercampur dengan gedung olahraga. Di jam seperti ini, Feris berharap kantor itu masih buka.Di lantai pertama, Feris melihat dua lapangan bulu tangkis sedang dipakai. Sepertinya orang-orang yang bermain itu adalah para pekerja kantor. Rata-rata mereka akan melakukan hobinya atau sekedar olahraga di malam hari.Feris tetap berjalan hingga ke lantai tiga. Tempat Kantor Mata-mata dan Pekerjaann Kotor berada.Di pintu kaca masih ada tanda buka, seperti tanda yang banyak di kedai-kedai pada umumnya. Feris melangkah masuk, dan sa
Keesokan harinya, Freya datang ke sebuah restoran. Dia memilih tempat yang eklusif sekaligus memiliki privasi yang terbaik. Dia sudah datang lima belas menit lebih awal dari waktu yang sudah disepakati, namun sampai sekarang pria yang mirip Swiper si rubah pencuri itu belum kelihatan. Hal ini membuat keresahan Freya makin bertambah. Padahal semalam dirinya sudah mengalami keresahan parah akibat pesan yang dikirim oleh Laurent. “Bersabar sedikit, Freya. Aku yakin si muka rubah itu akan datang. Sebab aku membawa uang yang banyak. Si muka rubah itu pasti lebih suka dengan bau uang,” guman Freya menyemangati dirinya sendiri. Freya bersandar di kursi dan memejamkan mata. Rencana yang akan disusunnya untuk waktu yang akan datang adalah mempersiapkan surogasi yang kedua untuk Alecta. Insiden sebulan yang lalu di vila mau tak mau membuatnya mengundurkan proses surogasi itu, dan itu semua salah David.Tapi, Freya berusaha untuk bertahan. Menurutnya, David berbua
“Kenapa kamu masih di sini? Bukankah kamu sudah melihatku sarapan dengan makanan yang sangat bergizi, tapi tidak mengenyangkan.” Alecta mencibir Feris yang masih berdiri di hadapannya. Mereka sedang ada di balkon.“Anda belum kenyang?” tanya Feris.Alecta menghela napas, bagaimana dia bisa kenyang kalau makanan yang tersaji hanya sedikit porsinya. Ditambah tidak ada nasi yang biasa disantap olehnya. Alecta masih terdiam. Mulutnya memilih untuk mengunyah apel daripada menjawab pertanyaan Feris.“Saya di sini untuk menjadi pelayan Nyonya. Apapun yang Anda inginkan atau mau pergi ke manapun, saya akan siap mewujudkannya,” ucap Feris memecah kebisuan antara ia dan Alecta.Alecta menatap datar pria berkacamata itu. Dia terpikirkan sesuatu yagng mungkin bisa dilakukan Feris. “Aku ingin Tuan Berkacamata yang ada di hadapanku pergi dari vila ini. Itu permintaanku.”“Kalau yang satu ini, sa
CAlecta memandang Feris dari balkon lantai dua. Pria itu sedang sibuk memadangi bunga-bunga yang berguguran. Lebih tepatnya ia sedang melamun. Alecta teringat saat Feris mengatakan, bahwa dirinya cantik, sebelum ia pergi berlalu meninggalkan Alecta di balkon dengan wajah bersemu merah.“Mungkinkah kalau kita bertemu tidak seperti ini, aku masih jadi Alecta yang bekerja di pabrik saus, kamu masih mau mengatakan hal itu?”Alecta meraih kotak yang berisi beberapa pil dan kapsul. Dia meminumnya dan agar lebih lancar masuk ke lambungnya, Alecta meminum segelas air yang sudah disediakan. Setelah semua obat yang ditelannya susah payah, Alecta lalu berjalan menuruni tangga. Dia dia berniat untuk mendekati Feris. Entah mengapa pria itu menariknya seperti magnet.Di ujung tangga, Alecta bertemu Lusi yang sedang mondar-mandir seakan memiliki beban hidup yang sangat berat.“Lusi?”
“Saya pikir, Nyonya akan menyukainya. Jadi nikmatilah.”Alecta masih terdiam sambil memandangi Feris. Ia belum menyentuh makanan maupun minuman yang disediakan Feris.Feris melepasakan sarung tangannya, hingga tato yang terukir terlihat. Alecta menahan napas. Baginya, Feris tampak lebih seram ketika sarung tangannya dilepas. Ia mengambil gelas yang sudah berisi orange juice yang dingin, lalu memberikannya kepada Alecta. Alecta ragu-ragu untuk menerima gelas itu.Feris yang merasa aneh karena Alecta tak kunjung menerima minuman untuknya. Ia teringat akan sesuatu. “Nyonya takut dengan tanganku?”Seketika Alecta menggeleng, lalu mengambil gelas yang ada di tangan Feris dan meminumnya sampai tersisa setengah. Di hari yang panas ini, orange juice yang dicampur dengan es batu sangat menyegarkan.“Sejak kapan kamu menato tanganmu?” tany Alecta pada akhirnya.Feris yang akan mendekatkan gela
Chapter 58Priam sudah duduk di bangku yang berada dekat kolam air mancur. Ia sedang menunggu seseorang. Hari ini, dia mendapat laporan dari Lusi, pelayan yang bekerja merawat vilanya. Lusi menceritakan kejadian yang terjadi antara Alecta dan Feris. Ketika Priam medengarnya, dia langsung tidak menyukai laporan itu.Priam beberapa kali melihat waktu pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Beberapa kali juga, dia memainan kakinya dengan menginjak-injak pelan tanah di sekitarnya.“Kenapa dia terlambat pulang?” Priam mendengus.Dari kejauhan terlihat Feris sedang berjalan. Wajahnya yang sumringah dengan kedua tangan dimasukkan ke saku celana. Tanpa dijelaskan pun Priam bisa tau kalau seharian ini Feris bersama Alecta melakukan semuanya. Sedangkan dirinya, hampir lima minggu ini tidak menyapa Alecta dikarenakan Feris makin dekat dengan Alecta.“Feris!” Priam memanggil kepala pelayan itu meskipun jaraknya ma
Alecta menatap dirinya di depan cermin yang terpasang di ruangan sebelum masuk ke kamar mandi. Tadi pagi, ia menatap cermin ini untuk melihat penampilannya yang rapi sebelum Priam datang. Sekarang penampilannya sangat berantakan. Kemeja berwarna merah muda yang dipakainya terbuka di tiga kancing bagian atas. Rambut yang tadi sudah disisirnya rapi dan lembut, juga ikut berantakan. Bahkan lipstik yang sudah dipoles di bibirnya pun meluber ke mana-mana bahkan tadi sempat mengenai kemeja putih yang dikenakan Priam.Alecta membenci penampilannya yang sekarang. Berantakan, kotor, dan hina. Alecta membenci dirinya sendiri.Tiba-tiba Alecta menangis, karena mengingat kejadian tadi. Saat dia harus tampak terlihat menginginkan sentuhan Priam, padahal dia tidak ingin hal itu.Alecta mengisi bathub dengan air hangat. Mungkin dengan berendam, tubuhnya yang kotor akan segera bersih kembali. Sembari menunggu air terisi di bathub, dia menanggalkan pakaiannya.
Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).
Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d
Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak
Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran
Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip
Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa
Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat
Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden
Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny