Di hari pertama Alecta membuka mata, dia dikesalkan oleh pria berkacamata yang duduk tenang di sofa warna emerald. Pria itu juga menyatakan dirinya ingin jadi pelayan pribadi Alecta. Tentu saja Alecta menolak. Meksipun dulu dia berharap memilikinya, sama seperti Freya yang memiliki Naratama.
Alasan Alecta menolaknya, adalah karena keyakinannya kalau pria itu tidak tulus. Tatapannya di balik kacamata menyatakan hal demikian. Ditambah,ia hanya ingin menjaga Alecta selama Alecta masih berguna oleh Freya dan juga Priam.
Di hari ini saja, Alecta meminta perawat yang menyuapinya. Dia tidak mau disuapi oleh Feris. Bahkan Feris sudah mendengar kalimat pengusiraannya dari mulai kalimat yang halus dan enak didengar telinga, hingga kalimat kasar sudah dilayangkan Alecta kepadanya. Tapi, tetap saja dia tidak pergi dari kamar perawatan ini.
Akhirnya kekesalan Alecta naik level. “Sampai kapan kamu akan tinggal di sini? Aku sudah menyuruhmu pergi sebanyak t
Freya keluar dari ruang perawatan Alecta, langsung memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya dan kacamata hitam. Dia harus melakukan ini agar tidak memacing perhatian jika ada bintang film mampir ke rumah sakit.Freya tidak mau ada pemberitaan buruk tentang dirinya atau gosip yang tidak jelas kebenarannya. Itu sangat mengganggu. Tapi, hari ini dia bersyukur, karena Alecta sudah sadar. Kabar baik yang lainnya adalah Kepala Pelayan yang sangat menyebalkan itu bersedia sukarela menjadi pelayan Alecta. Tentu saja Freya menyetujuinya. Dia menyakini kalau Feris mampu untuk mencegah serangan dari David untuk kedua kalinya. Dia tidak mau Alecta terjebak dalam bahaya, sebab dia masih membutuhkan rahim Alecta.Freya memiliki rencana tersembunyi, kenapa Alecta harus tetap hidup dan mengandung anaknya dan Priam. Dia hanya ingin zona nyamannya (yang hidup dengan bergelimang harta) tidak lenyap begitu saja, dan ketika David menyerangnya, Freya bisa
Feris akhirnya mengalah dan menuruti apa yang diminta Alecta, yaitu pulang. Sebenarnya dia tidak mengalah begitu saja, tapi dia memang kalah dalam permainan batu, gunting, dan kertas bersama Alecta. Perempuan itu menang tipis dengan skor 2-1.Meskipun hari ini Alecta menolaknya dan dua kali melemparinya dengan buah jeruk dan buah apel (Buah yang satu ini ini Feris bisa menangkapnya) dia tetap masih bisa bersabar. Alecta menolak apapun bantuan dari Feris termasuk untuk menyuapi makan ataupun membantunya untuk ke toilet. Perempuan itu bersikeras ingin buang air ke toilet daripada di atas pispot. Feris terpaksa keluar ketika Alecta harus mengganti pakaian bawahnya yang dibantu oleh perawat perempuan.Bagi Feris, Alecta bukan perempuan yang manja ataupun berusaha menggoda pria yang dekat dengannya. Bisa dibilang perempuan itu sulit didekati. Sebelum pergi dari ruang perawatan Alecta, Feris mengatakan akan kembali keesokan harinya. Dan seperti biasa Alecta pro
Sudah hampir empat minggu Alecta tinggal di rumah sakit ini. Feris pikir, penyembuhanya cukup lambat, ternyata lebih cepat dari perkiraan. Selama itu Feris dan Alecta saling mengenal. Mereka terkadang bercerita tentang film yang mereka sukai, terkadang Naratama dan Lusi (yang sudah diperbolehkan pulang dari rumah sakit terlebih dahulu) datang menjenguk Alecta. Hari ini, Alecta sudah diperbolehkan pulang. Lukanya sudah 90% sembuh, dan tangan kanannya sudah dibisa digunakan meskipun terbatas. Perbannya juga sudah dilepas. Namun luka yang ada di perutnya kini menjadi guratan yang agak mengerikan. Alecta beberapa kali sedih ketika melihatnya. “Percayalah punya bekas luka itu keren. Saya juga punya di bagian punggung.” Feris mencoba menyemangatinya. Alecta hanya tersenyum. Selama di rumah sakit ini, ada satu yang menjadi sumber kekesalannya. Priam tidak pernah datang menjenguk ataupun membalas puluhan panggilan telepon dan ratusan pesan. Alh
“Sejauh apa Anda mengetahui soal Camelia?” Kini pertanyaan Feris terasa menyesakkan bagi Alecta. Matanya langsung berpaling dari mata Feris. Dia masih belum mau mengatakan jika dirinya menemukan buku diary milik Camelia di ruangan bawah dekat dapur. “Aku tidak mengetahui banyak tentang dia.” Meskipun tangan Alecta gemetar karena ekspresi wajah Feris yang sekarang amat menakutkan seperti ingin membunuh seekor rusa, Alecta tetap bersikap biasa. Feris membetulkan letak kacamatanya, lalu mengembuskan napas secara kasar. “Priam pernah bilang padaku, kalau aku mirip dengannya. Tapi, aku tidak berharap seperti itu.” Alecta menjelaskan berharap Feris puas dengan jawabannya. “Saya pikir, Tuan Priam tidak akan mengatakan hal itu,” jawab Feris. “Sebaiknya kita lupakan soal itu. Bagaimana jika kita makan siang. Saya rasa Nyonya harus minum obat. Nyonya pastinya sudah tau, kalau obatnya bisa diminum setelah makan.” Suara Feris mendadak sanga
Entah mengapa setelah memiliki pelayan, Alecta jadi gemar sekali meninggalkan bekas makanannya di sekitaran mulut. Membuat Feris harus bersiaga untuk memberitahunya. Kalau pun sudah diberitahu, pasti Alecta memilih menyodorkan wajahnya agar Feris turun tangan untuk mengelapnya.Kali ini Alecta melakukannya lagi.“Kamu harus mengelapnya, atau biarkan aku seperti ini.”Mau tak mau Feris mengambil tisu lalu mengelapnya hingga bersih. Bisa dibilang, makin dekat, Alecta malah makin menunjukkan sifat yang manja.Alecta pernah mengatakan sendiri, kalau dirinya jarang mendapatkan perhatian. Dulu saat pertama bertemu, perempuan ini memang belum tahu benar bagaimana sistem tuan dan pelayan itu berjalan. Lambat laun sikap Alecta melunak. Dia juga bilang kalau tidak ingin punya pelayan, dan ingin menganggap Feris bukan sebagai pelayan, melainkan teman atau saudara. Meskipun sering kali dia menetapkan dengan agak memaksa agar Feris mengikuti
Feris memasuki mobilnya untuk mencari obat yang akan diminum siang ini untuk Alecta. Setelah menghabiskan sup tuna, ia segera mengatakan kepada pelayan untuk menghidangkan makanan manis sebagai penutup, dan langsung turun ke lahan parkir tempat mobilnya berada. Ia berharap agar Alecta belum kembali dari toilet hingga diriya kembali ke meja yang dipesan tadi.Setelah mencari di tempat yang agak kecil di samping tas, tangan Feris yang difungsikan meraba akhirnya menemukan sekotak obat yang diberikan dokter sebelum meninggalkan rumah sakit.Dilihat dari jumlahnya, obat itu diperuntukan untuk seminggu, lalu kalau obatnya sudah habis, Alecta akan menjalani pemeriksaan rutin agar lukanya benar-benar sembuh dan tidak ada infeksi.Namun, sebelum keluar dari mobil, Feris menemukan pemandangan yang membuatnya sesak. Dari mobilnya, ia melihat seorang perempuan yang sangat familier dengan balutan coat warna hitam. Meskipun memakai kacamata hitam dan masker yan
Feris segera melajukan mobilnya ke tempat bisa menjadi sumber informasi terpenting sekalipun, dan tempat itu jarang diketahui oleh masyarakat awam. Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor. Ia akan menyewa salah satu pekerja di sana untuk memantau Freya dan juga mencari tau hubungannya dengan David Mirman.Feris sampai di tempat kurang dari 45 menit. Kantor Mata-mata dan Pekerjaan Kotor memiliki gedung yang tersembunyi karena bercampur dengan gedung olahraga. Di jam seperti ini, Feris berharap kantor itu masih buka.Di lantai pertama, Feris melihat dua lapangan bulu tangkis sedang dipakai. Sepertinya orang-orang yang bermain itu adalah para pekerja kantor. Rata-rata mereka akan melakukan hobinya atau sekedar olahraga di malam hari.Feris tetap berjalan hingga ke lantai tiga. Tempat Kantor Mata-mata dan Pekerjaann Kotor berada.Di pintu kaca masih ada tanda buka, seperti tanda yang banyak di kedai-kedai pada umumnya. Feris melangkah masuk, dan sa
Keesokan harinya, Freya datang ke sebuah restoran. Dia memilih tempat yang eklusif sekaligus memiliki privasi yang terbaik. Dia sudah datang lima belas menit lebih awal dari waktu yang sudah disepakati, namun sampai sekarang pria yang mirip Swiper si rubah pencuri itu belum kelihatan. Hal ini membuat keresahan Freya makin bertambah. Padahal semalam dirinya sudah mengalami keresahan parah akibat pesan yang dikirim oleh Laurent. “Bersabar sedikit, Freya. Aku yakin si muka rubah itu akan datang. Sebab aku membawa uang yang banyak. Si muka rubah itu pasti lebih suka dengan bau uang,” guman Freya menyemangati dirinya sendiri. Freya bersandar di kursi dan memejamkan mata. Rencana yang akan disusunnya untuk waktu yang akan datang adalah mempersiapkan surogasi yang kedua untuk Alecta. Insiden sebulan yang lalu di vila mau tak mau membuatnya mengundurkan proses surogasi itu, dan itu semua salah David.Tapi, Freya berusaha untuk bertahan. Menurutnya, David berbua
Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).
Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d
Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak
Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran
Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip
Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa
Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat
Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden
Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny