Feris duduk di ruang perawatan untuk Lusi. Sedari tadi, dia dimintai keterangan oleh polisi, dan mengizinkan polisi untuk melakukan investigasi di vila itu, tempat kejadian perkara yang hampir merenggut dua nyawa perempuan.
Feris mengembuskan napas panjang, sesekali matanya memandang Lusi. Gadis itu belum sadarkan diri sejak ditemukan di kamar. Kepalanya di bebat, beruntung ia tidak mengalami pendarahan. Tidak seperti Alecta. Perempuan itu harus menjalani operasi saat ini juga, dan Feris yang menjadi walinya untuk menandatangani form pesetujuan tindakan operasi.
Dia teringat akan ucapan salah seorang perawat yang menyuruh Feris untuk melepaskan sarung tanganya yang sudah basah karena darah Alecta, ditambah bau perpadua garam dan besi, sedikit anyir khas bau darah. Perawat itu bilang agar Feris mencuci tangan dulu, setelah itu baru bisa menandatangani form persetujuan tidakan operasi untuk Alecta. Sejujurnya Feris keberatan. Tap
Chapter 40 Masa Kecil Penuh Darah 2Seorang perempuan berbaju serba hitam keluar dari mobil. Hal itu memancing kecurigaan Feris, langsung saja dia turun dari pohon lalu berlari menuju vila.Belum sampai di pintu, Feris mendengar teriakan Camelia meminta tolong untuk dilepaskan. Feris makin bergegas untuk segera masuk ke vila itu.Tepat di depan mata Feris, Camelia dicekik oleh ibunya Daisy, istri sah Tuan Robert Dawson. Camelia meronta agar bisa melepaskan diri dari cengkeraman yang menyakitkan itu.Feris tidak tinggal diam, dia juga melawan perempuan dewasa itu dengan sekuat tenaga, meskipun akhirnya dia menerima tamparan yang sangat keras, hingga kacamata yang dipakainya jatuh di lantai. Tanpa kacamata itu, penglihatan Feris menjadi buram.“Feris! Tolong aku!” Camelia masih meronta, sedangkan Feris harus meraba di mana kacamatanya jatuh. “Lepaskan aku Ibu Sita
“Pak Feris ada di ruangan Bougenville 08, Nyonya.” Naratama baru saja mematikan ponselnya. Dia dan Freya sedang ada di mobil, tepatnya di area parkir Rumah Sakit Utama Kota Dennosam.“Kita harus ke sana.” Sekarang penampilan Freya jauh lebih baik. Tadi, ia sempat meminta Naratama untuk berhenti di sebuah tempat pengisian ulang bahan bakar. Freya menanta riasannya di toilet itu. Cukup lama, ia membutuhkan waktu 20 menit untuk memperbaiki penampilannya, menutupi bekas memerah yang tinggalkan David, dan membersihkan bagian sensitifnya akibat permainan yang kasar tadi.Meskipun ini bukan kali pertama Freya melakukan hubunan intim yang sangat ekstrim, rasa sakit di bagian sensitf itu masih terasa. Seperti ada yang mengganjal di sela-sela pahanya. Bahkan Freya harus berjalan normal seakan mengabaikan rasa sakit itu.Perih! Perih! David Sialan!Umpat Freya saat
Feris menyadari sesuatu dengan ekspresi wajah Freya yang terkejut. Seakan menyadari sesuatu. Ada yang disembunyikannya. Sebelum memberitahu kabar menyedihkan ini kepada Naratama, dia telah mengirimkan pesan singkat kepada Priam. Menurutnya, Priam juga bertanggung jawab tentang ini.“Aku tidak tau,” ucap Freya pelan. Lalu, ia menangis. “Aku takut.”“Tenang saja, kamu aman di sini.” Priam memeluk istrinya.Feris menatap datar pemandangan ini. Bukan karena dia anti-romantis, tapi memang Freya terlalu manja kepada Priam. Namun, Feris tidak bisa protes. Dia hanya kepala pelayan yang harus menuruti tuannya.“Feris, bagaimana keadaan Alecta.” Kini terdengar suara kekhawatir dari Freya. Entah dia khawatir karena Alecta teman semasa sekolahnya atau memang perempuan itu masih berguna untuk Freya. Feris tidak mengetahui pasti, yang jelas Freya tidak
Feris masih duduk menatap perempuan yang terbaring lemah. Beberapa jam yang lalu, perempuan yang dia ketahui bernama Alecta telah menyelamatkan hidupnya. Kira-kira sudah tiga jam berlalu Feris duduk diam dengan pikiran carut-marut karena kejadian hari ini. Dia menerka-nerka, apakah yang yang menyerang vila itu adalah salah satu hatters Freya? Tapi untuk apa? Vila itu tidak pernah disinggung maupun diekspos oleh pemburu berita. Karena baik Priam maupun Freya tidak pernah memamerkan vila itu. Singkatnya, vila itu tersembunyi. Feris mengembuskan napas untuk kesekian kalinya. Ponselnya berdering pelan, ada pesan baru yang dikirim untuknya. “Dari Naratama.” Pesan itu berisi pemberitahuan Naratama jika Freya dan Priam sudah meninggalkan rumah sakit. Feris tidak terkejut soal itu. Apalagi mereka meninggalkan orang berstatus lebih rendah dari mereka. “Aku ingin membereskan semua kekacauan ini.” Feris bangkit, lalu berjalan keluar dari r
Feris menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. Malam ini dia makan malam di mobil karena memesan fast food dan melalu drive thru. Sebab dia tidak ingin menjadi pusat perhatian. Dia lapar, karena dia hanya makan pagi itu saja. Sepanjang siang hingga malam hari ini dia baru makan.Feris mendapat kenyataa di mana kekasih Lusi adalah dalang dari insiden berdarah ini. Bahkan dia meminta agar kasus ini ditangani secara rahasia, tidak perlu adanya pemberitaan di media masa. Dia tidak mau dipusingkan soal itu, makanya dia menyuap aparat agar tutup mulut.Tapi, yang masih mengganjal adalah kenapa yang diserang lebih parah hanya Alecta? Bukannya sudah cukup menyerang Lusi, tak perlu menyerang Alecta. Tapi, sisi lainya berdalih incaran nya bukan Lusi, tapi Alecta.Feris tadi sempat membaca catatan medis Alecta. Dia hanya perempuan biasa yang hidup seperti biasa. Tidak ada yang spesial.“Apa ini berhubungan dengan surogasi yang dilakukan Nyonya
Alecta terbangun dari tidur yang pajang dan rasa nyeri yang masih menyertainya. Di ruangan serba putih ini pandangannya buram, seakan ada lem yang sangat lengket di matanya. Tangan kirinya terpasang selang infus, sedangkan tangan kanannya terbalut perban.Alecta mengingat lagi apa yang terjadi dengan dirinya. Kemarin tangan kanannya terpaksa menggenggam pecahan kaca yang digunakan untuk senjata melawan pria berkumis yang menyerangnya. Lalu, perutnya ditusuk. Dia baru menyadari rasa nyeri dibagian itu.‘Ternyata aku masih hidup.’ gumannya dalam hati.Seorang perawat dengan seragam warna teal menghampiri Alecta, dan memberitahukan kalau dia sedang dirawat di rumah sakit. Alecta disuruh agar tidak terlalu banyak bergerak, dan lebih baik beristirahat saja.“Mungkin sebentar lagi wali Anda akan datang. Ditunggu saja,” ucap perawat itu.‘Wali? Siapa yang bersedia menjadi waliku?’ Semakin dipikirk
Di hari pertama Alecta membuka mata, dia dikesalkan oleh pria berkacamata yang duduk tenang di sofa warna emerald. Pria itu juga menyatakan dirinya ingin jadi pelayan pribadi Alecta. Tentu saja Alecta menolak. Meksipun dulu dia berharap memilikinya, sama seperti Freya yang memiliki Naratama.Alasan Alecta menolaknya, adalah karena keyakinannya kalau pria itu tidak tulus. Tatapannya di balik kacamata menyatakan hal demikian. Ditambah,ia hanya ingin menjaga Alecta selama Alecta masih berguna oleh Freya dan juga Priam.Di hari ini saja, Alecta meminta perawat yang menyuapinya. Dia tidak mau disuapi oleh Feris. Bahkan Feris sudah mendengar kalimat pengusiraannya dari mulai kalimat yang halus dan enak didengar telinga, hingga kalimat kasar sudah dilayangkan Alecta kepadanya. Tapi, tetap saja dia tidak pergi dari kamar perawatan ini.Akhirnya kekesalan Alecta naik level. “Sampai kapan kamu akan tinggal di sini? Aku sudah menyuruhmu pergi sebanyak t
Freya keluar dari ruang perawatan Alecta, langsung memakai masker untuk menutupi sebagian wajahnya dan kacamata hitam. Dia harus melakukan ini agar tidak memacing perhatian jika ada bintang film mampir ke rumah sakit.Freya tidak mau ada pemberitaan buruk tentang dirinya atau gosip yang tidak jelas kebenarannya. Itu sangat mengganggu. Tapi, hari ini dia bersyukur, karena Alecta sudah sadar. Kabar baik yang lainnya adalah Kepala Pelayan yang sangat menyebalkan itu bersedia sukarela menjadi pelayan Alecta. Tentu saja Freya menyetujuinya. Dia menyakini kalau Feris mampu untuk mencegah serangan dari David untuk kedua kalinya. Dia tidak mau Alecta terjebak dalam bahaya, sebab dia masih membutuhkan rahim Alecta.Freya memiliki rencana tersembunyi, kenapa Alecta harus tetap hidup dan mengandung anaknya dan Priam. Dia hanya ingin zona nyamannya (yang hidup dengan bergelimang harta) tidak lenyap begitu saja, dan ketika David menyerangnya, Freya bisa
Akhirnya selesai jugaaa, huft. (Not) A Queen telah tamat di tanggal 11 November 2021 (Hehehe ditulis aja, biar gak lupa) Terima kasih untukmu yang telah membaca kisah ini sampai tuntas. Entah mengapa aku merasa sangat lega dan yaaa akhirnya punya waktu untuk membaca buku lebih banyak lagi Aku mohon maaf kalau ada beberapa kata yang masih typo dan belum maksimal memberikan yang terbaik untukmu. Di buku yang akan datang, semoga bisa lebih baik lagi. Oh iya, aku pernah dapat pertanyaan semacam ini: apakah setelah tamat nggak ada skuelnya? Gimana yaaa, jawabnya? Memangnya butuh perpanjangan lagi? Ekstra chapter? Tapi, kurasa ini sudah cukup panjang. :0 Sebelum catatan ini selesai, aku pengen spoiler dikit tentang rencanaku. Sebenarnya ada satu novelku lagi yang ada di sini judulnya LEVIATHAN yang bergenre sci-fi. Sayangnya, belum muncul (sampai catatan ini ditulis).
Freya akhirnya tertangkap sehari setelah kejadian yang memilukan itu. Sedangkan David perlu tiga hari karena berhasil kabur menuju kota lain. Berita mengenai hal ini langsung menjadi topik utama yang disiarkan berulang-ulang oleh acara berita disegala stasiun televisi. Kejadian itu menyita banyak perhatian masyarakat.Bibi Lani telah dimakamkan. Feris masih menangis. Lusi dan Naratama juga merasakan kesedihan mendalam akibat kehilangan itu.Alecta baru siuman setelah dua hari dirawat di rumah sakit. Dia menangis saat diberitahu kalau Bibi Lani meninggal dunia demi menyelamatkan Baby Leon dan Alecta.Priam memutuskan untuk menjaga Baby Leon di rumahnya karena Alecta masih dirawat di rumah sakit. Tubuhnya dipenuhi banyak luka, dan beruntung tidak ada tulang yang patah.Feris telah memutuskan sesuatu. Malam ini dia akan membicarakan keputusannya dengan Alecta. Perempuan itu sudah lebih baik beberapa hari ini, dan kemungkinan dua hari lagi dia d
Mobil yang dikemudikan David memasuki kawasan hutan. Setahunya, kawasan itu memang sepi dan ada sebuah bangunan yang mirip gudang penyimpanan kayu yang sudah lama tidak digunakan.Mobil berhenti di depan bangunan itu. David menyeret Alecta ke gudang itu, sedangkan Freya masih berkutat dengan Leon yang hanya bisa menangis.Setelah masuk ke dalam gudang tak terpakai itu, David meletakkan Alecta di tempat yang kering. Sementara Freya yang sudah pusing dengan tangisan bayi itu akhirnya menyerah. Dia meletakkan Leon di sebuah keranjang dari ayaman rotan yang kondisinya sudah tidak layak. David jadi berpikir, kalau Freya bukanlah ibu yang baik. David mendekati Freya dan menyerahan tongkat baseball yang tadi dipakai untuk memukul sopir tadi. Freya menerima tongkat baseball itu dan mengabaikan tangisan Leon.“Gunakan untuk menyiksanya.” David menunjuk Alecta yang tergeletak tak jauh dari jangkauannya. “Aku harus segera melak
Selama hampir saatu tahun ini, kondisi keuangan Freya mulai memburuk. Dia memiliki utang hampir ratusan juta karena tidak mampu menunjang gaya hidupnya. Setelah bercerai dengan Priam, Freya terpaksa menyewa apartemen kecil bersama David.Semua kontrak kerjanya dibatalkan termasuk iklan, sponsor, dan film yang harunya dibintanginya. Namanya terhempas seolah nama Freya Farista sudah tidak lagi bersinar. Freya telah jatuh, tersingkir, dan tidak dibutuhkan lagi.Kondisi diperburuk dengan David yang namanya sudah dicoret dari keluarga besarnya karena ketahuan menjalin hubungan dengan perempuan yang sudah bersuami. Alhasil, David menjadi pengangguran, kerjaannya hanya tidur, makan dan mabuk, hanya itu siklus hidupnya. Sementara Freya harus merelakan tabungannya menunjang kebutuhan dua orang terlebih lagi Freya harus memangkas pengeluaran untuk kecantikan karena dia juga harus makan.Hampir setahun ini Freya dan David persis seperti pasangan pengangguran
Pada akhirnya Priam juga menerima keputusan dari Feris kalau untuk ‘untuk sementara waktu hingga belum ditentukan’ Baby Leon akan diasuh oleh Alecta dan Feris di rumah ini. Dua hari setelah kepulangan Alecta dari rumah sakit, Priam datang bersama dua pelayannya yang cukup menggemaskan. Di ruang tamu, Priam dan Feris berbicara layaknya teman meskipun penuh kecanggungan. Sementara di kamar Alecta, terdengar gelak tawa dari Naratama dan Lusiana. Mereka, dua pelayan yang menggemaskan, begitu sebutan dari Bu Marie. “Baby Leon sangat tampan sekali!” Lusi tampak sangat senang ketika mendapat kesempatan untuk menggendong Baby Leon. “Bukankah seharusnya kita memanggilnya dengan sebutan Tuan Muda?” Natatama menimpali. Dia hanya berani menyentuh pipi bulat Baby Leon. “Kamu benar, Nara. Aku tidak sabar melihat Tuan Muda Leon besar. Dia akan lebih menggemaskan lagi.” Lusi tertawa membayangkan hal itu terjadi. “Percayalah, Leon lebih suka dip
Feris masih merasa kesal karena pertemuannya dengan Alecta tertunda hampir empat puluh lima menit. Bagaimana tidak? Di dalam ruangan itu kekasihnya sedang bersenda gurau dengan Priam. Ditambah Bibi Lani menyarankan agar Feris menunggu sampai Priam selesai bertemu dengan buah hatinya.Hari ini, tanpa disangka Alecta melahirkan, dan ternyata perkiraan dokter itu meleset. Sebagai orang yang kurang berpengalaman dengan hal ini, Feris merasa menjadi orang bodoh. Harusnya dia tidak pergi hari ini. Harusnya, dia mengubah jadwal pertemuannya dengan Pak Edzard yang akan membeli rumah dan tanah warisan dari neneknya.Alasan kenapa Feris mau melepaskan properti itu karena dia ingin membeli rumah di Kota Milepolis. Dia bertekad ingin memulai kehidupannya yang baru bersama Alecta. Sebab, semakin Alecta di sini, semakin gencar pula Priam mendekatinya.Tapi sekarang, sepertinya Priam sudah mulai mendekati Alecta lagi. Mereka berbincang di dalam, padahal Feris sempa
Priam sangat takjub dengan apa yang dilihatnya. Alecta yang tertidur dengan wajah sedikit kelelahan dan ada bayi mungil yang sedang ditelungkupkan meminum asi. Dulu Priam selalu menganggap apa ang dilihatnya itu tidak pernah jadi kenyataan. Kini, hari ini, dengan mata kepalanya sendiri dia melihat calon penerus keluarga Ardiaz telah lahir. Priam mendekati Alecta secara perlahan agar tidak membangunkan Alecta yang sedang tertidur. Dia mencoba menyelipkan jari telunjuknya ke tangan si bayi. Perlahan tapi pasti, tangan mungil bayi itu menggenggam jari Priam. Ada ledakan kebahagian membuncah di dada Priam. Tangan mungil bayi itu seolah menyapa Priam. Rasanya tidak ada yang bisa mendeskripsikan perasaan semacam ini. “Feris ... apa itu kamu?” tanya Alecta lirih. Priam terdiam. Alecta lalu menoleh ke arah orang yang di sampingnya. Dia terkejut ketika menemukan Priam duduk di sana. Padahal tadi dia sempat bermimpi kalau ynag dat
Kehamilan Alecta memasuki bulan kesembilan. Perutnya sudah makin besar, tendangan ‘dia’ makin aktif dan terkadang membuat Alecta kesulitan untuk tidur. Setelah sarapan, Feris memutuskan akan pergi ke Kota Lunars. “Tapi sebentar lagi aku akan melahirkan,” ucap Alecta. Sejak pindah ke rumah ini, Alecta selalu mengecek kehamilan secara berkala bersama Feris. Kata dokter, Alecta diprediksi akan melahirkan satu minggu lagi. “Aku pergi tidak lama. Mungkin nanti pulang sore. Ada orang yang tertarik membeli propertiku di Kota Lunars, My Bee.” Feris mengelus kepala Alecta dengan penuh kasih sayang. Alecta menggeleng. Dia harus mencari cara agar Feris tidak pergi. “Dia ingin mendengarkanmu membaca cerita.” Yang dimakud ‘dia’ adalah kehidupan yang ada di perut Alecta. Beberapa waktu yang lalu, kata dokter kandungan yang memeriksa Alecta mengatakan, kalau Alecta akan melahirkan bayi berjenis kelamin laki-laki. Tentu saja Priam senang menden
Semua berjalan sesuai kehendak Semesta. Perut Alecta makin membesar seiring bertambahnya usia kehamilan. Feris juga selalu sigap ada di samping Alecta.Sekarang perubahan yang terjadi pada tubuh Alecta membuatnya tampak cantik dan menggemaskan. Entah mengapa kalau perempuan hamil selalu cantik meskipun pipinya mulai chubby dan bada yang berisi.Alecta juga mengalaminya. Kini pipinya agak mengembang. Dadanya makin menyembul padat dan perutnya makin buncit.Terkadang Feris membenamkan wajahnya ke dada Alecta. Katanya itu bagian favoritnya karena lebih kenyal, padat, dan menyenangkan. Kalau malam Feris lebih suka mengelus-elus perut Alecta yang buncit, dan dia yang ada di dalam pasti merespon dengan tendangan.Priam masih datang walaupun jaraknya tidak menentu. Kadang seminggu sekali, lima hari sekali, atau dua minggu sekali untuk melihat Alecta dan calon anaknya. Meskipun terkadang suasana ruang tamu jadi canggung.Priam yang meny