Rudy mengerutkan kening dan menatap ayahnya."Kenapa melarangku untuk mengejarnya?"Mata Thoriq berkedip, lalu berbalik dan berjalan menuju kantor."Kamu nggak akan berhasil, jadi jangan sia-siakan usahamu. Lebih baik kamu pergi kencan buta dengan pasangan yang sudah ibumu atur.""Ayah, bukan seperti itu yang Ayah katakan saat pergi ke Kota Jimaun."Rudy mengatakan ini lalu tiba-tiba berhenti."Jujur saja, apa Ayah yang jatuh cinta pada Nova? Kalau nggak, kenapa ngotot sekali menyuruhnya datang ke sini? Bahkan lebih ngotot dariku."Thoriq memelototinya dan menjawab."Pergi!"...Nova naik taksi ke rumah sakit setelah keluar dari Grup Northy.Sebelum masuk ke gerbang rumah sakit, tiba-tiba seseorang menempelkan senjata tajam ke punggung bawahnya.Sengatan tajam hampir menusuk punggung bawahnya.Nova tiba-tiba terkejut.Ada bau alkohol yang tidak sedap.Setelah itu terdengar tawa ganas Gary, "Kalau kamu berani berteriak, aku akan membunuhmu sekarang juga!"Tubuh Nova kaku."Gary, apa mau
Pakaian Nova berlumuran darah.Brian mengangkatnya dan saat melihat luka di lehernya, ekspresinya berubah menjadi sangat suram.Brian menatap Gary yang sedang mengejar ke arah sini.Matanya terlihat seperti bisa membunuh!Saat Gary pertama kali melihat Brian, hatinya bergetar.Namun, Gary segera teringat bahwa Brian sudah berpisah dengan Nova."Pak Brian, kamu sudah berpisah darinya, jadi kamu nggak akan ikut campur urusannya lagi, 'kan?"Brian tidak berkata apa-apa.Gary menjadi lebih berani!Nova terkejut.Dia mendorong Brian menjauh dan ingin pergi.Brian merasakan penolakannya dan ekspresinya menjadi semakin jelek.Brian mengangkat tangannya dan menariknya kembali.Setelah itu, Brian menendang dada Gary.Jeritan Gary bergema di gang.Gary muntah darah dan langsung pingsan.Nova kembali menatap Gary dengan wajah pucat.Melihat Gary pingsan, Nova pun merasa lega.Nova mengangkat tangannya untuk menutupi luka di lehernya.Setelah merasa sedikit tenang, Nova berkata pada Brian, "Terima
Brian menatap punggungnya dan sedikit rasa sakit menyebar di hatinya.Brian ingin meraihnya dan bertanya padanya. Kalau tidak punya perasaan padanya, apa dia punya perasaan terhadap Bisma?Namun, ketika kata-kata itu akan keluar dari bibirnya, Brian menelannya kembali.Jika menanyakan hal ini, malah akan membuat dirinya terlihat lebih memalukan.Brian mendekat dan berjongkok di depan Nova."Aku nggak memelukmu, tapi akan menggendongmu saja. Dengan kecepatanmu saat ini, kamu akan kehabisan darah saat berjalan ke rumah sakit."Nova mengerutkan kening.Nova benar-benar merasa kehilangan banyak darah.Tubuhnya terasa sangat dingin dan kepalanya pusing.Meskipun Gary tidak memotong arterinya, pendarahannya tidak menunjukkan niat untuk berhenti.Nova mengerutkan kening tapi tetap bersikeras, "Aku bisa berjalan sendiri."Sebenarnya jarak dari sini ke rumah sakit tidak terlalu jauh.Brian tetap menggendongnya."Nova, sekarang bukan waktunya untuk bersikap sok."Nova digendong di punggungnya da
Saat Simon menelepon, raut wajah Brian tiba-tiba menjadi gelap."Aku akan mengirim seseorang untuk mencarinya sekarang. Dia seharusnya masih belum jauh."Mata Brian berkedip dan langsung menjawab."Kalau sudah ketemu, cari tempat untuk mengurungnya dulu. Jangan beri tahu Nova dulu. Saat Nova bertanya, katakan saja padanya bahwa dia sudah pergi."Simon mengira dirinya salah dengar."Apa? Kakak, kenapa begini?""Jangan pedulikan hal lain, lakukan saja," jawab Brian dengan malas.Dia tidak menjelaskan banyak hal dan hanya menutup telepon.Brian tidak pernah melakukan sesuatu yang membuatnya rugi.Nova bisa menemui Gary kapan saja.Namun, ada sesuatu yang harus diberikan.Misalnya, membuka nomornya yang sudah diblokir.Contoh lainnya adalah putus dengan Bisma.Setidaknya, Nova harus mengambil inisiatif untuk datang kepadanya untuk meminta bantuan.Brian sedang berpikir.Ponsel Nova tiba-tiba berdering.Brian mengeluarkannya dan melihatnya.Ada kilatan rasa dingin di matanya sejenak.Kata "
Bisma memandangnya."Apa terjadi sesuatu? Atau pengunduran dirimu nggak berjalan mulus?"Nova terdiam beberapa saat dan menjawab dengan jujur."Kalau aku mau mengakhiri kontrak dengan Brian, aku harus membayar ganti rugi sebesar 100 miliar. Aku nggak punya pilihan selain menandatangani perjanjian dengan Thoriq."Ekspresi Bisma menjadi lebih buruk lagi."Kenapa nggak bilang padaku? Nova, apa kamu benar-benar menganggapku pacarmu?"Nova tegang.Setelah hening beberapa saat, Nova berkata, "Kak, aku bisa menangani masalah ini sendiri."Keduanya baru saja menjalin hubungan, tidak mungkin Nova meminta uang padanya.Apalagi jika sesuatu bisa diselesaikan dengan usahanya sendiri, dia sebenarnya tidak ingin bergantung pada seorang pria lagi.Meminta uang pada akhirnya merupakan tanda rendah diri.Dalam hubungan ini, dia hanya ingin sejajar dengan pasangannya.Bisma mengerutkan kening sambil menatap Nova.Bisma belum pernah melihat seperti apa dia saat bersama Brian.Namun, Bisma juga bisa melih
Nova tiba-tiba mengerutkan kening.Dia menatap Brian dengan marah."Brian, cukup, keluarlah!"Mata Brian tiba-tiba menyipit."Kamu benar-benar menyuruhku keluar?"Nova mengatupkan bibirnya dan mengabaikannya, tapi menatap Bisma di sebelahnya."Aku agak lapar."Bisma segera menyajikan semangkuk bubur dari wadah makanan."Nabila membuatkan bubur untukmu. Makanlah dulu, nanti aku akan membelikanmu makanan."Nova mengangguk.Dia awalnya ingin makan sendiri.Meskipun sedikit terluka, Nova merasa tidak perlu disuapi.Namun, Bisma bersikeras untuk menyuapinya, jadi Nova tidak punya pilihan selain mengalah.Nova ingin memberinya keamanan sebanyak mungkin dalam hubungan ini.Menyaksikan Nova makan bubur yang disuapkan Bisma ke bibirnya satu gigitan demi satu gigitan.Raut wajah Brian menjadi semakin suram.Brian merasa seperti obat nyamuk di antara mereka berdua.Jelas dialah yang seharusnya duduk di sana sambil memberi makan bubur Nova sekarang.Sekarang pria lain yang melakukannya.Dia menata
Raut wajah Brian tampak suram.Jelas dialah yang menyelamatkan Nova tadi malam.Sekarang dia hanya menatap Bisma.Brian jelas marah.Nova terlalu malas untuk memperhatikannya lagi.Bahkan tidak berminat untuk memperhatikannya.Sekarang dia hanya ingin tahu siapa orang di belakang Gary.Kalau sebelumnya Nova hanya meragukannya.Sekarang kematian mendadak Gary telah membuatnya sangat bertekad.Ini terlalu kebetulan.Entah bagaimana melihatnya, sepertinya membunuh Gary untuk membungkam.Nova menunduk dan tiba-tiba bertanya."Brian, bagaimana kabar Yasmin dua hari ini?"Brian tertegun sejenak.Lalu, matanya menyipit."Kenapa kamu tiba-tiba bertanya tentang dia?"Nova memandang Brian dan tidak berkata apa-apa.Keduanya sudah lama bersama dan Brian paham tentang sifat Nova.Brian berhenti sejenak lalu bertanya lagi."Kamu curiga padanya?"Nova membuang muka.Nova tidak mengakui atau menyangkalnya.Dia sangat curiga pada Yasmin.Karena kecuali Yasmin, Nova tidak pernah membayangkan ada orang
Nova memandang Brian dengan curiga.Nova selalu merasa bahwa Brian pria bajingan ini tidak memiliki sedikit pun kebenaran di mulutnya.Saat hendak mengatakan sesuatu, Nova melihat seseorang datang dari belakang Brian.Kilatan rasa jijik melintas di mata Nova.Dia melepaskan diri dari Brian dan pergi."Aku sendiri yang akan pergi ke sana dan bekerja sama dengan penyelidikan polisi."Brian berdiri di sana dengan ekspresi muram.Brian tidak mengikuti mereka lagi, hanya melihat kedua orang itu pergi."Pak Brian ...."Zelda memandang Brian dengan hati-hati."Pak Brian, Yasmin sudah berhenti minum obat lagi. Tolong temui dia."Brian menoleh untuk menatap Zelda.Brian tidak mengatakan apa pun, hanya berbalik dan berjalan ke bangsal Yasmin.Zelda melihat punggung Brian, senyuman muncul di bibirnya dan segera mengikuti dari belakang Brian."Apa barusan itu Nona Nova? Cantik sekali."Brian berhenti dan menoleh untuk melihat Zelda.Tatapannya ini membuat hati Zelda bergetar hebat.Rasa dingin di
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo