Bisma tertegun sejenak.Setelah itu, raut wajahnya penuh dengan kejutan.Meski dia tahu mungkin itu palsu, meski tahu Nova hanya membuat Brian marah.Namun, dia tetap tidak bisa menyembunyikan kegembiraan di hatinya."Tentu saja, aku sangat mengharapkannya."Nova tersenyum dan mengangguk dengan penuh kebahagiaan.Mata Brian tiba-tiba memerah saat melihat pemandangan ini.Brian melangkah maju dan memegang pergelangan tangan Nova. "Nova! Apa katamu?"Bisma ingin meraih tangan Brian. "Pak Brian, tolong lepaskan pacarku!"Brian menolak untuk melepaskannya.Mana mungkin Brian bisa mendengarkan kata-kata dari Bisma?Hanya ada satu hal di pikirannya.Nova dan Bisma baik-baik saja.Nova ingin Bisma menjadi pacarnya.Nova jelas adalah wanitanya, hanya bisa menjadi miliknya.Namun, sekarang, Nova bersama pria lain.Mulai sekarang, namanya akan dihubungkan dengan pria lain!"Kamu sengaja, 'kan? Kamu sengaja membuatku marah!"Marah karena dia bilang akan peduli dengan Yasmin.Marah karena tidak me
Nova pergi begitu saja?Dia benar-benar pergi seperti ini?Pergi bersama Bisma?Mata Brian memerah dalam sekejap.Nova sudah tidak menginginkannya lagi?Bisma memasuki lift dan melepaskan Nova.Nova terkejut sesaat, mengira Bisma sedang marah.Nova hendak meminta maaf.Namun, segera terdengar suara Bisma."Aku tahu kamu marah padanya. Meski aku juga berharap ini benar, kalaupun palsu aku pun akan senang. Setidaknya, kamu akan memilihku sebagai tamengmu."Nova tertawa, "Bukan untuk tameng."Bisma kembali tercengang.Nova menatapnya dan berkata, "Kak, aku serius. Aku nggak pernah bercanda tentang perasaan. Meskipun aku nggak yakin apa kita bisa bertahan sampai akhir, tapi sejak mulai denganmu, aku akan bekerja keras untuk mengatur hubungan kita dengan baik."Bisma menatap Nova dengan tatapan kosong.Bisma tiba-tiba merasa semua ini tidak nyata.Gadis yang disukainya selama bertahun-tahun akhirnya menjadi pacarnya?Nova menatapnya sambil tersenyum. "Apa kamu ingin mencubit dirimu sendiri?
Brian menunggu di luar sampai Bisma pergi.Bisma sebenarnya tidak tinggal lama, hanya makan dan minum teh.Bisma ingin tinggal lebih lama.Bisma hanya merasa hubungan yang baru saja dirinya jalin dengan Nova malam ini tidak nyata.Hanya dengan tinggal bersamanya, Bisma merasa semua ini seperti nyata.Namun, ini adalah rumah Nabila, sebagai seorang pria, ini agak kurang pantas.Nova awalnya ingin mengantarkan Bisma ke hotel.Namun, Bisma menolak.Brian belum pergi dan berdiri di bawah. Jika Nova pergi mengantarkannya, pasti akan bertemu Brian lagi.Sebelumnya, Bisma mungkin tidak akan peduli.Namun, sekarang Nova adalah pacar sahnya.Wajar saja jika dirinya tidak ingin kekasihnya terjerat dengan pria lain."Aku akan meneleponmu saat aku sampai di hotel.""Ya."Bisma turun dari lantai atas dan melihat Brian.Brian berdiri di sana seperti biasa dengan baju yang sudah basah karena tetesan air hujan.Melihat Bisma keluar, Brian mencibir."Bagaimana rasanya, Pak Bisma digunakan sebagai tamen
"Kalau kamu keberatan dengan Yasmin, aku akan mencoba untuk jarang berhubungan dengannya. Nova, kita berbaikan saja ...."Setelah pesan terakhir terkirim, Brian melihat tanda seru berwarna merah muncul di antarmuka obrolan."Nomor Anda telah diblokir oleh pihak lain."Brian sangat marah hingga hampir membuang ponselnya.Brian merasa sedikit lelah, membuang ponselnya ke samping dan menutup matanya.Dia harus mengakui bahwa melepaskan Nova adalah keputusan terburuk yang pernah dirinya buat dalam hidupnya.Segalanya kini tampak di luar kendali.Semuanya dimulai ketika Brian berjanji untuk melepaskannya.Brian seharusnya menahannya. Entah bagaimana dia menangis, memohon belas kasihan atau mengancam nyawanya, Brian seharusnya tidak membiarkannya pergi.Semacam perasaan kesal ini ingin diabaikan oleh Brian sendiri.Entah bagaimana pilihan Nova.Entah bersedia atau tidak.Begitu saja, Brian ingin sekali mengendalikan kondisi.Ingin Nova tetap di sisinya.Namun, separuh pikirannya yang lain me
Zelda tertegun sejenak dan menangis semakin keras.Stephen tidak tahan lagi.Stephen segera datang dan membantu Zelda berdiri."Bibi Zelda, jangan khawatir, Brian juga nggak bilang nggak akan peduli dengan Yasmin."Brian menyipitkan matanya dan akhirnya tidak berkata apa-apa....Yasmin keluar dari ruang gawat darurat pada pukul dua belas malam.Semua orang pergi setelah mereka tahu Yasmin baik-baik saja.Simon berdiri di samping Brian dengan raut wajah yang terlihat serius."Kak, apa kamu akan peduli pada Yasmin lagi?"Brian memandang Yasmin yang pucat di tempat tidur, tatapan matanya penuh dengan aura dingin.Setelah beberapa saat, Brian sadar kembali dan segera meninggalkan rumah sakit.Ketika Nova sedang tidur nyenyak, Nabila tiba-tiba berlari masuk dengan tergesa-gesa.Nova membuka matanya dengan mengantuk."Kenapa?"Nabila mengerutkan kening, menyerahkan ponsel padanya dan mengucapkan sesuatu padanya.Brian.Nova mengerutkan kening sambil mengambil telepon dan sekilas mengenali n
Bibir Nova menegang, untuk sesaat tidak tahu harus berkata apa.Setelah beberapa lama, Nova bertanya, "Oh, sudah mati?"Nova menanyakannya tanpa perasaan.Namun, ini adalah satu-satunya pertanyaan yang ingin dia tanyakan sekarang.Simon menggelengkan kepalanya. "Sayang sekali Yasmin belum mati."Nova tertawa, lalu mengangguk dengan tenang. "Sayang sekali."Simon mengerutkan kening sambil memandangnya."Bu Nova, kakakku memang berencana untuk meninggalkan Yasmin sendirian, tapi ketika Yasmin memaksanya seperti ini, kakakku jadi mengingat masa lalu, jadi nggak akan begitu saja melihat Yasmin mati seperti ini."Nova tiba-tiba mengerti maksud pertanyaan Brian tadi malam.Mungkin Brian akan memberinya kesempatan terakhir.Jika dirinya mau kembali.Seperti yang dijanjikan, Brian akan mengabaikan Yasmin.Namun, jika dirinya menolak.Jangan salahkan bahwa Brian akan terus melindungi Yasmin.Nova mencibir.Sebenarnya, Brian seharusnya sudah mengetahui jawabannya sebelum datang.Brian datang buk
Nova melihat surat itu dengan tatapan dingin di matanya.Dia tahu Brian pasti akan ikut campur dalam masalah ini.Namun, Nova pikir Brian hanya akan menggunakan koneksinya untuk mengurangi hukuman Yasmin atau memberikan jaminan langsung setelah hasil akhir persidangan keluar.Tidak disangka Brian bahkan tidak mau membiarkannya menuntut Yasmin.Brian benar-benar melindungi Yasmin.Dia tidak ingin berdebat lagi dengan pria ini.Setelah membaca surat itu dua kali, Nova langsung merobeknya dari tengah.Brian hanya memperhatikan gerakannya, ekspresi dinginnya dan tidak berubah sama sekali.Namun, tidak ada yang tahu bahwa hatinya sudah merasa lega.Dia tidak ingin putus dengan Nova begitu saja.Setidaknya, saat ini mereka masih bisa menjalin kontak."Bu Nova, apa maksudmu?"Brian memandangnya dengan mata membara.Ada secercah harapan di matanya yang tidak mudah dideteksi.Mungkin Nova menyesalinya?Mungkin Nova tidak benar-benar ingin keluar dari perusahaan?Nova merobek perjanjian itu menj
Mata Nova sedikit menyipit.Thoriq terlalu mudah menyetujuinya, yang membuatnya selalu merasa tidak nyaman.Namun, Nova memikirkan semua kemungkinan yang bisa dipikirkan.Nova masih tidak mengerti kenapa Thoriq bersikeras mengizinkannya bergabung dengan perusahaannya.Nova berhenti sejenak lalu mengatakan syarat yang ketiga."Aku ingin menandatangani perjanjian pembiayaan ekuitas denganmu.""Apa?" Thoriq mengerutkan kening.Nova tidak ragu-ragu, langsung meletakkan perjanjian itu di depan Thoriq.Thoriq tertawa setelah membacanya. "Nona Nova yakin? Tujuan ini nggak mudah untuk dicapai. Kalau kamu sangat membutuhkan uang, katakan saja. Rudy dan aku bisa meminjamkannya padamu. Mungkin Nona Nova nggak bisa mendapatkan perjanjian ini."Alis Nova menunjukkan tekad yang kuat, wajah cantiknya saat ini menatap Thoriq dengan penuh kegigihan.Nova tertawa lalu berkata, "Dicoba saja belum, kenapa langsung bilang nggak bisa?"Thoriq memandang Nova dengan perasaan campur aduk. Setelah beberapa saat
Ucapan singkat itu menghancurkan ketenangan yang dibuat-buat oleh Nova.Seketika, pertahanan Nova runtuh total.Nova turun dari ranjang dengan kaki telanjang, berjalan ke arah pintu, lalu merebahkan diri di pangkuan Brian dan menangis.Tatapan mata Brian penuh rasa sayang, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa, hanya membiarkan Nova menangis.Sampai ketika tangisan Nova mengecil, Brian menariknya ke atas."Kenapa nggak beri tahu aku?"Nova masih merasa keberatan.Nova menatap Brian dengan matanya yang merah. "Aku kira kamu sibuk."Brian mengangkat alisnya. "Sesibuk apa pun, aku pasti bisa luangkan waktu untuk urusanmu."Nova merapatkan bibirnya. Lama kemudian, dia bertanya, "Wanita tadi calon istri yang dipilihkan oleh keluargamu?"Brian tersenyum seraya mengangkat dagu Nova dan bertanya, "Kamu cemburu?"Nova mengelak dari tangan Brian."Buat apa aku cemburu? Memangnya kita ada hubungan apa?"Brian langsung memeluk Nova.Brian menundukkan kepala dan menggigit leher Nova dengan kuat."Sek
Kemudian, terdengar suara Brian."Terserah Kakek, tapi aku juga nggak akan beri ampun lagi.""Brian, kamu benaran pikir kamu sudah dewasa dan Kakek nggak bisa mengontrolmu lagi?"Kemudian, terdengar suara seorang wanita."Kakek Aldo, jangan marah, Kak Brian hanya ngomong begitu saja. Kak Brian, jangan bikin Kakek Aldo marah lagi, oke? Kemarin Kakek Aldo sudah hipertensi karena kamu."Nova tidak kuat lagi mendengar percakapan di dalam.Nova menaruh bubur di ambang jendela depan pintu dan langsung pergi.Sekembalinya ke bangsal, dokter sudah selesai ganti shift.Nova menunggu sebentar di luar ICU. Kemudian, dokter melangkah keluar setelah melakukan pemeriksaan.Dokter tertegun sejenak saat melihat Nova."Bu Nova, kita bicarakan di kantor."Nova menegang.Tangannya yang berada di kedua sisi tubuh juga mengepal.Nova mengikuti dokter ke dalam kantor.Setelah hening sejenak, dokter angkat bicara."Kondisi ibumu nggak terlalu baik."Hati Nova tercekam."Nggak, nggak baik bagaimana?"Dokter m
Brian mengangguk. "Telepon aku kalau ada apa-apa."Nova menyahut, lalu meninggalkan bangsal.Ketika Nova baru sampai di depan lift, pintu lift dibuka.Beberapa pengawal berpakaian hitam berjalan keluar, diikuti seorang pria tua berwibawa.Pria tua itu memakai batik dan memegang tongkat.Pria itu adalah Tuan Besar Keluarga Frank, Aldo.Di sampingnya, berdiri seorang wanita.Wanita itu berumur 25 atau 26 tahun, sangat cantik dan menawan.Wanita itu melirik Nova sekilas."Kakek Aldo, apa mungkin Kak Brian nggak suka aku datang?"Tatapan mata Aldo penuh rasa sayang. "Kalau dia berani bilang nggak suka, Kakek pukul dia!"Wanita itu tersenyum manis, tampak sangat imut. "Jangan, aku nggak tega."Seketika, Nova mengetahui siapa wanita itu.Wanita itu adalah pasangan kencan buta yang dicarikan oleh Keluarga Frank untuk Brian.Nova merapatkan bibir dan berdiri di samping. Hatinya terasa perih.Dia seharusnya menduga hal itu sejak dulu.Sudah lama Keluarga Frank ingin mengaturkan pernikahan untuk
Nova menjadi gelisah dan segera menghampiri Brian."Kenapa? Lukamu sakit banget?"Brian tiba-tiba menarik Nova dengan kuat ke dalam pelukannya."Nova, jangan gerak. Kalau nggak, mungkin akan kena lukaku," kata Brian dengan suara yang dalam di telinga Nova.Nova pun membeku.Brian menatap bibir Nova dan menelan air liur.Nova menyadari niat Brian sehingga ingin berdiri.Seolah-olah menduga hal itu, Brian langsung memegang belakang kepala Nova."Nova." Brian berkata dengan suara yang rendah dan serak, "Jangan ke mana-mana. Temani aku sebentar."Mereka bertatapan satu sama lain, seolah-olah akan timbul percikan asmara.Udara tiba-tiba menjadi kering. Nova dengan panik menghindari tatapan Brian.Detik berikutnya, Brian memegang Nova dan menciumnya.Ketika bibir bersentuhan dengan bibir, api asmara tersulut. Rasanya sungguh sulit ditahan, bagaikan dahaga yang tak terpuaskan.Brian memegang pinggang Nova menggunakan tangan yang lain untuk mendekatkan Nova dengan dirinya.Lidah Brian menerobo
Saat bangun, Nova mendapati dirinya berada di rumah sakit.Melihat Nova sudah siuman, Nabila bergegas bertanya, "Apa ada yang nggak enak badan? Dokter bilang kamu gegar otak ringan. Kamu pusing atau mual nggak?"Nova merasakan sebentar. "Nggak, aku baik-baik saja. Di mana Brian? Di mana ibuku?"Nabila terdiam. Sesaat kemudian, dia menjawab, "Bibi masuk ICU. Brian terluka dan kehilangan banyak darah, belum siuman sampai sekarang."Nova menjadi cemas. "Dia terluka di bagian mana? Di mana dia?"Setelah itu, Nova menyibakkan selimut dan ingin turun dari ranjang.Nabila buru-buru menghentikan Nova. "Jangan banyak gerak dulu. Brian belum siuman, nggak ada gunanya kamu ke sana. Aku suruh dokter ke sini dulu untuk periksa kamu."Selesai bicara, Nabila berjalan ke luar.Dokter melakukan pemeriksaan sederhana dan memastikan Nova sudah baik-baik saja. Baru setelah itu, Nabila membolehkan Nova untuk turun dari ranjang."Kamu tengok Brian dulu saja. Bibi belum boleh dibesuk sekarang. Dokter juga se
Nova langsung mendorong Brian ke luar."Keluar!"Namun, Brian memeluk Nova."Jangan khawatir, semuanya akan baik-baik saja," bisik Brian di telinga Nova. Lalu, dia berbalik badan dan pergi.Nova dengan bengong menatap pintu kamar mandi yang tertutup. Sesaat kemudian, dia tercerahkan.Brian sepertinya sengaja.Seketika, hati Nova terasa pilu.Setelah beberapa waktu, Nova memaksa diri untuk tersenyum.Ya, pasti akan baik-baik saja.Ibu pasti akan baik-baik saja.Dia harus percaya.Setelah mandi, Nova melangkah ke luar.Brian sedang duduk di samping dan bertelepon dengan suara kecil.Melihat Nova keluar, Brian buru-buru mengatakan sesuatu di telepon dan menutupnya."Kenapa nggak keringkan rambutmu?"Brian masuk ke kamar untuk mengambil alat pengering rambut, lalu duduk di sofa."Sini."Nova berjalan ke arah Brian.Awalnya, Nova ingin duduk di sofa.Namun, Brian menarik Nova hingga duduk di pangkuannya.Nova membeku seketika.Brian terkekeh-kekeh. "Rileks, aku nggak akan lakukan apa-apa. B
"Nggak usah tanya!" Nabila langsung mengambil sebotol semprotan merica di samping dan menyemprotnya ke Melvin.Melvin tersemprot karena tidak siaga. Matanya tidak bisa dibuka karena pedas.Kemudian, sebelum Melvin sempat bereaksi, sesuatu menodongi selangkangannya."Turun! Kalau nggak, kukebiri kamu!"Melvin berusaha membuka matanya. Ternyata, itu adalah pisau bedah yang mengkilap.Mata Melvin memelotot saat melihat Nabila. "Kamu dokter?"Nabila tersenyum. "Tentu saja, dokter andrologi yang khusus mengebiri pria. Kalau kamu butuh, bisa daftar ke divisiku. Mau tanya namaku? Cari saja sendiri!"Selesai bicara, Nabila membuka pintu mobil dan mendorong Melvin ke luar.Melihat mobil Nabila melaju pergi, Melvin tidak dapat menahan amarah dalam hatinya.Dia, Melvin Luminto, pertama kali disemprot semprotan merica oleh seorang wanita! Bahkan pertama kali ditodongi pisau bedah di bagian selangkangan!Melvin makin marah sehingga langsung menelepon Brian.Brian sedang mengemudikan mobil. Dia meli
Air mata Nova tidak terbendung lagi, tiba-tiba menetes.Brian menghiburnya dengan suara rendah, "Aku sudah suruh orang cari pelatih itu."Nova menyeka air matanya dan mengangguk."Kamu bisa cari dokter, aku sudah nggak apa-apa."Brian hanya menatap Nova. Mata Nova merah padam, tetapi sudah tidak panik seperti tadi.Brian tidak tahu sejak kapan Nova tidak lagi bergantung padanya.Namun, melihat Nova begitu, Brian sama sekali tidak merasa terhibur.Akan tetapi, semua itu sepertinya disebabkan oleh dirinya sendiri.Brian merasa tidak berdaya."Aku baik-baik saja. Tentang Bibi, aku sudah atur semuanya, jangan khawatir."Nova menarik napas dalam-dalam dan mengangguk.Pengaturan Brian sangat cermat.Selain pelatih, petugas kebersihan rumah sakit juga diselidiki.Brian bahkan menyuruh orang untuk memeriksa semua kamera CCTV di kota."Tunggu kabar di rumah atau di sini?"Nova ingin menunggu di rumah sakit, tetapi melihat wajah Brian yang pucat, dia berubah pikiran."Tunggu di rumah saja."Pada
Seketika, tatapan mata Brian menjadi suram.Nova yang berdiri di samping mendengarnya dengan jelas sehingga mengambil ponsel itu. "Apa yang terjadi?"Nabila berkata dengan cemas, "Aku juga nggak tahu detailnya. Perawat hanya bilang dia bawa Bibi ke sesi pemulihan dan tunggu di depan pintu. Yang lain sudah keluar, tapi Bibi belum keluar juga. Jadi, dia langsung masuk. Bibi nggak ada di ruangan pemulihan. Dia sudah tanya semua dokter, tapi nggak ada yang perhatikan."Wajah Nova memucat. Setelah menutup telepon, dia berbalik badan dan berjalan ke luar.Brian bahkan tidak sempat untuk menghentikannya.Brian segera kembali ke kamar untuk berganti pakaian, lalu menyusul Nova.Sesampainya di bawah, Brian melihat Nova sudah duduk di dalam mobilnya sendiri.Brian bergegas berjalan ke sana dan menarik Nova ke luar.Wajah Nova pucat pasi.Brian tidak mengatakan apa-apa. Dia menarik Nova ke mobilnya dan membantu Nova memasangkan sabuk pengaman."Dengan kondisimu sekarang, nggak aman untuk setir mo