Share

Bab 79. Suara liar

Penulis: Roro Halus
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-15 10:00:44
Zahra terus memanjakan si tombak sakti hingga membuat Ridwan kelimpungan.

"Udah, Ra! Mas gak tahan!" kata Ridwan sambil menjauhkan diri.

Merebahkan istrinya lagi dan kembali mencium sekilas dan bergumam, "Belajar dari mana sih? Nikmat sekali!"

Sontak membuat pipi Zahra memerah, rasa panas menjalar dari pipi hingga telinga.

Ridwan kemudian memposisikan dirinya untuk memasuki sang istri.

"Arghhhh!" lenguhan keduanya menyatu bersama erangan kecil.

Rasa yang tidak mereka rasakan dua bulan ini melebur pada sore hari itu.

Semua kerinduan, hasrat, dan puncaknya gairah menyatu dalam alunan suara mendayu dari dua sejoli itu.

Desahan, kata cinta, desisan menyatu menjadi simfoni.

Ridwan memacu pacuan kudanya dengan konstan dan tidak terlalu menekan perut Zahra.

Karena Ridwan masih berfikir tentang kesehatan Zahra.

Zahra sangat menikmati aktifitas itu, ditambah tatapan suaminya yang seolah mengunci tatapannya.

Tatapan yang tidak Zahra temukan saat terakhir kali mereka berhubungan.

Nam
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 80. Kejailan Zahra.

    Semua orang di meja makan itu tertawa mendengar seruan Mama Sofiya, termasuk Zahra. "Zahra mana suka, Mah! Udah Ridwan paksa tetep aja beli satu biji, malam beli bahan kue yang banyak!" canda Ridwan. Sontak membuat semua orang kembali tertawa. "Bermanfaat, Mas!" jawab Zahra sambil tersenyum. "Kamu harusnya bersyukur punya istri yang hemat!" lanjut Zahra. Ridwan menatap istrinya, "Lalu tugas siapa yang ngabisin uangku?" Semua orang kembali tertawa sambil memakan roti Zahra. "Ini, karyawan nanti yang habisin roti kita, Mas! Jadi yang bertugas karyawan!" jawab Zahra sambil tersenyum. Senyuman Zahra memang selalu bisa menular. "Setuju, Banyak pahalanya ya, Ra!" canda Papa Ameer. Oma hanya bisa tersenyum, aura Zahra yang sangat positif menyebar di keluarganya. Zahra benar-benar pelita dalam hidup mereka. Dapur selalu mengepul juga karena Zahra. Sehingga mansio

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 81. Sekeping surga yang Allah janjikan.

    Ridwan menggelengkan kepalanya melihat istrinya pergi begitu saja. "Bahkan nafas suaminya belum kembali normal!" ucapnya. Sedangkan Zahra yang keluar kamar mandi langsung menemui dokter Dele dengan senyum cerah. Memberikan tabung itu pada dokter Dele. Senyum Zahra semakin cerah lagi saat melihat wajah dokter Dele yang memerah seperti tomat. Dalam hati Zahra bersorak, "Ya Allah ini upaya untuk menjaga keutuhan rumah tangga, Hamba!" batin Zahra. "Saya langsung ke laboratorium dulu, Nyonya!" pamit dokter Dele. Zahra hanya mengangguk dan duduk dengan senyuman. Buru-buru dokter Dele keluar ruangannya untuk menetralkan hawa panas dalam tubuhnya. Suara Ridwan membuat Delena membayangkan yang tidak-tidak. Sepasang suami istri itu mengotori otak dan pendengaran seorang gadis perawan, pikir Delena ngacir. Dan beberapa saat kemudian, Ridwan keluar dari dalam kamar mandi setelah menetra

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-15
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 82. liburan.

    Tujuh bulan kemudian. Waktu bergulir dengan cepat, Ridwan dan Zahra mulai sibuk dengan kesibukannya. Ridwan dengan semua urusan kantornya, dan Zahra dengan toko rotinya. Toko roti seorang istri direktur yang namanya mendunia dan rasanya yang nikmat membuat toko iku maju pesat. Dalam waktu tujuh bulan sudah memiliki banyak cabang dan management toko yang kuat. Zahra banyak belajar dari sang suami management toko. Semua terasa indah, hidup mereka berjalan sederhana dan bahagia. Setiap minggu masih tetap ke Tarim untuk mengunjungi putra tercinta. Dan kabar baiknya, Zahra kini tengah hamil lagi bayi kembar. Usia kehamilannya masuk ke tiga bulan, dan Ridwan sangat menjaga Zahra saat ini. Zahra bahkan setiap minggu cek up ke dokter karena Ridwan yang sangat protective. Dokter Zahra kini bukan lagi dokter Dele, karena dokter Dele mengundurkan diri selepas kejadian tujuh bulan lalu.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-16
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 83. Sungai Aare

    100.000 Franch Swiss sekitar 1,7 milyar rupiah. Tentu saja uang sebanyak itu dan perkataan suaminya membebani hati Zahra. Zahra memandangi wajah damai Ridwan tidur di kursi sebelahnya. Ridwan memang belum tidur dari kemarin karena menyelesaikan pekerjaannya agar tidak membebani Papa. Zahra terngiang jawaban Ridwan tadi, [Maksudnya, jika kita terpisah sebentar! Jadi kamu ada cash untuk membeli sesuatu yang kamu mau, atau mengurus Fatih]Entah kenapa perasaan Zahra yang tidak enak yang ditekan dari kemarin kembali menyerang. Seolah akan terjadi sesuatu pada keluarganya. Zahra terus beristighfar sepanjang waktu penerbangan, memohon pada sang Illahi untuk menjaga keluarganya. Setibanya di Tarim, Fatih sudah sangat antusias menunggu di rumah Habib Usman. Setelah salam, Ridwan dan Zahra masuk kemudian memeluk Fatihnya dengan hangat. "Habib, kami ijin membawa Fatih satu minggu!" kata Ridwan.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-16
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab84. Kembalikan Suamiku

    Zahra berteriak ingin masuk ke dalam air namun ditahan oleh perempuan-perempuan di dekatnya. Kejadian itu sangat cepat hingga tubuh Ridwan terlihat melemah menarik tangan Fatih. Terdengar jeritan Fatih meminta tolong sang Ayah. Sepersekian menit, Fatih sudah diangkat Ridwan dan mendekat pada jembatan untuk berpegangan. Beberapa turis membantu Ridwan memegang Fatih yang memerah. Merapat pada beton jembatan, namun tiba-tiba arus itu kembali meninggi menghantam mereka. Ridwan melemah karena kakinya mulai keram dan terbawa arus deras itu. Meninggalkan Fatih pada salah satu turis yang menolong. Semua orang yang melihat kejadian itu tak bisa berbuat apa-apa selain menyelamatkan diri. Kejadiannya sangat cepat dan arus tiba-tiba naik tidak seperti biasanya. Bruk! Zahra jatuh tak sadarkan diri saat tak lagi melihat Ridwan berusaha untuk berenang ke tepi.Ridwan benar-benar t

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 85. Permintaan Zahra.

    Teriak dan pekikan Zahra membuat sakit tersendiri di hati Mama Sofiya. Mama Sofiya kehilangan sang putra tunggalnya di sungai Aare. Segala cara sudah suaminya lakukan untuk menyusur sungai Aare sampai di penyaringan sungai. Mama Sofiya berfikir, tidak mungkin tubuh sebesar Ridwan bisa melewati filter sungai yang berlubang kecil-kecil. Walau dengan hati yang berat. Mama Sofiya memejamkan mata sambil merangkul Zahra dsn berdoa dalam hatinya. "Ya Allah, segera pertemuan kami dengan Ridwan, dalam keadaan sehat ataupun sudah tak bernyawa! Kami menerima takdirmu ya, Rabb! Aku mohon, jangan biarkan menantuku dalam penantian!" bathin Mama Sofiya. Sedang Zahra masih menatap nanar sungai Aare yang masih menyembunyikan suaminya. "Ra, Pulang yuk!" ajak Mama Sofiya. Zahra menoleh, "Ajak Suamiku pulang juga, Ma!" Tatapan Zahra begitu menular, rasa sakitnya benar-benar sampai di hati Mama Sofiya.

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 86. Amnesia

    Setelah Habib Usman meyakinkan dan membujuk Fatih. Akhirnya Fatih berlari menuju rumah dan mencari Nenek Awiyah. "Assalamualaikum, Nek! Ini Fatih, Nek! Nenek dimana?" pekik Fatih sambil mencari Nenek Awiyah di rumah. Nenek Awiyah yang baru saja menyelesaikan sholatnya tersenyum. Senang karena bisa mendengar suara riang Fatih. "Di kamar, Cucuku sayang!" jawab Nenek Awiyah sambil menoleh pada Pintu. Fatih berada di ambang pintu dengan senyum tipis. Hati Nenek Awiyah seakan lebih ringan sekarang, wajah super dingin itu sedikit luntur. "Sini, Sayang!" kata Nenek Awiyah sambil melambaikan tangannya. Fatih menurut, dan jalan perlahan menuju Neneknya. "Nek, A—pa Ibu pernah menanyakan Fatih?" tanyanya. Nenek Awiyah menarik Fatih untuk duduk didepannya. "Apa kamu berfikir, Ibumu tidak menanyakanmu! Ibumu tidak lagi mencintaimu?" tanya Nenek Awiyah. Fatih menganggu

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17
  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 87. Menjalani kehidupan suami istri normal.

    Jantung Ridwan berdetak aneh saat mendengar nama wanita itu. Bukan debaran yang membuatnya senang, namun debaran yang sangat aneh. "Berapa usia kandunganmu?" tanya Ridwan. Dele mengusap perutnya, "34 minggu, Sayang!" "Delapan bulan lebih dua minggu?" jawab Ridwan memastikan. Ridwan menatap tajam mencoba mengingat dan mengambil kembali ingatannya. Ridwan berfikir, kenapa dirinya tidak nyaman bersama dengan istrinya? Seharusnya dia sangat senang bukan. Dan tidak canggung seperti ini. "Temani aku operasi ya, Besok!" kata Dele. Ridwan terkejut, "Besok?" Dele tersenyum dan mengangguk, "Usianya sudah cukup untuk dilahirkan, berat badannya sudah cukup! Aku ini dokter kandungan, Sayang!" Ridwan mengangguk. Sedangkan Dele merasa sangat senang, karena keberuntungan berpihak padanya.Dele tidak pernah menyangka jika Ridwan, laki-laki yang begitu dia dambakan akan men

    Terakhir Diperbarui : 2023-12-17

Bab terbaru

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Extra Part [BONUS BUAT ZEYENG-ZEYENG]

    Tega atau tidak tega, mau atau tidak mau, Papa Ameer tetap membawa jenazah Zahra menuju rumah duka. Ridwan yang masih sangat terpukul dengan kenyataan mendadak ini hanya bisa diam. Kaca mata hitam bertengger di hidungnya untuk menutupi mata bengkak Ridwan. Kabar meninggalnya istri dari CEO ternama itu menjadi perbincangan dunia maya. Hingga banyak Paparazi yang mencuri lihat keadaan rumah duka. Ridwan laki-laki perkasa yang gagah itu, nyatanya tak mampu mengangkat jenasah orang terkasihnya dengan kedua tangannya. Walau begitu, Ridwan dengan sisa tenaganya ikut masuk ke liang lahat mengantarkan sang istri ke peristirahatan terakhirnya. Dibuka sedikit kain kafan yang membungkus jenazah sang istri.Diciumnya kening pucat itu, "Beristirahatlah dengan tenang istriku, kau istri sholehah, aku ridho dengan semua yang engkau lakukan baik yang aku ketahui maupun tidak! Tunggu aku, Sayang!" lirihnya.Kata-k

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 147. Allah menguji dengan apa yang dicintai

    Ridwan langsung menarik Delena menjauhi Zahra. "Auuu, S—sakit!" rintih Zahra memegangi perutnya. Ridwan tanpa ampun mendorong Delena dengan penuh emosi hingga terjatuh dengan keras. Bruk! "Arkhh!" pekik Delena. Ridwan berbalik dan langsung menggendong istrinya berlari kembali menuju ruangan dokter Aruni. "S—sakit, Mas! Aaaaaaa," rintih Zahra sambil menangis karena sakit yang teramat pada perutnya. "Sabar, Sayang! Kamu wanita hebat! Bertahanlah!" jawab Ridwan tersengal. Darah mulai turun seiring dengan lari Ridwan.Mama Sofiya dan Umi Aisyah berlari mengejar Ridwan dengan penuh kepanikan melihat Zahra dan darah yang terus menetes. Teriakan Zahra masih memenuhi telinga mereka dan air mata tak bisa lagi dua ibu itu bendung. Kekhawatiran memenuhi diri mereka. Ridwan kemudian meletakkan di ranjang dokter Aruni yang kebetulan di lantai dasar. "Dokter!" teriak Ri

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 146. Tragedi berdarah

    "Ha? Mau ini? Mau diapakan? Digoreng? Ya, jangan dong sayang!" canda Ridwan. "Iihhh, Mas!" jawab Zahra cemberut. Entah kenapa Zahra sangat merindukan kehangat suaminya. Dan Ridwan yang tidak ingin mengecewakan istrinya itu menuntun sang istri menuju walk in closed. Karena di ranjang ada Fatih dan sofa sangat tidak memungkinkan.Apalagi kamar mandi, mengingat perut Zahra yang sangat besar. Ridwan mengambil kasur busa kecil dan diletakkan di meja kaca tengah ruangan yang berisi printilan penunjang penampilan, seperti jam tangan, berlian Zahra, belt dan masih banyak lagi. Ridwan mengunci walk in closed itu takut jika Fatih terbangun dan mencari. Ridwan menggendong sang istri dan dia dudukan di meja itu. Kemudian Ridwan mulai mencumbu bibir Zahra sambil tangannya berkelana membuka penutup tubuh Zahra. Dan mencari benda kenyal kesukaannya. "Ahhh, Mas!" desah Zahra. Zahra

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 145. Kembali ke Turki

    Trauma itu nyatanya bukan hanya dimiliki oleh Zahra. Fatih kecil itu juga mengalami trauma karena kejadian liburan kala itu. Ridwan kemudian mensejajarkan tubuhnya dengan Fatih dan memeluk erat putranya itu. "Ayah hanyut bukan karena kamu, Sayang. Itu semua takdir, Ayah menyelamatkan kamu karena kamu harta yang sangat berharga!" kata Ridwan. Fatih masih diam seribu bahasa. "Fatih tidak boleh menyalahkan diri Fatih, bukankah daun yang jatuh saja atas izin Allah?" tanya Ridwan. Fatih mengangguk menjawab pertanyaan Ayahnya. "Bukankah berarti Ayah hanyut atas izin Allah?" tanya Ridwan lagi. Dan kembali Fatih mengangguk, "Maaf, Ayah!" jawabnya. Ridwan mengangguk dan menggandeng tangan putranya, "Ayo berangkat!" pekik Ridwan. Dan mereka duduk di kursi mereka untuk take of dan mengudara menuju Indonesia. 13 jam mengudara dengan sekali transit tidak membuat mereka bertiga kehilangan

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 144. Ke Indonesia

    Suara kelegaan dengan riang itu nyatanya tetap membawa kesan tersendiri untuk Zahra. Zahra menangkap ada gurat kesedihan dibalik ucapan Fatih.Jantung Zahra terasa nyeri dan tidak karuan menatap putranya."Maafkan Ibu ya, Nak!" lirih Zahra.Fatih menggeleng, "Tidak Bu, bukan salah Ibu. Ayo kita pulang ke rumah, sudah sore!" ajak Fatih. Zahra mengangguk dan pamit pada Umi Awiyah untuk kembali ke rumahnya. Kemudian Zahra dan Fatih berjalan keluar dari rumah Umi Awiyah dan menuju ke rumahnya yang bersebelahan dengan Umi Awiyah. Ridwan menyusul setelah Fatih sempat mengabarkan jika mereka akan kembali ke rumah. "Maafkan Ibu ya, Nak!" lirih Zahra lagi sambil menggandeng Fatih. Fatih hanya diam tanpa kata sampai memasuki rumah dan Fatih membawa Ibunya untuk duduk di atas ranjangnya. "Bu, Fatih tidak bersedih dan bukan salah Ibu, Ini semua takdir yang sudah Allah gariskan untuk Fatih!" kata Fat

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 143. Tarim

    Ridwan kemudian memeluk Zahra sambil tertawa ringan, begitu juga dengan Zahra. Ridwan menciumi Zahra dengan gemas mengingat tingkah sang istri. "Terima kasih sudah hadir di hidup Mas, Ra!" gumam Ridwan. Zahra tersenyum, "Terima kasih juga, Mas sudah hadir di hidup Zahra, memberi warna baru dalam perjalanan hidup Zahra!" Ridwan mengangguk, "Mari terus bergandengan tangan sampai kita tua, Sayang!" ajaknya. "Sampai maut memisahkan kita, Mas!" jawab Zahra membenahi kata Ridwan. "Iya, tapi Mas maunya berdoa sampai mau memisahkan kita waktu tua nanti, Sayang!" kata Ridwan. "Aamiin," jawab Zahra. Ridwan kembali memeluk istrinya dengan erat seolah sangat takut kehilangan. "Ra, Selama menikah denganmu, Mas tidak pernah merasakan perasaan yang naik turun!" kata Ridwan. Zahra kemudian menatap suaminya intens, "Benarkah, Mas?"Ridwan mengangguk, "Rasa cinta ini terus bertambah dan bertam

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 142. Perjalanan.

    Tamparan panas itu mendarat sepenuhnya di pipi putih dan mulus Delena. Hingga Delena terdorong karena kuatnya tamparan sang Papa, kemudian dipegangnya pipinya yang panas itu.Delena tak bisa menyembunyikan sakit hatinya karena perlakuan yang dia terima dari Papa dan Mamanya. "Pah, Delena tidak pernah menyangka Papa akan memihak wanita itu! Aku anakmu, Pah!" teriak Delena tak terima. "Papa tidak memihak Zahra, tapi tidak mendukungmu, Delena! Beraninya kamu melemparkan tubuhmu seperti jalang pada sahabat Papa!" pekik Papa Edar. Papa Edar terlihat memerah dengan mata tajam penuh aura mencekam membuat Delena tak berani lagi membantah."Jawab, Del! Kenapa?" teriak Papa Edar.Delena menatap Papanya tak kalah tajam, "Karena hanya Paman Emir yang bisa membantu melancarkan rencanaku!" jawabnya pelan. Papa Edar dan Mama Yila sampai menggelengkan kepala mendengar jawaban putri mereka. "Dan apa kau berhasil?"

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 141. Tamparan Papa Edar

    Setelah selesai memasukkan ke dalam oven, Zahra menuju ke kamar untuk melakukan kewajiban subuhnya. Karena adzan sudah berkumandang. Zahra masuk dan melihat Ridwan sudah duduk di atas sajadahnya. Tanpa banyak kata Zahra membersihkan diri dari najis dan berwudhu, kemudian duduk di sajadah belakang suaminya yang sudah disiapkan. Ridwan kemudian berdiri dan mulai sholat subuh berjamaahnya. Selepas sholat, Zahra mencium tangan suaminya dengan takdzim. "Terima kasih sudah menyiapkan sajadahku, Mas!" kata Zahra. Ridwan mengangguk, "Iya, Sayang! Terima kasih juga tetap kembali sholat walau Mas tau Zahra kesal!" Zahra mengangguk kemudian berdiri dan melepas mukenanya. Ovennya sudah dia atur selama 45 menit, jadi Zahra harus turun. "Kenapa cepat-cepat, Sayang?" tanya Ridwan.Ridwan merasa Zahra menghindarinya. "Iya Mas, oven tadi aku atur di 45 menit!" jawab Zahra jujur.

  • Noda Di Balik Cadar sang Ustadzah   Bab 140. Ijin ke Tarim dan Indonesia.

    Zahra terkejut dengan serangan Ridwan yang mendadak pada pabrik Asi kembar.Dan Ridwan semakin melanjutkan aksinya untuk memberikan nafkah batin pada sang istri. Dia juga sangat rindu pada Zahra. Rindu aktifitas mereka yang telah lama vakum. Ridwan menikmati setiap apa yang dia lakukan pada Zahra. Dan setiap suara yang Zahra keluarkan, semua direkam oleh otak dan hati Ridwan. Ridwan melakukannya dengan lembut dan penuh kasih sayang pada sang istri. "Arghhh!" hingga Ridwan mencabut pusakanya dan mendapat pelepasannya. Menimbang usia kandungan Zahra yang sudah delapam bulan memang dianjurkan untuk sering melakukan hubungan badan. Namun memang dilarang di keluarkan di dalam karena dapat memicu kontraksi palsu. Ridwan kemudian memeluk Zahra dan menarik selimutnya. Meresapi rasa yang masih bisa dirasakan dengan senyum tersungging di bibir mereka. "Terima kasih, Ra! Ini s

DMCA.com Protection Status