Beranda / Romansa / Noda Dalam Luka / POV Ibu Lisna Season 2

Share

POV Ibu Lisna Season 2

Penulis: Nana Marlina
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

 POV Ibu Lisna

Betapa terkejutnya kami ketika Lisna pulang bersama pemuda yang asing. Kami menatap penampilannya dari ujung kaki sampai rambut. Sangat aneh, pemuda seusia dia memakai baju yang kusut. Bahkan bisa dikatakan sedikit dekil. Bila dibandingkan dengan cara berpakaian para pemuda di sini sangat jauh berbeda.

Suamiku sendiri tidak suka dengan gaya berbicaranya yang melambung tinggi. Pemuda yang berpakaian lusuh dan kelihatan dekil, dia berkata jika anak dari seorang petani yang sukses. Memiliki berhektar-hektar kebun dan sawah.

Suamiku yang merupakan ayahnya Lisna tentu saja tidak senang, bahkan dia mewanti-wanti supaya Lisna tidak berpacaran dengan dia. Namun, apalah daya nasi sudah menjadi bubur. Lisna yang biasanya cuek dengan pria kini dia menjadi tergila-gila pada Rudi. Bahkan kami sempat curiga jika Lisna diguna-guna. 

Dari berpacaran yang begitu si

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Noda Dalam Luka   POV Ibu Lisna, Menerima Perceraian dan Pernikahan kedua

    Sakit sekali ketika mendengar cerita Lisna, yang hidup menderita selama dua tahun di sana, bersama suami terkutuknya Rudi. Serasa seribu sesal hadir di dalam kalbuku sebagai seorang ibu, yang telah melepaskan sang buang hati.Siang itu tepatnya hari raya Idulfitri, Lisna pulang bersama putrinya. Tanpa adanya Rudi yang mengantarkan. Artinya Lisna pulang seorang diri, ketika hari raya.Namun, pada hari raya kedua Rudi berkunjung ke rumah kami bersama dengan sahabatnya. Tidak dapat dihindarkan lagi keributan pun terjadi. Di antara Lisna dan Rudi mereka berdua beradu argumentasi yang saling menyalahkan satu sama lain.Teriakkan demi teriakan, hujatan demi hujatan saling bersahutan memekakkan telinga.Lisna pun menangis dibarengin dengan tangisan Rere, yang pilu.Suamiku yang baru saja selesai mandi menjadi sangat emosi. Dia dengan refleks mengambil golok, sambil berteriak hendak membunuh Rudi."Mati kamu!" umpat suamiku.Rudi mengelak l

  • Noda Dalam Luka   Pov Ibu Lisna Pamit Pulang

    Pikiranku eros-ku meronta-ronta, membayangkan apa yang terjadi semalam antara Indra dan Resti."Auh," teriakkanku, tatkala jidat ini menabrak pintu kamar yang membisu."Kenapa Bu, kok teriak-teriak?" tanya suamiku."Anu pak, anu," jawabku gugup, hati ini berusaha untuk merahasiakan apa yang ada dalam benakku."Cek, anu apalah? Yuk kita sholat berjamaah!" tungkas suamiku."Iya, iya," jawabku, sambil mengikutinya dari belakang. Ternyata dia sudah siap untuk salat.Kami menuju ke samping rumah mewah ini, tepatnya di Mushollah pribadi milik keluarga Indra.Satpam, tukang kebun, asisten rumah tangga, Lisna, anak pertama dan keduaku, ayahnya Lisna dan aku melakukan sholat berjamaah, sedangkan Indra dan ibu tirinya tidak ikut bersama.Selesai melakukan sholat mereka melakukan aktivitas seperti biasanya, sedangkan aku bersama suami mengelilingi taman belakang rumah, yang sangat luas. Bahkan ada beberapa pohon jeruk madu yang sedang ber

  • Noda Dalam Luka   Mencari keberadaan Mas Indra

    Siang hari ini terasa sepi, tatkala orang tua dan saudaraku sudah pulang. Rere pun di antarkan untuk mendaftar sekolah oleh Indra. Tidak dipungkiri kasih sayang Indra pada Rere begitu besar, layaknya seorang ayah pada anaknya."Nyonya Lisna, aku ingin mengatakan sesuatu, tetapi takut," celetuk Yanti, yang membuyarkan lamunanku.Aku menatap tajam ke arah Yanti dengan penuh selidik. Gadis itu mengikat rambut panjangnya seperti ekor kuda, memandangku dengan tatapan mata bulatnya yang aneh. Yanti memiliki kulit hitam manis dan tubuh yang langsing, sangat cantik untuk dikatakan seorang pembantu."Iya, silahkan katakan!" sahutku."Tapi nyonya, bisakah berjanji untuk tidak menceritakan kepada siapapun, aku takut di pecat," rengek Yanti."Baiklah," jawabku singkat. Namun, dalam hati penuh dengan sejuta pertanyaan yang tidak ada jawabannya."Nyonya, nanti malam pura-pura tidur, jika Tuan Indra bangun sebaiknya pura-pura tidak tahu, lalu ikutin dia! I

  • Noda Dalam Luka   Prihal Kehamilan Mama Resti

    Kegiatanku setiap hari setelah Mas Andre berangkat ke toko, ialah pergi shoping bersama Mami Resti. Kadang Mama Resti bercerita tentang deritanya memiliki suami yang lumpuh. Tidak bisa melayaninya di ranjang asmara. Terdengar sangat memilukan setiap curhatan hatinya.Hari demi hari keakraban aku dengan Mami Resti, makin bertambah, bahkan dia bercerita prihal kisah kelamnya, yang terpaksa menjalin hubungan terlarang dengan sosok pria dambaan hatinya. Namun, dia enggan menyebutkan nama sosok pria tersebut."Suatu saat kamu akan tahu siapa dia dan di saat itu, berjanjilah kamu tidak akan membenciku walaupun sedikit saja!" rengek Mami Resti padaku, di kala senja."Tentu saja, aku tidak akan pernah bisa membenci Mami," jawabku, sembari tersenyum manis."Terima kasih, Sayang, maukah kamu berjanji!" ucap Mami penuh harap."Tentu saja," sahutku ringan. Namun, di dalam hati mulai berpikir

  • Noda Dalam Luka   Menyaksikan perselingkuhan Mami Resti dan Suamiku.

    "Anu, anu, Nyonya, supaya Rere memiliki adik," jawab Pak satpam gugup.Kemudian dia dengan tergesa-gesa meninggalkan diriku, yang sedang menunggu jawaban darinya. Namun, sampai beberapa saat tidak juga ada jawaban yang tersurat.Tiba-tiba saja suara sirene kecil terdengar dari kamar utama membuat aku sangat terkejut, sebab bel berbunyi pada saat tidak ada orang di dalam rumah selain aku.Suara sirine itu ialah sebuah alat yang terletak di tepi ranjang ayah. Ayah mertua bisa menggerakkan tangannya dengan sangat pelan, jadi di ranjangnya dipasang sebuah bel yang berbunyi seperti sirene. Setiap membutuhkan sesuatu dia akan memencet bel tersebut. Aku memberikan diri untuk masuk, karena di rumah sedang tidak ada orang. Namun, terkejutnya aku setelah sampai di dalam kamar tersebut, ternyata ada perempuan setengah baya, yang sedang mengganti diapres milik ayah."Siapa kamu?" selidikku."Aku adalah asisten ya

  • Noda Dalam Luka   Aku juga Hamil

    "Mas Indra, cepat bangun antar aku ke rumah Bu Bidan!" perintahku pada Mas Indra, yang masih tertidur pulas."Sebentar, aku ngantuk sekali!" sahutnya tanpa membuka mata.Aku beranjak bangun dari pembaringan, membuka pintu koridor, kemudian duduk di teras kamar. Pandanganku menyapu ke penjuru angkasa, menampakkan awan biru yang unik."Sangat indah," gumamku.Bulir-bulir bening kembali mengalir dari sudut mata yang sembab milikku. Pikiranku meronta-ronta membayangkan setiap malam, suami yang tercinta bercinta dalam jeratan setan. Banyak perempuan di dunia ini. Namun, mengapa harus dengan dia, ibu tirinya sendiri? Ah, pikiran ini begitu menyiksa jiwa, bahkan sepertinya bisa membuat perempuan yang tidak kuat rohaninya bisa gila.'Mengapa aku selalu terjebak pada lelaki berengsek? Apakah dosa yang telah aku lakukan di kehidupan sebelumnya, sehingga harus memiliki nasib seperti?'

  • Noda Dalam Luka   Aku Yang Tersakiti

    "Indra, Indra, Indra, antar aku ke rumah Dokter!" pekik Mami Resti dari balik pintu kamar.Dalam hati ini ada perasaan benci dan cemburu, mendengar Mami Resti memanggil dan memerintah suamiku seenak jidatnya sendiri. Untuk kali ini tidak ingin rasanya mengalah seperti biasa."Mami Resti, hari ini Mas Indra mau menemani aku pulang kampung," sahutku dengan suara yang kubuat selembut mungkin, sambil membuka pintu kamar."Mau berapa lama kalian di Kampung dan ada kepentingan apa sampai Indra harus ikut serta?" selidik Mami Resti dengan mata yang melotot, seperti sedang mengintrogasi pencuri. Mungkin dalam hati dia yang aneh, menganggap aku adalah pencuri kekasihnya.

  • Noda Dalam Luka   Pulang Dari Puncak

    Selama berada di puncak aku dan Rere mengisi waktu siang dengan mengelilingi kebun teh milik warga. Aku mencoba untuk tersenyum di depan putriku satu-satunya, agar dia tidak merasa curiga dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam rumah tangga kami. Walaupun terasa sangat menyakitkan. Namun, semua ini terpaksa dilakukan demi masa depan Rere dan juga calon bayi dalam rahim ini.Suasana yang teduh dan cuaca dingin, membuat aku teringat akan kebun kopi coklat milik mendiang mantan suami. Ah, aku mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskan dengan pelan, serta panjang.Tidak terasa mata ini pun berembun dan rintik-rintik hujan pun turun dari sela-sela mataku, yang mulai cekung."Bunda, kenapa menangis?" selidik Rere yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingku."Rere, mana jagung bakarnya?" tanyaku, sambil menyeka air mata."Ini,

Bab terbaru

  • Noda Dalam Luka   Lisna melahirkan

    Aku menikmati sarapan pagi seorang diri setiap kali Rere pergi ke sekolah. Setelah Mas Indra dan Mami Resti berada di rumah serambi. Mereka tidak lagi datang ke rumah utama untuk sekadar menikmati makanan bersama atau alasan apapun. Semua kebutuhan mereka hidup mereka ditanggung oleh Papa, tapi semua serba mentah. Sehingga tangan perempuan selembut mami Resti harus memasak dan mencuci baju. Sungguh kehidupan yang memprihatinkan.Hari berlalu begitu cepat, Minggu berganti bulan dan bulan pun berganti bulan, sampai tiba di suatu malam. Aku melahirkan seorang anak laki-laki yang merupakan ahli waris dari keluarga Indra.Suara tangisannya memecahkan keheningan malam. Melukis sebuah rasa bahagia dalam hati kami, kecuali Mami Resti yang sudah menjabat sebagai istri sirih Mas Indra. Dunia memang sangat pelik. Dalam sekejap mata ibu mertua kini sudah menjadi adik maduku.Ayah tiada henti-hentinya mengucapkan terima k

  • Noda Dalam Luka   Siapa yang menciumiku?

    Yanti berucap dengan suara tergesa-gesa. Suaranya terbata-bata dan napasnya tersengal sengal. Mendengar ucapan dari asisten rumah tangga berbaju kuning dan bercelana jeans hitam itu, Papa tampak matanya melotot. Seakan-akan kedua bola mata tajam ingin meloncat dari kelopaknya.Sementara itu, aku hanya mampu menelan ludah getir bercampur aduk dengan perasaan yang tidak menentu. Antara bahagia, takut, sakit hati dan cemburu. Bahagia sebab Mas Indra sudah pulang ke rumah, bisa melakukan makan malam bersama dan kegiatan lainnya layaknya seperti suami-istri.Rasa takut dan was-was bila sampai Mas Indra mengetahui semua harta kekayaan keluarganya sudah dihibahkan pada kedua anakku. Sakit hati setiap teringat malam itu, di mana aku menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Suami yang tercinta dan ibu mertua sedang bercumbu ria di kasur kamarnya. Masih terbayang kejadian menjijikan itu, mereka saling menjilat dan mengulum tubuh di depannya.

  • Noda Dalam Luka   Mereka Pulang Dari Rumah Sakit

    Hari berlalu begitu cepat, tak terasa sore pun segera menghampiri diriku yang masih bermalas-malasan di pembaringan.Rasa malas ini hadir begitu saja, setelah usia kehamilan memasuki lima bulan. Membuat aku menghabiskan sebagian hari di kamar tidur.Beberapa saat kemudian, Rere memasuki kamar. Dia memakai gaun putih berenda pink di bagian bawah gaunnya yang sepanjang lutut. Senyum manis mengembang di bibirnya mungilnya. Putriku Rere sungguh cantik sekali.Langkah kaki mungil perlahan mendekat tempat aku sedang merebahkan diri. Dia duduk di tepi ranjang, sambil kakinya menjuntai."Bunda, kok Papa Indra lebih sayang Oma Resti dari pada Bunda?" tanya Rere dengan begitu polosnya.Seakan-akan ada sebuah batu besar yang ditimpuk ke dadaku. Sangat sakit sekali mendengar ucapan Rere yang begitu polos."Tidak, Sayang. Oma Resti kan masih sakit,

  • Noda Dalam Luka   Bahagia Atau Sedih

    Aku mengajak Rere meninggalkan kamar berbau obat itu, memegang tangan kirinya penuh kasih sayang. Melewati koridor yang ramai oleh perawat yang bertugas untuk membagi obat pada pasiennya.Sesekali tangan kiriku, mengapus air mata yang tidak berhenti berderai. Supaya Rere tidak melihat tangis yang tertahan, tetapi sangat menyakitkan.Sesampainya di luar rumah sakit Ibu dan Anak, kami segera menuju ke perhentian bus berbaur dengan calon penumpang lainnya.Cuaca mendung membuat aku menggigil, laksana hati ini yang kedinginan dan mendambakan pelukan seorang suami.Tidak berapa lama kemudian, mobil bus berhenti. Namun, ketika kaki ini melangkah maju. Tiba-tiba saja sebuah mobil berwarna hitam berhenti di belakang mobil bus. Terdengar suara panggilan yang begitu akrab di telinga."Nyonya Lisna!"Sopir pribadi Ayah mertua mengeluarkan kepalanya dari jendela mobil mewah berwarna hitam. Tangannya melambai, bibirnya terse

  • Noda Dalam Luka   Mami Resti Keguguran

    "Apa yang sedang kalian lakukan?" bentak ayah mertua.Seketika kami terperanjat, ayah mertua yang tergeletak di dipannya, tiba-tiba keluar dari kamar dengan menaiki kursi roda, yang didorong oleh Bik Ijah.Sontak saja Mami Resti yang sedang merebahkan kepalanya di pangkuan Mas Indra, langsung beranjak bangkit dengan muka yang pucat pasi.'Yess,' hatiku bersorak kegirangan."Ayah sudah sehat? Kapan kok aku tidak tahu?" tanya Mas Indra, dengan muka pucat."Kenapa aku harus lapor sama kamu? Kamu saja tidur di kamar Ibu tirimu tidak pernah lapor padaku?" sergah Ayah mertua, yang membuat Mas Indra yang mukanya berubah merah padam. Seakan-akan dia baru saja ditampar."Berkat kecerdasan Lisna dan kerja sama dengan Bik Ijah, aku mendapatkan perawatan dari dokter yang bertanggung jawab," terang Ayah.Mas Indra dan penyihir itu menatapku dengan tajam, seolah-olah mereka akan me

  • Noda Dalam Luka   Pulang Dari Puncak

    Selama berada di puncak aku dan Rere mengisi waktu siang dengan mengelilingi kebun teh milik warga. Aku mencoba untuk tersenyum di depan putriku satu-satunya, agar dia tidak merasa curiga dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam rumah tangga kami. Walaupun terasa sangat menyakitkan. Namun, semua ini terpaksa dilakukan demi masa depan Rere dan juga calon bayi dalam rahim ini.Suasana yang teduh dan cuaca dingin, membuat aku teringat akan kebun kopi coklat milik mendiang mantan suami. Ah, aku mengambil napas dalam-dalam dan mengembuskan dengan pelan, serta panjang.Tidak terasa mata ini pun berembun dan rintik-rintik hujan pun turun dari sela-sela mataku, yang mulai cekung."Bunda, kenapa menangis?" selidik Rere yang tiba-tiba saja sudah berada di sampingku."Rere, mana jagung bakarnya?" tanyaku, sambil menyeka air mata."Ini,

  • Noda Dalam Luka   Aku Yang Tersakiti

    "Indra, Indra, Indra, antar aku ke rumah Dokter!" pekik Mami Resti dari balik pintu kamar.Dalam hati ini ada perasaan benci dan cemburu, mendengar Mami Resti memanggil dan memerintah suamiku seenak jidatnya sendiri. Untuk kali ini tidak ingin rasanya mengalah seperti biasa."Mami Resti, hari ini Mas Indra mau menemani aku pulang kampung," sahutku dengan suara yang kubuat selembut mungkin, sambil membuka pintu kamar."Mau berapa lama kalian di Kampung dan ada kepentingan apa sampai Indra harus ikut serta?" selidik Mami Resti dengan mata yang melotot, seperti sedang mengintrogasi pencuri. Mungkin dalam hati dia yang aneh, menganggap aku adalah pencuri kekasihnya.

  • Noda Dalam Luka   Aku juga Hamil

    "Mas Indra, cepat bangun antar aku ke rumah Bu Bidan!" perintahku pada Mas Indra, yang masih tertidur pulas."Sebentar, aku ngantuk sekali!" sahutnya tanpa membuka mata.Aku beranjak bangun dari pembaringan, membuka pintu koridor, kemudian duduk di teras kamar. Pandanganku menyapu ke penjuru angkasa, menampakkan awan biru yang unik."Sangat indah," gumamku.Bulir-bulir bening kembali mengalir dari sudut mata yang sembab milikku. Pikiranku meronta-ronta membayangkan setiap malam, suami yang tercinta bercinta dalam jeratan setan. Banyak perempuan di dunia ini. Namun, mengapa harus dengan dia, ibu tirinya sendiri? Ah, pikiran ini begitu menyiksa jiwa, bahkan sepertinya bisa membuat perempuan yang tidak kuat rohaninya bisa gila.'Mengapa aku selalu terjebak pada lelaki berengsek? Apakah dosa yang telah aku lakukan di kehidupan sebelumnya, sehingga harus memiliki nasib seperti?'

  • Noda Dalam Luka   Menyaksikan perselingkuhan Mami Resti dan Suamiku.

    "Anu, anu, Nyonya, supaya Rere memiliki adik," jawab Pak satpam gugup.Kemudian dia dengan tergesa-gesa meninggalkan diriku, yang sedang menunggu jawaban darinya. Namun, sampai beberapa saat tidak juga ada jawaban yang tersurat.Tiba-tiba saja suara sirene kecil terdengar dari kamar utama membuat aku sangat terkejut, sebab bel berbunyi pada saat tidak ada orang di dalam rumah selain aku.Suara sirine itu ialah sebuah alat yang terletak di tepi ranjang ayah. Ayah mertua bisa menggerakkan tangannya dengan sangat pelan, jadi di ranjangnya dipasang sebuah bel yang berbunyi seperti sirene. Setiap membutuhkan sesuatu dia akan memencet bel tersebut. Aku memberikan diri untuk masuk, karena di rumah sedang tidak ada orang. Namun, terkejutnya aku setelah sampai di dalam kamar tersebut, ternyata ada perempuan setengah baya, yang sedang mengganti diapres milik ayah."Siapa kamu?" selidikku."Aku adalah asisten ya

DMCA.com Protection Status