"Husna, hentikan!"Hampir saja ujung gunting itu melukai wajah Hanum jika Thana tidak sampai tepat waktu. Dia memang berniat menyusul Hanum ke kamarnya, tetapi karena sakit kepala, dia baru beranjak setelah mendengar bunyi benda dibanting. Saat sampai di depan pintu, Thana terkejut karena Husna memegang gunting. Thana segera menghampiri Husna dan merebut guntingnya."Apa yang kamu lakukan, Husna? Kamu ingin melukai Adikmu? Apa kamu hilang akal? Dan kenapa tangan Hanum berdarah?"Sakit kepala seketika menyerang Thana lagi. Dia memegang kepalanya sebentar kemudian berteriak. "Sudah, cukup, kalian! Ayah sakit kepala sekarang. Jadi, kita bicarain ini lain waktu. Husna kembali ke kamar! Dan Hanum ... obati tanganmu."Saat itu Husna yang masih kesal, ingin protes. Namun, Thana langsung menyentaknya."Kembali ke kamarmu, Husna! Jangan buat ayah bicara 2 kali."Alih-alih langsung kembali ke kamarnya, Husna masih tidak juga beranjak. Dia masih menatap Hanum dengan penuh kebencian. Sementa
"Lukanya tidak dalam, jadi gak perlu dijahit. Jangan kena air dulu ya dan 2 hari lagi, bisa kontrol ke rumah sakit buat bersihin lukanya supaya gak membekas."Dokter mengatakan itu setelah mengobati punggung tangan Hanum. Wanita itu mengiyakan nasehat dokter dan berterima kasih. Setelah itu, dia kembali ke rumah bersama Hajin. Sesampainya di rumah, Karimah-asisten rumah tangga Hajin yang menyambut, langsung terkejut melihat tangan Hanum. "Ya Allah, Nyonya ... kenapa tangannya? Apa ini ulah Tuan?" Karimah lantas menatap dengan menyelidik pada Hajin. Karena sudah merawat Hajin bertahun-tahun, Karimah sudah seperti Bibi sendiri untuk Hajin. "Bukan aku! Memangnya apa yang bisa aku lakuin sampe bikin tangannya kayak gitu, Bi?!"Hajin mengelak. Karimah menghela napas."Ya, siapa yang tahu? Tuan dan nyonya muda kan pengantin baru dan masih semangat-semangatnya. Tuan bisa saja kelewatan.""Astaga! Yang benar saja! Aku tidak sebringas itu, Bi!" ujar Hajin menegaskan."Tolong, siapkan maka
Hanum tidur dengan tidak nyaman karena tangannya yang sakit. Dia juga belum terbiasa tidur bersama orang lain meskipun dia dan Hajin sudah pernah melakukan hal yang lebih. Melihat Hanum yang terus terjaga, Hajin ikut tidak bisa tidur. "Sakit?"Hajin bertanya dengan satu kalimat. Hanum menoleh ke samping. Dia jadi ingat pertanyaan Hajin sebelumnya, tepatnya ketika mereka selesai berhubungan untuk pertama kali. "Bapak selalu tanya begitu. Pas malam pertama, Bapak juga menanyaiku seperti itu. Apa saat menahan sakit, wajahku terlihat jelas?" Hanum basa-basi. Entah kenapa dia berharap bisa mengobrol lebih banyak dengan Hajin malam ini dan melupakan hal-hal yang sudah terjadi."Kalau gak tanya, gimana aku bisa tahu? Aku gak manusia super yang bisa tahu isi hati orang, Hanum. Jadi, kamu harus katakan kalau memang sakit atau apa pun yang kamu rasakan. Biar aku juga bisa ngambil langkah yang tepat. Sama aja kayak bisnis."Hajin menjeda ucapannya. Pria itu mulai membelai rambut Hanum dan men
Husna sudah memantau kedatangan Hanum sejak tadi. Dia memperhatikan dari jendela lantai atas dan melihat Hanum tidak berangkat bersama Hajin. Husna jadi curiga, apa benar, laki-laki yang di rumahnya kemarin adalah Hajin?Jika iya, kenapa Hanum tidak berangkat bersamanya? Untuk mencegah gosip di kantor? Hhh, omong kosong.Husna lalu kembali ke tempat duduknya. Dia kemudian memutar kursi dan menghadap ke meja Salsa. "Eh, Sal ... Pak Hajin tuh ganteng ya? Aku denger dari kenalanku, dia gak kayak yang dibicarain di kantor selama ini."Husna mencoba untuk menggali informasi. Karena selain pengkoleksi barang KW, Salsa adalah tukang gosip nomor satu di kantor ini. "Entahlah, dulu salah satu sekretaris Pak Hajin ada yang bilang dia ganteng banget. Tapi, gak lama sekretaris itu dipecat dengan alasan yang gak pasti. Setelah itu gak ada yang bicarain masalah Pak Hajin lagi. Bapak juga gak pernah nongol di acara resmi kantor. Jadi, perempuan-perempuan kantor mulai ngomong kalau Pak Hajin mungki
Hanum tidak pernah ke luar negeri sebelumnya, tapi dia memiliki paspor untuk tugas kuliahnya dulu. Jadi, dia hanya perlu belajar untuk menjadi sekretaris yang baik bagi Hajin. "Kalau perjalanan dinas, Pak Hajin sendiri yang bakal negosiasi sama klien. Kita cukup bikin notulen meetingnya aja. Makanya, kita harus bisa paling gak bahasa Inggris sama Mandarin. Kalau kamu masih gak bisa, kamu bisa rekam percakapan meetingnya terus nanti baru dinotulen. Cuma … yang dasar-dasar aja kamu harus ngerti. Karena kadang kita juga ditanya-tanya sama klien kan."Reyna menjawab begitu saat Hanum bertanya kemarin."Pertanyaannya tentang apa biasanya, Kak?""Biasanya lebih banyak tanya soal Pak Hajin. Kalau masalah perusahaan jarang." Reyna menjelaskan sesuai pengalaman."Malah gitu ya?" "Iya. Karena masalah perusahaan bisa mereka tanyakan langsung, tapi klien kan pengen kerjasama sama orang yang dipercaya. Cara gampangnya ya lewat karyawannya. Kalau karyawannya puas di bawah kepimpinan CEO, berarti
Husna Thana bagi Hajin tak lebih dari perempuan murahan yang sekarang berjalan di hadapannya dengan memamerkan dada. Apa perempuan itu berpikir bahwa dia akan tertarik dengan tubuhnya? Apa dia berpikir bahwa jika dia tahu tentang hubungannya dengan Hanum, dia akan merasa terancam dan menurutinya?Husna salah!Hajin Pranadipa bukan orang yang bisa diancam."Pergi dari ruanganku jika kamu tidak mau dipecat Husna Thana! Aku bukan orang yang bisa bersabar atau punya belas kasihan."Brak!Tangan Hajin membanting folder ke meja hingga membuat Husna sedikit terperanjat. Sungguh berbeda dari bayangan Husna, Hajin ternyata memang orang yang sangat keras. Seperti ini bagaimana Hanum bisa menggoda dan menaklukannya?"Wow, santai, Pak Bos! Anda seperti ini karena tersinggung dengan ucapan saya? Tapi, apa saya salah? Anda meminta Hanum tidur dengan Anda untuk melunasi hutangnya, kan?" Husna masih berusaha tidak gentar. Dia sudah bertekad untuk mendapatkan Hajin bagaimana pun caranya. Hajin menat
Sejak pertama kali menyentuh Hanum, Hajin merasa menemukan penghilang stres yang baru. Deru napas perempuan itu, hangat suhu tubuhnya juga kulitnya yang lembut membuat Hajin lupa akan segalanya saat mereka bersama. Karena itu, di saat pikirannya penuh, Hajin ingin menyentuh Hanum. Sama seperti yang dia lakukan sekarang. Di siang bolong, di jam kantor, sesuatu yang tidak pernah terlintas di pikiran Hajin, justru benar-benar dia lakukan karena Hanum. Hajin ingin merutuki dirinya sendiri setelah dia melakukannya. "Kamu istirahat aja, aku bakal bilang ke Reyna kalau kamu bantuin aku nyocokin laporan dan bajumu ketumpahan kopi. Biar nanti Reyhan yang bawain baju baru buat kamu."Hanum mengeluarkan kepalanya dari selimut. Sejak tadi dia terus mengurung diri. Dia malu Hajin menyentuhnya saat matahari sedang terang-terangnya."Apa itu tidak akan membuat Kak Reyna curiga, Pak? Pakaian saya kayaknya gak kotor, saya masih bisa memakainya lagi setelah mandi. Saya juga baik-baik aja, jadi saya b
"Bapak, boleh saya bertanya?" Hanum berbicara setelah mereka kembali ke hotel."Jangan tanya kalau itu terkait dengan yang kulakukan saat ada Lin Zy tadi."Hajin menegaskan dengan tepat sasaran. Mereka kini sudah masuk ke kamar vip yang Hajin pesan. "Bapak kenapa tadi membela saya? Bapak tidak benci dengan Islam selama ini, kan?" Hanum tetap bertanya padahal Hajin sudah melarang. Hajin menghela napas dan melepaskan jasnya."Percuma kamu minta izin bertanya, tapi saat kularang, kamu tetap bicara, Hanum.""Karena sudah terlanjur, sekalian saja, kan?""Aku tidak berminat menjawab pertanyaanmu."Hajin melemparkan jasnya di sofa dan berjalan ke ranjang."Bapak tahu gak, bagi saya … ucapan dan hati Bapak itu tidak sinkron. Dalam satu waktu, Bapak terlihat benci sekali dengan agama, tapi di waktu lain, Bapak malah membela. Bapak-"Belum sempat Hanum menyelesaikan kata-katanya, Hajin sudah menyahut. "Aku membenci Tuhan, bukan agama. Apa itu cukup untuk membuatmu paham?" Hajin menekankan.
Hanum masih mematung di tempat saat Salsa menunjukkan foto dirinya dengan Hajin di sebuah hotel. Sementara itu terlihat Hajin masuk ke lobi dengan diikuti oleh seorang perempuan muda dengan blouse dan rok panjang modis khas seorang putri kaya. Dia adalah Yuna Sanjaya. Sudah sejak turun di depan gedung, gadis itu mengikuti Hajin. Namun, Hajin mengabaikannya sehingga Yuna merasa kesal. Dia pun menyentak dengan suara nyaring untuk menarik perhatian Hajin."Kak Hajin!"Namun, bukannya Hajin yang menghentikan langkah dan mulai memperhatikannya, orang-orang yang ada di lobi lah yang menatap Yuna, termasuk Hanum.Karena kesal tetap diabaikan oleh Hajin, akhirnya Yuna pun berbicara dengan sembarangan."Kak Hajin, apa kamu benar-benar mau mengabaikanku seperti ini? Apa kamu gak keterlaluan? Aku masih 19 tahun dan kehamilan tanpa pernikahan adalah hal yang sulit. Kamu benar-benar mau tega sama aku kayak gini? Kakak ..."Suara Yuna menjadi parau di akhir.Sementara itu semua orang menjadi tercen
Hanum benar-benar makan malam di luar dengan Hajin. Usai menyelesaikan makannya, Hajin berbicara dengan Hanum. "Besok, kita ke dokter, periksa." Hanum hanya mengangguk dengan senyuman. Sejujurnya dia merasa sangat lega karena sudah memberitahukan tentang kehamilannya pada Hajin. Apalagi respon Hajin juga cukup baik. Hati Hanum menjadi sangat tenang saat ini. "Hm, mau jam berapa? Kalau ke rumah sakit kan biasanya lama. Mau izin kerja?" Hanum memastikan. "Agak siang.""Okay."Setelah menjawab dengan cepat, Hanum kembali melihat meja makannya dan ingin membawa pulang dessert dan cake."Bapak, aku mau dessert sama cake buat dimakan di rumah." "Ya, boleh."Hajin lantas menekan tombol di meja dan seorang waiterss menghampiri mereka. Hanum menyebutkan makanan-makanan yang ingin dia pesan untuk dibawa pulang. Bersamaan dengan itu, ponselnya menyala. Sebenarnya sudah sejak tadi, panggilan dari orang yang sama itu masuk, tetapi Hajin malas mengangkatnya. Ini bukan telefon dari Yuna, mela
"Ada apa? Kamu sama Bi Inah kok ngelihatin aku kayak gitu?"Tingkat kepekaan Hajin yang tinggi membuat pria itu bertanya tanpa basa-basi. Hanum mengambil tangan Hajin untuk disalimi sebelum memberikan jawaban apa-apa."Ada yang mau ditanyain Non Hanum, Tuan muda."Akhirnya Bi Inah yang memulai obrolan. Hajin lantas duduk di samping Hanum. Bi Inah pergi untuk memberi ruang pada suami-istri itu."Ada masalah apa? Apa ada yang gangguin kamu di kantor? Atau Husna neror kamu?" Hajin bertanya seraya menatap Hanum yang menghindari matanya."Gak, bukan apa-apa. Gak ada yang gangguin aku kok." Hanum mengelak. Entah kenapa dia jadi ragu untuk mengungkapkan isi hatinya. Padahal, beberapa waktu lalu dia masih resah dengan sosok tunangan Hajin. Namun, setelah dia pikirkan kembali, Hanum merasa dia tidak perlu menanyakannya. Karena bisa jadi benar apa kata Bi Inah, Hajin saja tidak menganggap bahwa dirinya memiliki tunangan. "Katanya, di kamus cewek itu kalau gak ada apa-apa, artinya ada sesuatu.
Persidangan Husna atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Hanum berlangsung dengan gaduh. Pasalnya Husna mengelak tuduhan itu dan mengkambinghitamkan anak buahnya. Sampai-sampai bawahannya itu mengaku bahwa dialah yang berinisiatif mencelakai Hanum. "Ya, benar. Apa yang dikatakan Nona Husna, Pak Hakim. Saya yang melakukan kejahatan itu sendiri karena saya benci dengan Nona Hanum. Saya dipecat dari pekerjaan saya sebab Nona Hanum sehingga istri saya … istri saya meminta cerai dan keluarga saya jadi berantakan …"Hajin menghela napas kasar menyaksikan pria paruh baya itu memberikan pernyataan dengan suara gemetar. Seharusnya melihat gestur tubuh sopir itu, hakim meragukan pernyataannya. Namun, pengacara keluarga Thana berdalih bahwa sopir itu gugup dan ketakutan. Jaksa penuntut dari Hajin pun meminta penyelidikan lebih lanjut dan persidangan ditunda. Hajin segera keluar dari pengadilan setelahnya. Walaupun ada Arvin yang memanggil-manggil namanya, Hajin mengabaikan sepupunya itu be
Hanum tampil cantik dengan long dress berwarna sage. Baju dengan perpaduan kain tile yang elegan itu tampak membalut tubuhnya dengan sangat pas. Sedikit berlebihan menurut Hanum jika ini hanya untuk makan malam klien.Hanum pun bertanya pada sopir."Pak, tahu gak nanti aku sama Pak Hajin bakal ketemu siapa?"Edo, sang sopir pun menggeleng."Mohon maaf, Nyonya. Saya cuma disuruh Tuan buat nganterin Nyonya ke tempat tujuan. Soal bertemu siapa dan keperluan apa, saya kurang tahu."Hanum mengangguk pelan dan bersandar di jok penumpang."Baiklah, Pak."Mereka kemudian melanjutkan perjalanan dalam keheningan. Sesampainya di depan hotel bintang 5, Edo membukakan pintu mobil. Hanum keluar dan langsung disambut oleh karyawan. Perasaannya agak aneh. Dia diperlakukan terlalu baik untuk ukuran pertemuan binis. Hanum jadi penasaran sebenarnya siapa klien yang akan dia temui bersama Hajin.Karyawan hotel mengantarnya ke restoran dan didapatinya Hajin sedang menunggu sendirian. Hanum pun memanggilny
Siang hari ini persidangan pertama antara Prana Packaging dan Artaya Packaging telah digelar. Meskipun agak riweh dengan bantahan-batahan oleh Arvin, pada akhirnya pihak Prana Packaging lebih memiliki cukup bukti atas hak milik produk bio nature.Tok! Tok! Tok!Terlihat hakim mengetok palu untuk memberikan keputusan."Baik, atas bukti-bukti baru yang diberikan oleh penggugat, Pengadilan akan mempelajari dan memverifikasi bukti tersebut. Jika terbukti bahwa Artaya Packaging telah melakukan plagiat atas desain dan peluncuran produk, pihak tergugat akan dihukum sebagai mana mestinya. Untuk itu keputusan persidangan hari ini ditunda."Mendengar ucapan hakim, Arvin mengumpat pelan. Sementara itu Hajin mendengus napas kemudian pergi setelah persidangan ditutup. Tanpa dia sangka, di luar gedung pengadilan telah berjajar para wartawan yang ingin menemuinya. Reyhan dengan sigap menghadang para wartawan itu. Namun, mereka masih tetap memaksa untuk mengajukan pertanyaan."Pak Hajin ... setelah l
"Pelan-pelan makannya, Hanum. Gak ada yang minta."Hajin mengingatkan sembari menyeka bibir Hanum yang belepotan saat memakan tteobokki. Hanum meringiskan senyumnya. "Habis enak, Pak. Bapak yakin gak mau?" tanya Hanum memastikan. "Lihat kamu makan aja udah kenyang ak-"Belum sampai Hajin menyelesaikan kata-katanya, Hanum sudah menyuapinya. Hajin sedikit terkejut, sedangkan Hanum hanya meringis. "Pedes ya, Pak?"Dia lalu mendekatkan minuman pada Hajin. Pria itu menelan makanannya kemudian minum."Gak terlalu," jawab Hajin dengan singkat."Mau lagi?""No."Hajin menggeleng. Hanum kemudian mengambil Bugoppangnya."Mau yang ini? Isinya kacang merah, pasti manis." Dia menawarkan. Hajin menggeleng kembali. "Buat kamu aja."Hanum kemudian mengerucutkan bibir dan mulai mengeluarkan kue yang masih panas itu dari wadahnya. "Ya udah, aku makan sendiri aja kalau gitu."Hanum lantas menikmati makanannya dengan gigitan sedang seperti biasa. Hajin hanya memperhatikannya dengan tatapan dalam se
Sinar blitz dan suara kamera memenuhi ruang konferensi pers yang diadakan oleh Yi Jin. Pria itu terlihat tampan dengan setelan jas formal yang mahal. Aktor Korea populer yang telah merambah ke Hollywood itu menggemparkan para fans dengan isunya yang akan berhenti dari aktivitas entertaiment. Dia dikabarkan ingin berfokus pada bisnisnya. Karena itu dia mengadakan jumpa pers untuk mengklarifikasi isu yang ada.Yi Jin tersenyum tanpa gugup di depan kamera. Dia juga melambaikan tangannya pada penggemar yang ikut datang hari ini. Sementara itu Hanum hanya bisa mengamati Yi Jin dari jauh dengan topi dan masker bersama Reyna.Sejak awal Hajin mengajaknya ikut ke Seoul bukan untuk menunjukkan Hanum pada publik, melainkan mengamankan wanita itu di sisinya. Jadi, hanya Hajin sendiri yang akan tampil di depan kamera hari ini. "Halo, saya Kim Yi Jin. Isu tentang saya akan berhenti dari dunia hiburan dan berfokus untuk bisnis saya memang benar."Yi Jin memulai konferensi persnya. Dia tetap tenang
"Bapak mau bicarain apa? Kayaknya serius banget?"Hanum bertanya di antara kegelisahan hati yang coba dia sembunyikan. Hajin kini sudah duduk di seberang sofa depannya."Minggu depan kamu harus ikut aku ke Seoul. Yi Jin bakal ngadain konferensi pers buat perilisan perusahaan mobil dan aku akan datang sebagai investor utama."Penuturan Hajin membuat keresahan Hanum hilang dan berganti rasa penasaran."Investor utama? Bukan owner?" Hanum memastikan bahwa dia tidak salah dengar."Ya, investor. Aku gak jadi pindah ke Seoul. Karena satu dan hal lain, aku mutusin buat ikut pemilihan suksesor ketua Prana Group."Seketika Hanum tercengang."Apa? Prana Group yang itu?" kata Hanum masih terkejut."Maksud Bapak, Bapak mau ikut perebutan posisi ketua grup?" lanjut Hanum berusaha meluruskan pikirannya.Hajin mengangguk dengan mantap. Hanum justru mengerutkan dahinya."Kenapa tiba-tiba?" Hanum bertanya, terlihat dia begitu khawatir pada Hajin."Bapak bilang gak mau terikat dengan Prana Grup lagi. T