Share

Rapuh

Setelah berdialog beberapa menit, pada akhirnya mereka duduk di dekat ruang laboratorium. Hari itu sepi menggantung di pintu yang tertutup rapat. Ada perawat yang jaga, tetapi tidak ada yang meminta dicek lab. Shofi memilih tempat itu karena jauh dari keramaian, sementara Bunda dipinta menunggu di ruang inap. Ada hal yang perlu dibicarakan dengan Putra.

"Aku tidak punya alasan untuk membencimu, Putra." Shofi menempatkan pantat ke kursi tunggu.

Mahes yang turut serta dalam obrolan keduanya mendadak berdecak.

"Syukurlah,"

"Persoalannya bagaimana nasib malang Tuan Hendra, jangan terlampau menaruh amarah kepadanya, Putra. Dia demikian karena punya alasan,"

"Alasan untuk memperkaya diri? Jalan hitam yang dia tempuh faktanya membuat hidupku dipenuhi dengan dosa, Shofi. Aku tidak pernah merasa tentram," protes Putra sambil mengenang kegelapan di jalanan semasa dirinya masih bisa mengayunkan langkah. Aroma alkohol mengendap di kedua lubang, teriakan gadis berpakaian minim terngiang di ge
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status