Ketika dia mengatakan ini, Bibi Inem juga bereaksi dan memandangnya dengan sorot terkejut.Dia terus menyimpulkan, "Apakah Bibi menyadari Ismail tampaknya akan melihat Diana terlebih dahulu, kemudian membiarkan Diana berbicara kepada kita tidak peduli apa yang dia katakan atau lakukan.""Sepertinya iya ...." Bibi Inem mengingat-ingat, "Saat dia diminta untuk mengambil ponselnya, dia melihat Nona Diana, lalu Nona Diana mengubah ekspresinya dan segera bilang dia tidak perlu mengambil ponselnya.""Menurutmu bagaimana ekspresi Diana?""Apakah itu ... takut? "Bibi Inem kesulitan mengatakannya.Jantung Sinta mengencang, karena dia juga merasakan hal yang sama. Diana tampaknya takut pada Ismail. Ini mungkin membuktikan bahwa Ismail benar-benar mengendalikan Diana!Wajah Bibi Inem tiba-tiba berubah. "Aduh, Nona Sinta, apakah kita harus segera memberi tahu Nyonya?"Sinta menggigit bibirnya dan mengangguk keras setelah berpikir sejenak. Namun, bagaimana caranya mengatakan ini dan mengindi
Ketika Sinta tiba di rumah sakit, dia melihat Daniel dan Yuyun sudah menunggu di pintu masuk ruang darurat. "Bagaimana situasinya?" Dia bertanya dengan nada cemas.Daniel menariknya dan berbisik, "Situasi mendetailnya aku tidak tahu. Aku menerima panggilan telepon dari manajer gedung mal DL yang berkata Diana pingsan di mal mereka dan terjatuh dari tangga."Hati Sinta gundah."Kenapa dia pergi ke mal?" Dia bertanya.Daniel terpana dan tidak berpikir terlalu banyak. "Bukankah normal bagi seorang gadis kecil untuk pergi belanja? Selain itu, Diana adalah pelanggan pemilik kartu emas hitam DL, dia sering pergi ke sana.""Maksudku adalah ...." Sinta ragu-ragu dan mengerutkan keningnya. Dia tidak yakin apakah insiden Diana pingsan ada hubungannya dengan Ismail, tapi itu terjadi setelah mereka meninggalkan Taman Imperial."Sinta, ada apa?"Sinta merapatkan bibirnya dan sorot matanya terlihat rumit saat berkata, "Aku sesuatu yang ingin kuceritakan padamu. Sebaiknya kita mencari tempat y
Sekarang dia mengatakan lagi akan melindunginya dengan baik.Daniel pernah berpikir bahwa takdir tidak adil kepadanya, menyebabkan dia hidup dalam lingkungan saling menipu yang membuatnya tahu sejak umur tiga tahun dia akan diracuni atau dibunuh kapan saja, sehingga dia selalu waspada terhadap seluruh dunia. Hal ini membuatnya tidak bisa melihat cahaya matahari dunia, hatinya telah beku, dan tidak lagi bisa merasakan keindahan dunia.Setelah bertemu Sinta, dia memahami bahwa takdir akan menebus semua utang pada seseorang dengan cara lain. Hanya setelah bertemu Sinta bahwa dia menyadari bahwa dia memiliki bakat untuk berpura-pura lemah di depan wanita lemah ....Daniel tersenyum dan lembut mencubit wajah kecil Sinta.Namun, saat ini, terdengar suara langkah-langkah kaki dari ujung lain koridor. Setelah melihat sosok tubuh orang yang kurus dan tinggi itu, jantung Sinta bergetar kuat."Ismail?"Daniel juga terkejut, pandangannya penuh dengan kewaspadaan. "Untuk apa kamu datang ke si
Daniel terkejut."Aku akan tinggal di sini tidak peduli apa pun," jawab dia tanpa ragu-ragu.Sinta tersenyum. Dia sudah menduga jawaban ini. Jadi ini barulah manifestasi cinta mendalam seseorang untuk orang lain. Jika Daniel yang terluka, dia akan tetap di luar ruang tersebut tanpa peduli apa pun.Namun, setelah Ismail membuat pengakuan yang menyentuh, dia ternyata bergegas pergi. Seakan semuanya hanya sedang bersandiwara.Hati Daniel tegang, dan saat dia melihat Sinta, dia juga mengerti sesuatu."Aku sudah tahu Ismail tidak dapat dipercaya!" Dia berkata dengan marah, "Jika Diana terus terjebak begitu dalam, kelak dia akan menderita!"Sinta menenangkan Daniel, "Kamu jangan panik dulu. Sepertinya Bibi Yuyun belum tahu tentang hubungan mereka.""Bahkan jika Bibi Yuyun tahu, dia tidak akan bertanya terlalu banyak. Dia selalu mendukung cinta bebas dan benci anak-anaknya menjadi korban kepentingan keluarga." Daniel berkata dengan wajah tenang. "Tapi jarak antara Ismail dan Diana terl
Dia tidak memedulikannya. Saat akan memasukkan ponsel ke sakunya, dia tiba-tiba menerima pesan anonim lain. "Aku sangat merindukanmu."Hati Sinta berdegup, merasa seperti ada yang merayap di hatinya. Dia berdiri di sana untuk waktu yang lama, otaknya kosong. Dia mengambil napas dalam-dalam karena seolah-olah jalur napasnya telah terblokir kekacauan, merasa sangat tidak nyaman. Mungkin sama seperti yang tadi, hanya salah kirim. Dia menghibur dirinya sendiri.Dia meletakkan ponselnya, dan tiba-tiba angin dingin datang dari belakang, dia memakai mantelnya dan segera pulang.......Lantai atas Gedung Hidayat Grup.Daniel berdiri di depan jendela Prancis melihat ke bawah lalu lintas yang mengganggu di bawah. Dahinya sedikit berkerut, dari matanya terlihat sorot muram.Wilman mengetuk pintu dan berbisik, "Tuan Daniel, akomodasi Dokter Lukas telah diatur dengan baik. Hari ini, dia akan datang ke Pusat Penelitian Medis.""Hmm." Daniel merespons ringan."Meskipun Dokter Lukas seorang dok
Sambil mengelus perutnya, Jessika berkata, "Menurutku anak perempuan. Bayi ini sangat patuh dan perhatian. Jika orang lain banyak keluhannya, entah muntah atau pusing, tapi aku tidak ada reaksi sama sekali. Aku bisa makan dan tidur dengan baik!""Kak Jessika ...." Sinta dengan serbasalah menjawab, "Bukan si bayi yang perhatian padamu, tapi Kak Darwin!" Dia melihat ke dapur.Selama percakapan mereka, Darwin memasak makanan bagi ibu hamil di dapur. Paduan daging dan sayuran dengan warna, aroma dan rasa yang lengkap. Apalagi semuanya disajikan dalam mangkuk dan piring indah, bisa menjadikannya sebuah model untuk film tentang makanan.Daniel yang bersandar di pintu dapur sangat terkejut sampai tidak bisa berbicara. Dia mengingat sarapan yang dia buat untuk Sinta sebelumnya hanya roti bakar gosong, telur goreng yang menghitam, bubur sereal tanpa sereal .... Dia berpikir mungkin seumur hidupnya dia tidak akan pernah mencapai tingkatan Darwin."Mengapa kamu begitu terkejut?" Darwin mengela
Daniel tidak tertarik pada latar belakang Nathan. Dia acuh tak acuh dan melemparkan sutil di tangannya dengan suara nyaring ke atas meja. Dia melipat tangannya di depan dada dan berdiri bersandar di dinding, kedua matanya yang gelap mengungkapkan emosi yang ambigu.Darwin terus berkata, "Kabarnya Nathan berasal dari Batam dan keluarganya memiliki hubungan yang kuat dengan militer Selat Malaka. Pencapaiannya tidak bisa dipisahkan dari kerja kerasnya, tapi jika bukan karena punya latar belakang, dia tidak mungkin populer begitu cepat!"Daniel meliriknya secara diam-diam dan berkata, "Latar belakang macam apa ini ...."Darwin bisa mencium aroma kecemburuan dari jauh. "Aku hanya ingin kamu tahu." Darwin menahan senyumnya dan berkata, "Hanya dengan mengetahui diri sendiri dan musuh kita dapat memiliki kesempatan untuk menang! Jika kamu ingin melawan dia, bukankah kamu harus mencari tahu tentang latar belakangnya lebih dulu?""Apa peduliku dia punya latar belakang apa?" Daniel tertawa si
Sinta melihat ke arah datangnya suara.Santi yang memakai gaun panjang tak bertali berwarna emas terlihat berjalan mendekat dari kerumunan orang. Dari mata Yenni yang berdiri tidak jauh dari situ terlihat sorot main-main dan menikmati permainan menarik."Memangnya kenapa dengan Nyonya Hidayat? Dia hanya seorang orang kaya baru! Siapa yang tidak tahu Keluarga Wongso di Jakarta adalah penjual makanan ternak? Hahaha ...."Wajah Yuyun segera berubah ketika dia mendengar kata-kata di sini. Banyak tamu yang mendengarnya menunjukkan ekspresi rumit. Dibanding dengan keluarga besar lainnya, Keluarga Wongso tidak memiliki latar belakang keluarga yang sangat dalam. Namun, Keluarga Wongso kaya dan berkuasa. Selain bisnis pertanian, mereka tidak tanggung-tanggung dalam membeli tanah dan membangun bangunan. Tidak ada orang kelas atas berani meremehkan Keluarga Wongso, apalagi menyebut mereka sebagai orang kaya baru.Sinta melihat ke arah sana dan melihat ekspresi bangga Santi terlihat seperti
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem