Begitu Herman mendengarnya matanya langsung terbelalak tidak percaya."Sepertinya mengambil alih anak perusahaan dan mengubah jabatanmu sama sekali tidak memberikan pengaruh apa pun." Brian lantas menatapnya dengan sinis dan melanjutkan, "Kalau begitu kamu tidak perlu datang ke perusahaan lagi. Semua proyek yang ada padamu juga kamu bagikan saja pada keluarga kita.""Daniel, atur semuanya dengan baik untuk urusan ini. Untuk seterusnya, orang yang bertanggung jawab harus memiliki karakter yang baik. Jangan sampai ada kesalahan lagi!""Benar! Aku mengerti." Daniel tersenyum ringan. Dia sudah memiliki pertimbangan tersendiri.Keturunan Hidayat yang satu generasi dengannya sangat banyak. Para sepupunya adalah orang-orang yang bisa diandalkan serta dipercaya."Mengenai tanah yang berada di Jakarta Barat, Daniel, kamu saja yang bertanggung jawab penuh untuk proyek tersebut. Jangan sampai ada kesalahan apa pun!" ujar Brian setelah membuat pertimbangan."Baiklah!"Daniel pun tersenyum.Waktu i
Suasana tempat itu berubah menjadi hening. Sinta hanya menunduk. Kedua tangannya saling bertautan dan dia tidak mengatakan apa pun.Nella dan Vera pun saling bertukar pandang. Selanjutnya, mereka tersenyum dan meninggalkan tempat itu.Sekarang, Sinta dan Daniel sedang membutuhkan sedikit ruang khusus."Wilman, kamu antarkan kami berkeliling ke tempat lainnya," pesan Nella.Wilman segera menyahut dan langsung menghidupkan mesin mobil.Hanya si Billy yang kurang peka dan masih berdiri di tempatnya memperhatikan mereka berdua."Kak Daniel, Kakak Ipar, kalian tidak perlu membawa apa pun lagi. Aku sudah menyiapkan semuanya. Kalian hanya tinggal membawa koper baju kalian."Sinta mengangkat kepalanya dan menatap mata Daniel.Daniel merasa agak gugup ketika mengatakan, "Sinta, kalau kamu tidak mau, aku tidak akan memaksamu."Sinta tertegun dan tersenyum di dalam hati."Tidak akan memaksamu, tidak akan memaksamu". Setelah mengetahui jati diri pria ini, kata-kata itu selalu keluar dari mulutnya.
"Menjadi istri Tuan Daniel Hidayat bukanlah hal yang mudah." Sinta tersenyum nakal pada Daniel.Ada peribahasa yang mengatakan makin tinggi seseorang, maka orang itu akan makin kesepian. Dia memiliki status yang sangat tinggi dan keluarga terpandang di belakangnya. Ada begitu banyak mata penuh dendam yang terus memperhatikannya.Orang-orang keluarga Hidayat tidak berani menyentuhnya. Jadi, mereka tentu akan membidik orang-orang di sekitar Daniel."Aku tidak akan memosisikan diriku dalam keadaan bahaya." Dia menatap sepasang matanya dan menambahkan, "Apalagi kamu jadi tidak bisa fokus gara-gara aku.""Hanya dengan menjadi kuat, aku baru bisa melindungi diriku sendiri. Dengan demikian aku tidak akan menyusahkanmu, tapi menjadi pengaman terakhirmu yang paling kuat.""Sinta." Hati Daniel berkecamuk.Dia tahu bahwa wanitanya ini adalah wanita yang cerdas dan kuat. Dia bukan wanita yang lemah seperti kelinci.Dia sangat hebat, sementara itu Sinta juga harus tidak kalah hebat untuk bisa bersa
Kebetulan sekarang Daniel juga memakainya. Sinta pulang langsung membandingkan gelang itu.Gelangnya memang sama persis. Pola anyaman serta lonceng yang ada di gelang itu semuanya sama.Mereka berdua pun saling bertukar pandang dan serentak mengangguk. Selanjutnya, Daniel pun menarik tangan Sinta dan meninggalkan Taman Imperial.Mereka berdua mengendarai mobil dan tiba di Hostel Pangrango. Karena lokasinya dekat dengan laut, udara di tempat itu terasa agak kering. Setelah turun, mereka berdua pun menapaki jalan gunung yang berliku. Tidak lama kemudian, mereka mendengar suara yang sudah tidak asing lagi."Nona, peruntunganmu ini lumayan, loh!""Hanya saja, rezekimu dalam pernikahan agak kurang baik. Oh! Cepat atau lambat kalian berdua akan berpisah!"Hati Sinta seperti tercekat. Dia pun mempercepat langkah kakinya.Wanita yang berdiri di tempat itu tetap adalah sang nenek. Nenek itu sedang meramal pelancong. Di wajahnya juga terlihat senyuman yang penuh arti.Sinta tertegun sejenak. San
Sinta dan Daniel sudah resmi tinggal di Taman Imperial.Meskipun Billy sudah mengatur semuanya, Sinta tetap merasa bahwa lebih baik dia mendesain sendiri rumahnya.Jadi, karena sedang dalam tahap serah terima tugas di perusahaan surat kabarnya, Sinta masih punya beberapa hari sebelum bekerja di Asea Media. Wanita itu pun mendatangi jalan besar dan gang kecil di kota Jakarta serta memborong banyak barang.Dia menggunakan kartu Daniel untuk melakukan pembayaran.Ketika sedang rapat, ponsel Daniel terus saja bergetar. Pesan yang menunjukkan detail transaksi terus-menerus bermunculan.Daniel menunduk dan matanya menunjukkan tatapan penuh kasih sayang.Wanita ini benar-benar bisa membelanjakan uang. Kenapa dulu dia tidak tahu bahwa Sinta punya nafsu belanja yang kuat?Dalam belanja kali ini, uang jajannya bulan ini sudah habis. Bahkan, kondisinya sudah seperti Darwin yang bahkan tidak sanggup lagi membeli sebungkus rokok.Hati Daniel pun bergejolak.Rapat kali ini, manajer secara tidak seng
Daniel menunduk.Tinggi badan Sinta termasuk sudah mencukupi standar di antara para wanita. Hanya saja di hadapan Daniel, meskipun Sinta sudah berjinjit, dia hanya bisa mencapai pundak pria itu. Daniel lantas mengusap kepalanya. Matanya menunjukkan warna yang hanya bisa terlihat ketika melihat Sinta."Kalau aku tidak datang, bulan ini aku tidak punya uang jajan lagi," ucap Daniel sambil tersenyum lirih."Mana mungkin? Aku sudah menyisakannya untukmu!""Benarkah?""Benar! Aku sudah menghitungnya. Di perusahaan ada orang yang sudah menyiapkan makananmu. Jadi aku tidak perlu memberimu uang jajan. Bajumu aku yang belikan juga. Sekarang kita tinggal di Taman Imperial. Kamu tidak perlu bayar uang sewa lagi. Kehidupan kita jauh lebih baik dibandingkan ketika tinggal di kota Semarang.""Kita hanya perlu membayar sedikit untuk makanan, transportasi dan tempat tinggal." Sinta lantas menggerakkan jari-jemarinya sambil berhitung dan berkata, "Sekarang, mobil yang kamu kendarai itu memiliki mesin y
"Tanda tangani kontrak dengan Nathan. Kamu tidak mungkin lupa!"Darwin agak terbawa perasaan. Dia sudah mengorbankan harga dirinya dengan menggunakan 300 batang lipstik demi mendapatkannya."Tenang saja! Aku tidak lupa," ucap Daniel sambil tersenyum ringan."Tapi, kudengar Asea Media juga ingin merebut Nathan. Perusahaan itu bahkan sudah diam-diam menghubunginya beberapa kali."Daniel kaget sekali. Bukankah perusahaan itu adalah perusahaan milik Nella?Rupanya sang ibu juga tertarik pada Nathan.Kalau kedua belah pihak sampai berkompetisi, dia tidak enak hati menyinggung pihak mana pun."Mungkin ini hanya rumor." Daniel melanjutkan dengan tenang, "Aku akan membantumu mencari tahu.""Ya! Terima kasih." Darwin pun tersenyum. Tiga ratus batang lipstik itu tidak boleh disia-siakan....Daniel sudah kembali ke Taman Imperial. Begitu masuk ke kamar tidur, dia menemukan Sinta sedang memasang seprai.Wanita mungil itu berlutut di atas ranjang dan merapikan seprainya. Dia bergerak-gerak seperti
Daniel tertegun dan segera berbalik melihatnya.Rambut wanita itu agak berantakan. Gayanya ketika baru bangun terlihat lucu dan menggemaskan.Kalau bukan karena di Hidayat Grup ada banyak pekerjaan yang harus dia bereskan, Daniel masih berpikir untuk ...."Apa kamu yakin kamu ingin mengantarkan makanan untukku?"Sinta tidak tahu ada maksud lain di dalam perkataannya. Wanita itu pun mengangguk dengan serius.Bibir pria itu lantas menukik dan memperlihatkan senyuman tipis penuh arti."Baiklah!" Dia lantas menambahkan dengan lirih, "Siang ini, aku akan menunggumu."Saat siang tiba, Daniel tidak tahu mau makan siang dulu atau melahap wanita ini.Setelah Daniel berangkat, Sinta terus sibuk di dapur.Bibi Inem sudah bersih-bersih. Dia tiba-tiba tertarik pada aroma yang sangat menggugah selera. Wanita itu pun bergegas pergi untuk memeriksanya. Ternyata, Sinta sudah selesai memasak lauk dan sop. Dia juga sedang memasukkannya ke dalam kotak penghangat."Nona Sinta, apa yang kamu buat?" Bibi Ine
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem