Sinta berpikir ini hampir istirahat makan siang dan dia seharusnya tidak sibuk. Namun, Sinta tidak tahu badai yang mengerikan baru saja berakhir di ruang rapat itu yang ada di sisi ujung telepon.Ketika mendengar suara lembut dan manis ini, hati Daniel meleleh dan amarahnya yang besar menghilang.Daniel tersenyum sedikit dan sudut mata serta alisnya hampir bertautan.Sinta yang mendengar tidak ada sahutan di sisi lain. Dia menunggu sebentar, lalu bertanya langsung, "Kamu ... apakah sedang sibuk? Apakah aku telah mengganggumu?"Daniel berbisik, "Tidak." "Jadi apa yang sedang kamu lakukan?""Apakah kamu ingin mendengar jawaban yang sebenarnya?" sahut pria itu sambil tersenyum."Tentu saja!""Aku sedang memikirkanmu."Tiga kata ampuh ini membuat pipi Sinta sedikit merah dan tangannya yang kecil memegang ponsel terlihat jari-jarinya mencengkeram dengan gelisah."Bagaimana denganmu?" Daniel balik bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Sinta berkata dengan lembut, "Aku juga sedang merindukanmu.
"Oh," Sinta mengangguk. Walau merasa kecewa, pekerjaan itu penting. "Baiklah, kalau begitu datanglah di malam hari saat kamu punya waktu," ucapnya berusaha tetap gembira."Baiklah!" Daniel membelai rambutnya. "Aku akan membantumu membawanya kembali." "Tidak perlu! Hanya lobster, beberapa sayuran, aku bisa melakukannya sendiri," tolak Sinta. "Selain itu, sekarang sedang ada tamu di rumah, aku mungkin harus menunggu beberapa saat sebelum dapat pulang.""Ada tamu?" Daniel tercengang. Ibunya Sinta biasanya jarang berinteraksi dengan orang, kenapa dia tiba-tiba mendapat tamu."Yah, itu sahabat lama ibuku." Sinta tersenyum dan berkata, "Bibi itu sangat temperamental." Daniel mengangguk, tidak terlalu memikirkannya. Dia melingkarkan lengannya di bahu Sinta dan menatapnya dengan lekat, lalu berbisik pelan, "Sinta, aku akan .... Atur agar kamu bisa segera bertemu dengan ibuku."Hati Sinta tiba-tiba tercekat."Jangan khawatir," kata Daniel lembut. "Aku akan menangani hubunganmu sebaik mungkin
Sinta tertegun sejenak dan merasa sangat malu ketika mendengar suara yang menggunjingkannya dari segala arah.Usai mengatakan itu, Jeremy menoleh dengan arogan dan beberapa asisten membukakan jalan untuknya. Lalu buru-buru berjalan ke arah gerbang.Ketika pergi, tidak tahu apakah itu disengaja, tetapi seorang asisten menabrak Sinta. Tubuh kecil Sinta langsung kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh. Peralatan wawancara di tangannya juga jatuh ke lantai."Hei, apa yang kamu lakukan!" seru sang juru kamera itu dengan marah.Sinta menghentikannya. "Lupakan ....""Orang elit di Kawasan Sudirman seperti itukah? Kenapa mereka memiliki orang seperti dia?""Sudahlah, jangan bertengkar dengan mereka di sini," kata Sinta dengan suara rendah. "Kadang-kadang di tempat yang banyak kerumunan orang seperti ini, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Kalau terus membuat masalah, kita hanya akan menjadi lelucon saja. Apakah kamu ingin dimarahi oleh pemimpin redaksi nanti?""Kalau tidak, kamu kembali dul
Jeremy membungkuk dengan panik, "Nyonya Nella, ini ...."Nella tanpa ekspresi dan berkata dengan dingin, "Kamu baru saja menabrak anakku dan bahkan tidak meminta maaf pula?"Jeremy tertegun. Dia termenung untuk waktu yang lama, sebelum bertanya, "Ini .... Nona ini adalah ....""Putri kesayanganku dari Tanadi Grup!" Nella tersenyum dingin. "Apakah kamu sekarang mengerti?"Usai mengatakan itu, Nella bahkan tidak ingin melihatnya dan meninggalkan SCBD bersama Sinta.Keduanya pergi ke sebuah kafe di luar tempat itu.Nella tidak tahu apa yang disukai Sinta, jadi dia memesan semua kopi.Sinta tidak bisa menghentikannya, bibi ini terlalu antusias dan membuatnya kebingungan."Bibi, tadi terima kasih banyak telah membantu," kata Sinta dengan tulus."Hanya hal kecil, untuk apa berterima kasih!"Nella menatapnya sambil tersenyum, tetapi gadis ini sepertinya sedang memikirkan sesuatu."Sinta, ada apa?" tanya Nella penasaran."Oh, tidak ada." Sinta tersenyum enggan, karena tidak tahu bagaimana menu
Sinta merasa malu, lalu berkata, "Tidak apa-apa ....""Kamu sudah punya pacar?"Sinta menganggukkan kepalanya."Lalu, kapan kalian putus?""..." Sinta terdiam.Nella tercengang.Astaga, bagaimana bisa Nella bertanya begitu terang-terangan?"Ah, bukan itu maksudku," ucap Nella. Dia pun segera meminta maaf dan mengganti nada bicaranya. "Maksudku, kamu ini orang yang masih muda dan cantik. Kamu pasti punya banyak pilihan. Kamu tidak perlu bergantung pada satu orang saja."Sinta melihat Nella sambil melebarkan matanya.'Astaga, kenapa aku salah berbicara lagi?' batin Nella dalam hati.Nella menggigit bibirnya. Hari apa ini? Mengapa dia tidak bisa berbicara dengan lancar begitu bertemu dengan Sinta?"Sinta ...." Nella terbata-bata. "Sebenarnya, maksudku adalah ....""Tante, aku ngerti kok apa yang ingin Tante bicarakan," ucap Sinta sambil tersenyum sopan, lalu melanjutkan. "Tapi, aku tidak akan pernah putus dengan pacarku. Aku sangat mencintainya. Di dalam hatiku, aku sudah menganggapnya se
Mobil Daniel perlahan masuk ke jalan utama Kediaman Sanjaya.Daniel menggenggam tangan Sinta sepanjang jalan dan tertawa ringan padanya sambil berkata, "Tenang saja. Semua Keluarga Sanjaya adalah orang yang ramah. Lihat saja Billy.""Kedua orang tuanya juga orang yang baik, ramah dan jujur," ucap Daniel melanjutkan.Sinta yang penasaran akhirnya bertanya, "Lalu, bagaimana caranya mereka bisa beradaptasi dengan intrik di dunia bisnis?"Daniel membelai rambut Sinta dan berkata, "Itu adalah cara terbaik untuk bertahan hidup.""Oh, saat bertemu dengan Ibumu nanti, aku harus melakukan hal sama, 'kan?" ucap Sinta sambil tersenyum, lalu melanjutkan. "Menjaga sifat asliku dan menghadapinya dengan kejujuran. Sepertinya Ibumu akan menerimaku.""Tentu saja."Daniel mendekati Sinta dan menggesek hidungnya dengan hidung Sinta. Daniel bisa mencium aroma tubuh Sinta yang membuatnya kembali teralihkan. Tangan besar Daniel menyapu pelan pinggang Sinta ... membuat Daniel kembali merasa gelisah."Jangan
Nella senang. Dia baru saja bertemu dengan Daniel yang akan mengganti pakaiannya. Daniel bahkan mengatakan akan membawa Nona Wijoyo bersamanya malam ini.Nella yang mendengarnya tidak marah, tetapi berkata dengan kasar, "Daniel, kalau kamu berani membawa wanita itu ke rumahku, ke depannya kamu bisa pilih antara wanita itu atau Ibumu!"Daniel dengan tenang tersenyum dan berkata, "Ibu, kalau dia masuk ke dalam Keluarga Hidayat, dia tidak akan bisa masuk ke Keluarga Sanjaya lagi."Nella marah dan menatap Daniel sambil menggertakkan gigi.Penjahat ini!Nella menuangkan segelas sampanye dan berjalan ke arah sini, lalu bertemu dengan Sinta.Syukurlah, Sinta datang ke sini. Sang pencipta benar-benar membantunya!Nella menggenggam tangan Sinta dan tersenyum senang, lalu berkata, "Sinta, hari ini kamu terlihat begitu cantik! Baju ini juga indah, begitu pas denganmu."Sinta tersipu dan berkata, "Pacarku yang memilih baju ini."Seketika Nella murung dan bergumam dalam hati, 'Pacar? Selera yang be
Yenni meninggikan suaranya dan berkata, "Itu adalah kesepakatan tidak tertulis antar tetua kedua keluarga!"Sinta tersenyum, dengan lembut berkata, "Nona Yenni, pengetahuanku rendah. Aku tidak mengerti apa itu kesepakatan tidak tertulis.""Tapi, sekarang kalian sudah dewasa dan sudah memahami niat satu sama lain. Kalau Daniel tidak menolaknya, mengapa kesepakatan itu tidak diumumkan? Kalau kesepakatan itu tidak diumumkan, berarti kedua keluarga masih memiliki kendala dalam pernikahan ini. Bukankah seperti itu, Nona Yenni?""Atau mungkin," ucap Sinta menatap dalam Yenni dan kembali berkata, "Daniel bahkan tidak pernah mengakuinya?""Kamu!"Wajah Yenni berubah masam karena amarah.Sinta mengangkat tangannya dan merapikan rambutnya. Cincin bermahkotakan zamrud yang terpasang di jari manisnya memancarkan sinarnya, hingga menyilaukan mata Yenni.Yenni membenci mulutnya yang gatal ingin membalas, tetapi dia tahu semarah apa pun dia, tidak boleh menunjukkannya di depan umum.Bagaimanapun, dia
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem