Darwin memelototi Daniel sambil mendengus dan membawanya ke ruangan kecil yang gelap.Begitu melihat cahaya di pintu, mereka pun berlari menuju pintu satu per satu."Apa yang kalian lakukan!?" teriak Darwin.Beberapa orang berlutut di lantai, "Kak, maafkan aku .... Aku benar-benar tidak tahu di mana aku pernah melihatmu sebelumnya, bagaimana aku bisa sampai menyinggungmu .... Bisa tolong beri kami penjelasan?""Apa pun yang kakak katakan kepada kami, kami pasti akan melakukannya!"Daniel melangkah maju dan melemparkan surat nikah ke hadapan mereka."Ini ....""Dua orang di sertifikat ini ingin mengakhiri pernikahan mereka." Daniel menatap mereka dengan tajam, "Tapi pria itu tidak ada di sini, jadi beri aku solusi tercepat!"Beberapa orang saling menatap dengan bingung, lalu seberkas cahaya menyala di atas kepala mereka, cukup bagi mereka untuk melihat detail akta nikah."Dani?" Seseorang mengenalinya dan berbisik dengan gemetar, "Bukankah ini ... menantu dari Keluarga Wijoyo ....""Apa
Sinta terus menjaga Vera di samping ranjang. Akan tetapi, kondisi sang ibu sama sekali tidak terlihat membaik.Gara-gara keributan yang diciptakan oleh Hendra dan Santi, pengobatan yang awalnya masih membuahkan hasil berubah menjadi sia-sia.Sinta pun memperhatikan kondisi ibunya yang terlihat lesu. Meskipun hatinya terasa menderita, Sinta hanya bisa berusaha menguatkan diri.Lukas sudah meminta keterangan pada dokter yang mengurus Vera sebelumnya. Dia juga sudah mencari psikolog. Mereka semua menyarankan agar Vera pindah ke lingkungan tempat tinggal baru."Sinta, mungkin kondisi kesehatan bibi akan baik jika kita pindah ke tempat yang baru." Lukas memberitahu Sinta, "Aku sudah memeriksa beberapa contoh kasus. Kasus mereka sama seperti kondisi bibi sekarang. Setelah mereka pindah, kondisi kesehatan mereka berangsur-angsur membaik.""Terlebih lagi, bibi memiliki pengalaman yang cukup tidak menyenangkan di kota Semarang. Lebih baik jangan biarkan dia terus menetap di tempat ini. Mungkin
Hati Sinta terasa berkecamuk. Genggamannya pada selimut juga semakin erat.Saat ini, Sinta juga sedang serius mempertimbangkan hubungannya dengan Daniel, seperti saat dia bertemu dengan nenek peramal di kawasan perumahan.'Dalam radius tertentu dia adalah suamimu, di luar, dia bukan suamimu lagi.'Kegetiran tiba-tiba saja muncul di dalam tenggorokannya.Nenek tua itu pernah mengatakan bahwa cepat atau lambat mereka pasti akan berpisah.Sinta melihat Daniel dan memperhatikan benang merah yang melingkar di pergelangan tangan pria itu dengan bantuan cahaya remang-remang. Waktu itu, Sinta menertawai Daniel yang memercayai takhayul.Akan tetapi, Daniel sebenarnya bukan orang yang gampang percaya akan hal seperti itu.Alasan Daniel memercayainya adalah karena pria itu sangat takut kehilangan Sinta.Sinta lantas menarik napas dalam. Sama seperti pria itu, Sinta juga takut kehilangan Daniel.Kalau mereka ditakdirkan untuk dipisahkan oleh jarak, Sinta akan berusaha untuk menghapus jarak tersebu
Tanggalnya sudah berubah menjadi tanggal setahun yang lalu."Bukankah tadi kamu bilang ingin kembali ke saat kita baru mulai bersama?" Sinta lantas dengan lirih berkata, "Tahun lalu kita berdua menikah pada tanggal tersebut."Saat itu, mereka berdua pertama kali berjumpa. Waktu itu hujan deras dan Sinta datang ke ruangan kecil di desa tersebut. Gaun pengantin putih bersihnya telah kotor karena lumpur.Lalu para orang tua mengatakan bahwa pernikahan yang diadakan dalam cuaca seperti itu tidak mungkin bisa berakhir dengan bahagia.Siapa pun tidak menyangka Sinta dan Daniel melewati hari-hari mereka dengan sangat gembira.Hati Daniel tersentuh. Pria itu perlahan-lahan bersandar di ranjang dan memperhatikan tangan putih kecil Sinta yang berada di luar selimut dan diterpa cahaya bintang.Daniel menjulurkan tangannya dan menggenggam tangan itu. Sinta berusaha menarik tangannya. Akan tetapi, dia tidak bisa mengalahkan kekuatan pria itu. Akhirnya, Sinta pun menyerah dan membiarkan Daniel mengg
Setelah Sinta menetap di Jakarta, dia pun mendapatkan panggilan wawancara dari sebuah perusahaan.Proses wawancaranya juga berjalan sangat lancar. Dalam waktu yang sangat singkat, Sinta sudah bekerja di sebuah perusahaan. Setelah pulang kerja, wanita itu akan menjaga ibunya. Lalu di akhir pekan, dia akan pergi ke kampus untuk melihat Anton dan sekaligus membawakan bahan-bahan kebutuhan sang adik.Hari-hari berlalu dan mereka seperti kembali menjalani masa-masa kehidupan tenang.Daniel terus menemani mereka dan tidak mengganggu kehidupan Sinta. Pria itu sering pergi ke rumahnya untuk membantu Sinta membereskan rumah.Pada sebagian besar kesempatan, pria itu tidak bisa dikatakan membantu karena Sinta harus memeriksa kembali apa yang sudah dikerjakan olehnya.Kalau suasana hati Sinta sedang baik, semuanya akan berjalan baik-baik saja. Hanya saja kalau Sinta sedang tertekan di pekerjaannya, harus lembur atau sedang datang bulan, wanita yang sangat lembut itu pun bisa memiliki banyak duri d
Sinta lantas tertegun. Wanita itu menegakkan tubuhnya dan dia tidak tahu harus menaruh tangannya di mana.Daniel pun duduk di sampingnya dan mengambil roti untuk diberikan kepada burung merpati. Selanjutnya, pria itu pun tersenyum ke arahnya dan bertanya, "Apakah suasana hatimu sedang buruk?"Sinta sedikit menunduk. Bagaimana mungkin pria ini bisa mengetahuinya?"Aku sepertinya tidak pernah menceritakan masa kecilku padamu."Nada bicara Daniel terdengar datar ketika mengatakan, "Ayah dan ibuku sudah lama bercerai. Meskipun aku ikut dengan ayahku, aku sering pergi ke Inggris untuk menemani ibuku.""Ibuku memiliki kepribadian yang sangat keras. Jadi, dia tidak akan mengizinkan aku bersikap lemah. Di Keluarga Hidayat, kakek sudah merawatku sebagai ahli waris keluarga. Semua gerak-gerikku sampai urusan makan dan minum dan urusan berjalan juga diatur dengan ketat.""Bukan hanya sampai di situ, aku juga harus menghadapi konflik internal keluarga.""Siapa yang menjadi orang yang dianggap pent
Hati Daniel bergetar hebat.Mata Sinta bergerak ke bawah. Bulu matanya juga bergerak-gerak seperti kupu-kupu yang mengepakkan sayapnya."Akhirnya aku paham." Sinta dengan suara lembut menambahkan, "Status dan nama baik tidak lebih hanyalah sebuah lambang. Apakah kamu kaya atau tidak, apakah kamu adalah Daniel Hidayat atau Dani Setyawangsa, semua itu tidaklah penting.""Hal yang paling penting adalah, kamu tidak pernah berubah, aku juga tidak pernah."Daniel memperhatikannya dan menggenggam tangannya dengan lembut. Sinta pun tersenyum lembut kepada Daniel dan tangan mereka saling bertautan."Sinta, kamu sudah memaafkanku?""Aku tidak menyalahkanmu. Hanya saja sesaat aku tidak bisa menerima perubahan statusmu." Wanita itu merapatkan bibirnya dan menambahkan, "Hanya saja aku masih butuh beberapa saat. Bisakah kamu menungguku?""Bisa! Tentu saja bisa!" Daniel bahkan bersedia menunggunya seumur hidup.Daniel memeluk Sinta erat-erat seperti takut bahwa dia hanya sedang bermimpi."Sinta, kamu
"Karena kamu belum mengenal siapa mereka, aku akan memperkenalkan mereka," ucap Daniel tersenyum, "Agus adalah seorang pengacara yang terkenal di Jakarta dan Semarang. Biayanya dihitung per detik sejak dia datang.""Lalu, orang ini adalah Billy," ucap Daniel melihat Sinta, lalu melanjutkan, "Kamu sudah pernah membaca profilnya, bahkan pernah mengalami kecelakaan dengannya. Aku tidak perlu memperkenalkannya lebih lanjut."Seketika muka Billy berubah. Billy lalu bertanya kepada Daniel dengan polosnya, "Kenapa tidak memperkenalkan aku?""Semua informasi yang ada di dunia maya itu tidak benar. Aku bukanlah orang yang seperti itu!" ucap Billy melanjutkan."Kakak Ipar, kamu harus mengenalku dengan lebih baik lagi. Walaupun aku tampak seperti pria hidung belang, aku ini orang yang setia! Selain itu, karena wajahku yang tampan ini, banyak orang yang iri denganku, termasuk Da ....""Aduh!"Sebelum Billy menyelesaikan kalimatnya, Agus memukul kepalanya. Billy yang sadar, melihat ke arah Daniel y
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem