Benar saja, Hendra yang sedang berdiri di tangga, berhenti dan ekspresinya menjadi lebih menyeramkan.Sang sekretaris ingin membujuknya, tetapi Hendra menghentikannya dengan mengulurkan tangan.Dia ingin mendengar apa yang kedua putrinya ini katakan!"Kakak, memangnya kamu tidak tahu kenapa saat itu aku menikah?" kata Sinta dengan tenang, "Bukankah karena Ayah pilih kasih dan menyayangimu, kalau tidak mana mungkin aku yang menikah?""Tidak pantas membicarakan masalah keluarga di perusahaan. Menurutku, kamu harus segera berhenti."Saat Sinta mengatakan ini, dia hendak melewati Santi dan memasuki lift, tetapi Santi bergegas maju.“Kenapa, kamu tidak berani berdebat denganku?” Santi tampak tidak masuk akal, “Di mana kemampuanmu itu? Di mana lidahmu yang fasih itu! Oh, kamu tidak berani berbicara sekarang? Dasar anak jalang, berpura-pura lemah untuk menunjukkan pada siapa sih!"Sinta memang sedang menunggu Santi mengamuk dan omong tak karuan!Sinta melirik ke arah Santi dan tiba-tiba menci
"Kamu ...."“Kakak.” Sinta melangkah maju selangkah, “Kita semua bernama belakang Wijoyo. Kita berasal dari keluarga yang sama. Kita semua harus berbagi suka dan duka. Jika kamu mempermalukan aku, kamu juga sedang mempermalukan Ayah. Lain kali jika kamu ingin melampiaskan kemarahanmu padaku, carilah tempat yang tidak ada orangnya. Kamu bisa memukul atau memarahiku sepuasmu, tapi jangan menyulitkan ayah di depan banyak orang!”Wajah Santi menjadi pucat dan dia melototi Sinta.Setiap kata-kata Sinta sangat menyentuh hati. Tidak peduli seberapa bodohnya Santi, dia juga tidak akan berani menyerang Sinta saat ini.“Haha, aku benar-benar tidak menyangka kalau adikku yang biasanya berpura-pura tidak ingin merebut, sekarang dia justru tidak menunjukkan lemah sedikitpun!”Sinta terlihat dingin dan berkata kata demi kata, "Aku hanya ingin bekerja dengan baik dengan Kakak."Santi mendengkus, berbalik dan pergi.Sinta melihat sosok punggung Santi dan secara tidak sengaja melihat sekilas ekspresi b
"Kamu kenapa sih?"“Tidak … tidak apa-apa,” jawab Sinta pelan.Saat dia sedang makan mie, diam-diam Sinta menatap Dani cemberut dan suaranya sangat kecil. "Perhitungan harimu terlalu akurat ...."Apa yang ada di pikiran pria ini, bagaimana dia bisa tahu kalau hari ini haidnya sudah selesai?Wajah Sinta menjadi lebih merah dan dia menatap Dani dengan malu-malu sekaligus kesal.Daniel bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi setelah berpikir lama.Baru makan mie kok mukanya langsung merona merah?Daniel terbatuk-batuk menatap Sinta dan tidak bisa menahan senyum. “Sepertinya kamu mulai terbiasa dengan Keluarga Wijoyo akhir-akhir ini. Apa yang membuatmu senang?”Ketika Sinta mendengar ini, matanya menjadi gelap dan dia dengan lembut meletakkan mangkuk dan sumpitnya.Dia memberi tahu Dani semua hal yang dia alami dalam beberapa hari terakhir, termasuk dipersulit Santi di lobi kantor.Dani mendengarkan dengan tenang. Dia bisa membayangkan betapa terisolasi dan tidak berdayanya Sinta di Ke
Lengan kuat pria itu memeluk Sinta erat-erat dan dia menatap mata pria itu dalam-dalam dan tiba-tiba teringat apa yang dia katakan, "Setelah makan, kita masih ada urusan penting"...Wajah Sinta tiba-tiba memerah, kepalanya tertunduk dan membiarkan Dani memegangnya dengan turut."Suamiku," kata Sinta keras, "Kita ... kita tunggu sebentar."Daniel tercengang, "Kenapa menunggu nanti?"“Bukankah kamu bilang mau … aduh, kita lakukan nanti, aku masih sangat kenyang!”Daniel butuh beberapa saat untuk menyadari maksud Sinta. Dia menahan senyumnya dan berkata padanya dengan suara serak yang gemetar, "Aku ingin mengajakmu keluar."Sinta tertegun, menatap Dani dengan mata besar tanpa berkedip."Kamu ...."Daniel menyentuh kepala Sinta.Mungkin dia biasanya terlalu lelah sehingga memiliki refleks terkondisi dalam hal ini? Begitu Dani mengatakan mau melakukan urusan penting, Sinta langsung terpikir itu ....Ini benar-benar terlatih dari tangannya sendiri!Dani mengerutkan bibirnya dan tidak bisa me
Daniel memandang Sinta dengan tenang.Sinta tiba-tiba membaca sedikit kerumitan dari matanya yang dalam. Jantungnya berdebar kencang, telapak tangannya berkeringat dan mulutnya terkatup rapat.Setelah sekian lama, dia mendengar suara suaminya yang dalam dan pelan, “Aku sudah lama mencari toko ini dan bernegosiasi dengan pemiliknya beberapa kali sebelum aku menyewanya dan mendekorasinya menjadi seperti ini.”Sinta sedikit terkejut.“Kamu bilang ingin membuka kafe, 'kan?” Daniel tampak lembut dan dengan lembut mengusap wajahnya dengan jari-jarinya yang kasar, “Aku selalu menyimpannya di hatiku.”"Jadi aku menghabiskan waktu luangku untuk mencari beberapa toko untuk dibanding-bandingkan dan akhirnya aku memilih yang satu ini. Karena menurutku, ini sesuai dengan keinginanmu.""Istriku," suara Dani rendah dan penuh kasih sayang, "suamimu tidak punya kemampuan lain, tapi bersedia melakukan apapun untuk mendapatkan apapun yang kamu inginkan, aku akan berusaha sebaik mungkin untuk membantumu m
“Suamiku, ini Nona Diana Hidayat, orang yang telah menyelamatkanku waktu itu.”"Diana, ini adalah ...."“Aku tahu!” Diana melingkarkan lengannya di leher Sinta dan tersenyum pada Daniel, “Ini adalah suamimu dani!”"Halo, Kakak Ipar!"Daniel tidak berekspresi.“Suamiku?” Sinta menyentuh Dani dengan lengannya, “Diana menyapamu nih!”Daniel melirik ke arah Diana, berkata "hmm", berbalik dan pergi ke belakang bar untuk memeriksa suhu oven.Sinta mengerutkan kening dan tidak mengerti apa yang terjadi dengan pria ini, tetapi dia merasa sedikit malu dengan Diana. Tamunya yang satu ini tidak akan menganggap mereka tidak melayani tamu dengan baik, 'kan?“Diana, aku minta maaf,” kata Sinta meminta maaf sambil tersenyum, “Suamiku biasanya memang sangat serius dan dia tidak terlalu ramah terhadap orang lain … Akan tetapi saat kamu sudah cukup lama mengenalnya, kamu akan tahu kalau dia adalah pria yang sangat baik!”Diana menahan senyumnya dan mengangguk.Sejak kecil daniel sering disebut "anak nak
Daniel juga membalas dengan isyarat bibir, "Kulitmu gatal!"Diana tertawa geli dan memakan biskuit cranberry dengan lahap.Remahan biskuit berjatuhan di mana-mana.Sinta pergi menyirami bunga di pekarangan. Daniel menghampiri adik perempuannya dengan ekspresi serius."Selesai makan, bersihkan sendiri!"Diana dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba mengema ini.Dia menelan semuanya makanan yang dikunyah di mulutnya. Meskipun tidak begitu senang, Diana tetap terintimidasi oleh kewibawaan kakaknya. Dengan patuh, dia mengambil sapu dari tangan Daniel dan menyapu pelan-pelan.“Kak, sekarang kamu benar-benar hebat.” Sambil bekerja, Diana tak lupa menggoda Daniel, “Kamu ini pria yang sempurna sekaligus suami idaman para wanita deh?”Daniel melirik ke Diana sekilas.Diana tersenyum. Setelah selesai menyapu, dia tak lupa memasukkan sisa biskuit yang ada ke dalam kantongan.“Itu untuk siapa?” kata Daniel tiba-tiba.Diana terkejut dan tangannya yang mencengkeram tepi kantongan itu sedikit mengencang
Daniel melototi Diana dengan garang, dibuat tersedak oleh Diana hingga tidak bisa berkata-kata.Gadis kecil itu terus menyeka air matanya, "Kenapa kalau aku berumur delapan belas tahun ... Siapa sih yang membuat aturan usia delapan belas tahun tidak boleh pacaran? Saat kamu berumur delapan belas tahun, Yenni juga tidak jarang mengusikmu, 'kan?"“Diana, coba kau ungkit lagi!”Momentum luar biasa Daniel membuat seluruh ruangan terasa seperti berada dalam ruang hampa.Diana hanya bisa mendengar detak jantungnya saja.Dia menundukkan kepalanya dengan takut-takut, memainkan jari-jarinya dengan gugup, menggigit bibir dan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Saat ini, Sinta masuk bersama Jessika dan Lukas, diikuti oleh Agus.Mereka semua datang untuk memberi selamat atas pembukaan toko baru tersebut.Daniel menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tersenyum secara alami dan menyapa mereka.Dia menyapa mereka dengan sopan dan santun, seperti layaknya seorang tuan rumah.Sinta berdiri di
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem