“Suamiku, ini Nona Diana Hidayat, orang yang telah menyelamatkanku waktu itu.”"Diana, ini adalah ...."“Aku tahu!” Diana melingkarkan lengannya di leher Sinta dan tersenyum pada Daniel, “Ini adalah suamimu dani!”"Halo, Kakak Ipar!"Daniel tidak berekspresi.“Suamiku?” Sinta menyentuh Dani dengan lengannya, “Diana menyapamu nih!”Daniel melirik ke arah Diana, berkata "hmm", berbalik dan pergi ke belakang bar untuk memeriksa suhu oven.Sinta mengerutkan kening dan tidak mengerti apa yang terjadi dengan pria ini, tetapi dia merasa sedikit malu dengan Diana. Tamunya yang satu ini tidak akan menganggap mereka tidak melayani tamu dengan baik, 'kan?“Diana, aku minta maaf,” kata Sinta meminta maaf sambil tersenyum, “Suamiku biasanya memang sangat serius dan dia tidak terlalu ramah terhadap orang lain … Akan tetapi saat kamu sudah cukup lama mengenalnya, kamu akan tahu kalau dia adalah pria yang sangat baik!”Diana menahan senyumnya dan mengangguk.Sejak kecil daniel sering disebut "anak nak
Daniel juga membalas dengan isyarat bibir, "Kulitmu gatal!"Diana tertawa geli dan memakan biskuit cranberry dengan lahap.Remahan biskuit berjatuhan di mana-mana.Sinta pergi menyirami bunga di pekarangan. Daniel menghampiri adik perempuannya dengan ekspresi serius."Selesai makan, bersihkan sendiri!"Diana dikejutkan oleh suara yang tiba-tiba mengema ini.Dia menelan semuanya makanan yang dikunyah di mulutnya. Meskipun tidak begitu senang, Diana tetap terintimidasi oleh kewibawaan kakaknya. Dengan patuh, dia mengambil sapu dari tangan Daniel dan menyapu pelan-pelan.“Kak, sekarang kamu benar-benar hebat.” Sambil bekerja, Diana tak lupa menggoda Daniel, “Kamu ini pria yang sempurna sekaligus suami idaman para wanita deh?”Daniel melirik ke Diana sekilas.Diana tersenyum. Setelah selesai menyapu, dia tak lupa memasukkan sisa biskuit yang ada ke dalam kantongan.“Itu untuk siapa?” kata Daniel tiba-tiba.Diana terkejut dan tangannya yang mencengkeram tepi kantongan itu sedikit mengencang
Daniel melototi Diana dengan garang, dibuat tersedak oleh Diana hingga tidak bisa berkata-kata.Gadis kecil itu terus menyeka air matanya, "Kenapa kalau aku berumur delapan belas tahun ... Siapa sih yang membuat aturan usia delapan belas tahun tidak boleh pacaran? Saat kamu berumur delapan belas tahun, Yenni juga tidak jarang mengusikmu, 'kan?"“Diana, coba kau ungkit lagi!”Momentum luar biasa Daniel membuat seluruh ruangan terasa seperti berada dalam ruang hampa.Diana hanya bisa mendengar detak jantungnya saja.Dia menundukkan kepalanya dengan takut-takut, memainkan jari-jarinya dengan gugup, menggigit bibir dan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun.Saat ini, Sinta masuk bersama Jessika dan Lukas, diikuti oleh Agus.Mereka semua datang untuk memberi selamat atas pembukaan toko baru tersebut.Daniel menarik napas dalam-dalam, berusaha untuk tersenyum secara alami dan menyapa mereka.Dia menyapa mereka dengan sopan dan santun, seperti layaknya seorang tuan rumah.Sinta berdiri di
Billy memejamkan matanya kuat-kuat dan berusaha menggelengkan kepalanya.Apakah tadi dia baru saja melihat hantu?Pemulung barusan ....Meskipun mereka hanya saling bertatap muka sekilas, garis fitur wajah pria itu jelas sama dengan Daniel!"Billy? Billy! "Agus masih memanggil-manggil dari balik ponsel, "Kamu bukan tercebur ke air, 'kan?"Billy tidak menjawab, dia lupa menutup telepon dan mengejar pria itu dengan bingung. Pria itu menyadari kalau seseorang sedang mengikutinya dan mempercepat langkah kakinya.Pria itu mungkin sangat akrab dengan wilayah ini, semuanya adalah jalan pegunungan dan menghilang setelah tiga tikungan dan belokan.Billy berdiri di sana, seluruh tubuhnya membeku, tangan dan kakinya dingin.Hostel Pangrango pemandian sumber air panas ini tidak jauh dari Gunung Gede Pangrango di seberangnya, tetapi area tengahnya merupakan area publik dan bukan milik keluarga Hidayat.Billy baru saja memancing di sini, dia tidak membawa pengawal dan bahkan jika Billy hendak mengej
Daniel tidak bisa berkata-kata dan berpindah perlahan-lahan ke sana, setiap langkahnya sambil melirik ke belakang melihat ke Sinta, berharap sang istri akan menarik kembali ucapannya.Akan tetapi Sinta terus menyemangati Daniel dengan tatapan dan senyumannya, membuat Daniel berada dalam posisi serba susah.Akhirnya daniel mengertakkan gigi dan menghentakkan kakinya, berjalan ke arah Diana dan yang lainnya.Saat ini, beberapa orang sedang mengobrol dengan gembira, ketika mereka tiba-tiba melihat Daniel, mereka semua sedikit terkejut."Tu ... Tuan Setyawangsa!" Jessika adalah orang pertama yang menyadari, ada yang tidak beres dengan Daniel dan bertanya dengan ragu-ragu, "Ada apa?"Daniel sangat serius, wajahnya tegang, tubuhnya kaku dan dia terdiam di sana selama beberapa detik ....Tiba-tiba Daniel menyeringai, memperlihatkan sebaris gigi putihnya yang rapi!Mata beberapa orang itu membelalak lebar dan tubuh mereka bersandar ke belakang, menatap Daniel dengan tatapan tidak percaya.Sete
Daniel menatap Darwin dengan dingin, muncul kewaspada dan tanda bahaya muncul di matanya.Darwin mencibir dan menatapnya penuh arti, "Dani, uang sewa dan dekorasi toko ini tidak murah, kan? Dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak ini?"“Kamu tidak perlu khawatir soal ini,” kata Daniel dengan dingin.“Saudaraku, aku tidak jarang memperhatikanmu dan menjagamu di penjara," kata Darwin dengan sombong, "Hegh, Kalau kamu kekurangan uang, kamu bisa memberitahuku, aku pasti akan meminjamkannya padamu, aku tidak akan membiarkanmu hidup terlalu menderita!""Terima kasih, tidak perlu.""Pendirianmu begitu teguh? Dani, jangan-jangan kamu benar-benar mengandalkan istrimu untuk menafkahimu seperti yang dikatakan orang-orang?"Ketika Darwin mengatakan ini, matanya terus menatap Sinta yang berdiri di belakangnya.Daniel mengepalkan tangannya, pembuluh darah di lengan bawahnya yang kuat terlihat jelas.“Berhentilah omong kosong di sini.” Tiba-tiba terdengar suara Sinta.Dia mengubah posisinya dengan b
Sinta tanpa sadar meraih lengan Daniel dan menatapnya dengan perasaan wanti-wanti.Wajah Daniel acuh tak acuh, dia mengambil satu langkah ke depan dan berkata dengan suara yang dalam, "Hari ini tidak cukup bahan membuat kopi untuk begitu banyak orang. Jika Pak Darwin ingin minum kopi, Anda dapat kembali lagi besok!"“Kalau tidak ada kopi, hidangkan cemilan pun boleh!” Darwin melihat ada biskuit di atas meja dan mengambil sekeping biskuir.Namun daniel membereskan piringnya terlebih dahulu dan menatap Darwin dengan tajam.Darwin terkejut, matanya berkilat tajam dan meraih tangan Daniel!Akan tetapi Daniel sudah mewanti-wanti sejak tadi, dia berbalik menghindar ke satu sisi dan Daniel menangkap pergelangan tangan Darwin! Keduanya sempat bersitegang dan suasana tampak mencekam.Selusin pria berbaju hitam di sekeliling mereka juga siap bergerak!Keringat dingin mengucur di punggung Sinta.Darwin meninju dengan keras dan Daniel membuka tangannya dan menangkap tangan Darwin erat-erat. Dengan
Darwin duduk di dalam mobil, meskipun suhu AC telah diatur ke pengaturan terendah, dia tetap merasa kesal.Dia mencubit keningnya dengan kuat dan sakit kepalanya sedikit mereda.Namun rasa sakit di hatinya menjadi lebih hebat.Sejak hari pertama dia di penjara, dia sudah tahu kalau dia dan Jessika selamanya tidak akan pernah berada di dunia yang sama. Dia tidak bisa merawat dan menjaga Jessika selama sisa hidupnya. Dia hanya bisa berusaha sekuat tenaga untuk menghormatinya, merindukannya dan melindunginya.Jadi saat dia melihat Jessika berinteraksi dengan Dani, dia terkejut sekaligus takut.Karena dia tahu betul orang macam apa Dani itu, dia tidak akan pernah membiarkan preman seperti Dani punya kesempatan untuk menyakiti Jessika!Selama ada orang yang mengancam keselamatan Jessika, Darwin pasti akan menyingkirkan orang tersebut dengan cara apa pun.Inilah sebabnya kenapa Darwin berulang kali mencari masalah dengan Dani.Akan tetapi, hari ini dia dapat benar-benar memastikan satu hal..
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem