"Santi!""Sudah sudah!” Pak Wibowo melambaikan tangannya dengan tidak sabar, menunjuk ke arah Sinta, “Kamu, pulanglah! Aku hanya akan membahas kerja sama dengan Nona Santi hari ini.”Santi tersenyum cerah dan memandang Sinta dengan pandangan meremehkan sebelum masuk ke ruang rapat bersama Pak Arifin Wibowo.Saat itu, Sinta merasa menderita dan sedih, tetapi dia tetap mengemas dokumen yang berserakan di lantai dan tertatih-tatih saat keluar dari gedung itu.Namun, dia tidak menyangka ....Kalau ternyata Pak Arifin Wibowo itu seorang penipu!Setelah Santi menandatangani kontrak perjanjian dengan Arifin, dia menemukan kalau perusahaan Pak Arifin Wibowo adalah perusahaan fiktif yang penampilan luarnya terlihat glamor tetapi tidak ada apa pun di dalamnya!Untuk mengubah pandangan Hendra terhadap dirinya dan untuk mempercepat kerja sama ini terjadi sesegera mungkin, Santi meminta pihaknya untuk melakukan pembayaran sebagian uang muka. sehingga perusahaan milik keluarga Wijoyo pun mengalami k
"Kak Daniel," Billy memanggil beberapa kali, "Kak Daniel? Apakah kamu masih mendengarkan atau tidak?"Dani sedikit terganggu dan terbatuk-batuk.Billy tertawa, "Kak, sekarang aku akhirnya mengerti kata 'kehilangan akal'! Aku tahu dari seberang telepon kalau matamu hanya melirik ke kakak ipar saja!"Dani berkata dengan suara yang dalam, "Billy, katakan saja jika kamu sudah merasa gatal. Tidak perlu mengingatkanku dengan halus."Billy tertawa datar, dia tahu mengetahui kalau Dani akan melakukan sesuatu yang baik, jadi dia tidak berani berkata apa-apa lagi dan segera menutup telepon.Keesokan harinya, Jessika bertemu Santi di restoran barat terbuka di bawah gedung Jiang."Nona Wijoyo." Jessika tersenyum dan mengeluarkan surat perjanjian pemutusan kontrak, " sebelumnya, Aku telah berkomunikasi dengan sekretarismu dan sekarang yang aku butuhkan hanyalah tanda tangan Anda. Silakan!"Saat ini, Wajah Santi tampak suram dan fitur wajahnya hampir berubah.Sejak dia ditipu puluhan miliar oleh ora
Hanya dengan melihat pemandangan indah ini saja, kamu sudah bisa menebak betapa manisnya es krim yang ada di tangan mereka.Jessika mengerutkan kening, merasa sedikit tidak nyaman."Aduh ... duhhh," Santi dengan sengaja menarik suaranya, "Kamu memperlakukan Sinta layaknya saudara sendiri, tapi dia bahkan tidak mengajakmu saat keluar makan!""Jessika, kamu mungkin tidak tahu siapa yang berada di samping Sinta, 'kan? Dia itu Diana Hidayat! Putri bungsu keluarga Hidayat yang di Jakarta. Terakhir kali keluarga kami mengadakan makan malam amal, Diana datang sambil merangkul lengan Sinta dan mengatakan mereka bersahabat baik! Hegh, siapa yang tahu trik apa yang digunakan Sinta si anak jalang ini!""Sahabatmu yang baik itu telah memanjat pohon yang lebih tinggi sekarang! Apakah dia masih teringat padamu? "Santi menepuk pundaknya, "Inilah hati manusia, sangat sulit dipahami!"Setelah mengatakan itu, dia melambaikan tangannya dan pergi dengan sepatu hak tingginya.Mata Jessika mengikuti ke arah
Jessika juga berharap kalau dirinya yang terlalu banyak berpikir.Namun ingatannya yang kuat itu telah dia kembangkan sejak masih SMA.Jessika juga sangat gampang mengenali wajah orang.Walaupun memakai masker, sorotan mata orang itu tidak akan berubah.Jessika semakin merasa aneh dan berbisik pada Sinta, "Bagaimanapun, kamu harus lebih berhati-hati. Tidak yakin apakah dia adalah putri keluarga Hidayat atau bukan!"Sinta membuka matanya lebar-lebar dan sedikit terkejut."Maksudku adalah ... kamu harus tetap waspada terhadap orang lain!"Sinta berkata dengan tenang setelah beberapa saat, "Tapi Kak Jessika, jika dia memang berpura-pura menjadi putri keluarga Hidayat, lalu apa tujuannya mendekatiku? Selain itu, makan malam amal terakhir diadakan khusus untuk Diana. Identitasnya, Santi sendiri yang mengonfirmasinya!""Bahkan jika dia berbohong padaku, apakah dia masih bisa berbohong pada Keluarga Wijoyo dan pada semua orang?"“Apakah kamu percaya dengan intelektual kakakmu itu?" Jessika te
Jessika berusaha menarik kakinya, tetapi setiap gerakan menyebabkan rasa sakit yang lebih menyakitkan. Dia melihat ke langit. Hari sudah sore dan kabut mulai terbentuk di wilayah pegunungan. Karena sudah kaya pengalaman dalam mendaki gunung, dia terlalu percaya diri dan mengambil jalan yang belum pernah dilalui orang lain sebelumnya.Sekarang, dia malah terjebak di gunung!Dia segera mengeluarkan ponsel dari ranselnya.Tidak ada sinyal.Dia mencoba bergerak beberapa kali lagi.Namun tetap sulit baginya untuk berdiri meski dia sudah meraih pohon di sebelahnya!Jessika langsung panik, dia tidak melihat siapapun di gunung itu, tetapi saat langit perlahan mulai gelap, samar-samar dia bisa mendengar suara lolongan binatang liar ....Kulit kepalanya mati rasa dan air matanya mengalir tak terkendali. Dia menghidupkan dan mematikan ponselnya berulang kali untuk mencari sinyal, tetapi baterai ponsel yang menjadi satu-satunya harapan untuk menyelamatkan nyawanya pun sudah hampir habis.Dia menye
Hati Jessika sepertinya terkena sesuatu.Perasaan aneh dan tak terbendung ini tidak pernah terjadi lagi sejak dia membuat keputusan untuk putus dengan orang itu...Jessika mengerutkan kening dan tanpa sadar ingin mendorong Lukas menjauh, tetapi tangannya malah dipegang lebih erat."Kamu ...."“Kamu masih terluka dan tidak nyaman untuk berjalan,” Lukas menjelaskan dengan ringan, “Lebih baik tidak memaksakan diri.”Jessika mengerucutkan bibirnya dan melihat tangan Lukas yang putih dan ramping.Itu tangan yang memegang pisau bedah, indah sekali.Lukas juga lembut, tampan dan anggun.Jika bukan karena Lukas datang untuk menyelamatkannya hari ini, dia mungkin masih terjebak di tengah hutan pegunungan itu.Memikirkan hal itu, dia merasakan kesakitan yang menusuk di pergelangan kakinya lagi. Jessika mengerutkan kening, tidak bisa bertahan dan hampir jatuh ke tanah.“Hati-hati!” Lukas tiba-tiba memegangi pinggang Jessika.Dia menemukan sebuah batu besar, menyeka debu dan kotoran yang menempel
"Sinta, ini ...."“Cepatlah makan deh,” kata Sinta tidak menunjukkan ekspresi. “Tidak baik terlalu sering makan mie instan. Aku sudah bilang berkali-kali, 'kan!”Hidung Jessika terasa ngilu dan matanya terasa perih.Sinta menatap Jessika lama sekali, akhirnya berhenti berpura-pura dan tertawa terbahak-bahak."Apa yang kamu lakukan sih? Ini bukan pertama kalinya aku membawakanmu makanan, 'kan? Apa kamu akan membuatku ikut menangis juga?"Jessika menelan nasi di mulutnya, matanya memerah, setelah bergumam lama, akhirnya dia mengucapkan kata itu, "Maaf, Sinta."Hati Sinta menegang.Dia tahu betapa tingginya gengsi Jessika, dia tidak pernah mengakui kesalahannya setiap kali mereka bertengkar, tetapi Sinta tahu seberapa jauh Jessika akan berusaha membantunya.Padahal, hari itu hanyalah pertengkaran biasa antara dua orang yang berteman baik.Sebenarnya tidak perlu terlalu serius menanggapinya.Sinta tersenyum dan memegang tangan Jessika, matanya ceria dan lembut. "Sudahlah, kakak adik mana y
Dani tersenyum manis dan menatap wanita imut yang ada di pelukannya dengan lembut.“Suamiku.” Sinta tampak gemes dan memeluknya, “Bagaimana kalau kita membantu mereka?”“Bantu mereka?" Dani tertegun. Bagaimana membantu hal seperti ini? Dani sendiri pun tidak punya pengalaman dalam hal seperti ini.“Ya!” Istri yang manis itu berkata dengan serius, “Jika bukan karena dokter Lukas, kita tidak akan bisa bersama. Oh ya, kita harus berterima kasih padanya karena telah menjadi mak comblang yang hebat!”"Jika aku bisa membantu menjodohkan dokter Lukas dengan Kak Jessika kali ini, itu akan sangat sempurna!"Mata Dani gelap dan dia tidak menjawab.Dani memikirkan lebih banyak dan lebih rumit dari apa yang dipikirkan Sinta. Dia tidak suka terlibat dalam hal-hal seperti ini secara gegabah.Selain itu, dia tidak mengenal Jessika dan Lukas pernah menyelamatkan nyawanya, jadi Dani tidak bisa menipu Lukas.Namun Sinta sangat tertarik dan ingin menjadi mak comblang mereka.Dani tersenyum dan mengusap r
Ini bukan hanya alasan pernikahan Daniel dengan Yenni, tetapi juga alasan kenapa Yenni memamerkan kekuatannya di hadapan Sinta beberapa kali!Semua itu karena Yenni terlahir sebagai nona muda dari keluarga yang hebat.Sinta menggigit bibirnya, tiba-tiba hatinya terasa sesak dan dia mendorong Daniel menjauh.Daniel terkejut dan mengamati ekspresi Sinta dengan cermat, dia tidak melewatkan ekspresi apa pun di wajah sang istri."Kenapa, istriku ….""Tidak apa-apa." Wajah Sinta tampak datar dan dia menyesali aksinya yang mendorong Daniel menjauh.Sinta tahu dirinya sudah bersikap tidak masuk akal.Namun, Sinta merasa cemas memikirkan wanita lain yang mendambakan suaminya!Daniel tersenyum tersanjung dan dengan ragu-ragu meletakkan tangannya di bahu Sinta lagi. “Kalau tidak apa-apa … bagaimana kalau kita tidur saja?""Kamu tidur dulu, aku masih ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan.""Kamu masih mau bekerja?" Nada bicara Daniel mulai berubah.Sinta melirik Daniel secara samar-samar. San
"Apa?" Daniel mengerutkan kening.Daniel tidak tahu kapan terakhir kali Ismail datang ke Taman Imperial.Sinta menceritakan keseluruhan ceritanya dan berkata, "Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Pertama, aku merasa masalah ini telah diselesaikan dan tidak perlu menceritakannya lagi. Kedua ….""Pikiranku memang terlalu polos." Sinta merasa kesal. "Aku tidak menyangka Ismail akan menyembunyikan identitasnya begitu hebat!""Jangan salahkan dirimu sendiri." Daniel membelai bahu Sinta. "Bahkan aku juga tidak menyangka Ismail ternyata orang seperti itu.""Ponsel ini dirusak oleh Bibi Inem." Sinta memandang Daniel. "Saat itu, aku khawatir foto keluarga kita di ponsel itu tidaklah aman, jadi Bibi Inem memikirkan cara dan menjatuhkan ponsel itu ke dalam sup panas."Daniel mengangguk.Meskipun ponsel telah rusak, kalau data dapat dipulihkan, foto di dalam ponsel masih dapat dilihat ….Daniel menyerahkan ponsel pada Wilman. Dalam sekejap, Wilman tahu apa yang harus dilakukan dan segera mundur."
Raut wajah Daniel menjadi muram.Sinta juga tercengang. Dia secara samar-samar ingat kalau terakhir kali Ismail dan Diana datang untuk bermain, mereka membawa sesuatu di tangan mereka."Barang-barang itu disimpan di dapur dan aku tidak pernah memerhatikannya." Bibi Inem menghela napas. "Aku ingin membuatkan sup sarang burung dan kurma untuk Nona Sinta hari ini, jadi aku mengeluarkannya. Aku tidak tahu kalau …."Ekspresi Daniel langsung berubah menjadi ganas.Jadi, Ismail bukanlah karyawan permanen yang sederhana! Tujuannya mendekati Diana sudah jelas.Ismail hanya ingin menggunakan tangan Diana untuk menyingkirkan Daniel dan Sinta!Kalau sesuatu terjadi pada Daniel dan Sinta ketika mereka tinggal di Taman Imperial, Keluarga Sanjaya yang pasti akan disalahkan.Ketika saatnya tiba, Keluarga Hidayat dan Keluarga Sanjaya akan saling berselisih. Kedua pihak akan bersaing satu sama lain dan hanya akan merugikan semua orang …."Daniel." Sinta juga menyadari betapa seriusnya masalah ini. "Kita
"Apa?" Mata Daniel sedikit menyipit saat berpikir sejenak, lalu mencibir, "Aku takut dia melarikan diri dari kejahatannya!"Sinta menatap Daniel dengan bingung. Secara kebetulan, barusan dia juga menduga bahwa itu adalah Ismail karena selain Ismail dan Daniel, Taman Imperial tidak pernah menjamu tamu lain."Wilman." Daniel menatap dengan tatapan tegas, "Apakah kamu tahu ke mana dia pergi?"Wilman mengangguk, "Tiket Ismail langsung menuju ke Semarang."Sepertinya ada sesuatu di Semarang yang membuat Ismail tertarik."Pertama, kendalikan beberapa pekerja bermarga Fairul di rumah itu." Nada suara Daniel jelas dan dingin, "Segera kirim seseorang ke Semarang untuk melacak keberadaannya!""Oke.""Ismail bisa mengambil cuti panjang dan melarikan diri dari kediaman Keluarga Hidayat, pasti ada yang membantunya!"Tatapan Daniel tampak tegas dan jelas, dia sudah memiliki rencana awal di kepalanya. Ismail hanyalah umpan, Daniel akan menggunakan Ismail untuk memancing orang yang berada di bel
"Dia keracunan makanan, tapi gejalanya ringan. Aku sudah memberinya obat dan dia hanya perlu istirahat yang cukup agar cepat pulih."Sinta berseru, "Keracunan makanan?""Ini kesalahanku." Daniel menatapnya."Sinta … tadi pagi aku melarangmu untuk memakan sup karena aku curiga Bibi Inem telah memasukan racun."Sinta menarik napas dalam-dalam. Namun, dia tahu bahwa Daniel tidak akan mencurigai seseorang tanpa alasan, apalagi salah menuduh seorang pelayan tua yang setia padanya."Tadinya aku berniat membawakan semangkuk sup untukmu, tapi kemudian Haju melompat ke jendela untuk mencari makanan, jadi aku memberikan padanya.""Lalu Haju menunduk sambil mengendus-endus.""Saat itu juga, aku bertanya-tanya apa mungkin ada sesuatu di dalam supnya."Sinta baru mengerti Kenapa Daniel begitu sibuk saat itu, kenapa Daniel mengatakan hal aneh yang melarang memakan makanan yang dibuatkan oleh Bibi Inem …."Aku pulang ke rumah pada sore hari dan melihat Bibi Inem yang sedang sibuk." Daniel melanju
Raut wajah Sinta sedikit berubah dan dia merenung sangat lama.Sepertinya dia sudah lama tidak mendengar kabar dari Ismail sejak keributan yang terjadi di rumah waktu itu.Sinta menjawab dengan terus terang, "Aku tidak tahu dia ada di Jakarta atau tidak. Tapi, dia adalah pekerja lama di kompleks kediaman keluarga Hidayat. Setiap hari, kerjaannya sangat banyak, jadi tidak mungkin dia meninggalkan pekerjaannya, bukan?""Oh!" Lukas mengangguk sambil berkata, "Belakangan ini Diana tidak bertemu dengan pria ini, jadi aku kira pria ini sudah meninggalkan Jakarta.""Dokter Lukas!" Sinta segera berkata, "Bahkan kalau pria ini muncul, aku juga tidak akan membiarkan dia bertemu dengan Diana!""Aku dan Daniel tidak ingin Diana berhubungan dengan pria ini lagi. Dia terlalu berbahaya!"Lukas berpikir sebentar, kemudian mengangguk pelan.Pada saat ini, seorang asisten berlari ke arah Lukas dan memberitahunya, "Nona Diana sudah bangun, tapi kondisi mentalnya tidak terlalu baik."Lukas segera bergega
Jantung Sinta berdebar makin kencang, dia tampak sedikit panik.Pada saat ini, tiba-tiba ada panggilan masuk.Dengan gugup, dia pun mengangkat teleponnya. Dari ujung telepon, dia mendengar suara lembut dan pelan yang berkata, "Sinta, ya? Aku Lukas.""Oh!" Dia menenangkan diri, lalu berkata, "Dokter Lukas, ya. Ada masalah apa?"Lukas tertegun sejenak, kemudian dia berkata dengan suara yang makin pelan, "Apakah sekarang kamu bisa datang ke klinik? Ini adalah tempat kerjaku. Hari ini aku ada jadwal konsultasi di Departemen Psikologi."Sinta punya firasat ini ada hubungannya dengan Diana.Dia menutup teleponnya dan segera pergi ke klinik.Lukas sudah menunggunya. Ketika mereka bertemu, mereka pun berbincang-bincang. Lukas menatapnya dengan penuh perhatian, tatapannya penuh makna."Beberapa hari ini aku sudah memberikan konsultasi psikologi kepada Diana," kata Lukas sambil mendorong sebuah laporan ke hadapannya.Sinta pun mengambil laporan itu. Ketika dia melihatnya, tangannya sedikit gemet
Sinta menjulurkan lidahnya sambil tersenyum.Dia mengabaikan Daniel dan langsung berjalan ke arah jalan. Jarak dari sini sangat dekat dengan Asea Media, lalu dia pun bergegas berjalan ke perusahaan.Daniel berdiri di bawah gedung selama beberapa saat.Wilman menelepon Daniel dan berkata, "Tuan, masa Tuan tidak tahu bagaimana gaya bekerjanya Nyonya Nella? Dia tidak akan membiarkan pekerjaan karyawannya terpengaruhi hanya karena masalah perasaan pribadi!""Kalau Tuan mempublikasikan hubunganmu dengan Nona Sinta di perusahaan, pasti akan menimbulkan banyak masalah!"Daniel berkata dengan tidak sabar, "Memangnya bisa ada masalah apa?""Contohnya … seniman di bawah kendali Nyonya Nella juga begitu, mereka juga pacaran. Lalu, bagaimana mereka bisa fokus menerima laporan?"Raut wajah Daniel menjadi masam, lalu dia berkata, "Jadi, aku harus berpura-pura tidak mengenal istriku?"Wilman tertawa getir sambil berkata, "Pokoknya ... itulah yang dikatakan ibumu."Daniel langsung menutup teleponnya.
Sinta tidak punya pilihan selain mengulurkan tangannya, lalu merangkul leher Daniel dan mencium bibirnya.Meskipun tidak terlalu puas, Daniel tetap tersenyum dan melepaskannya.Sinta berkata dengan lembut, "Kamu tidak perlu membuat sarapan lagi. Seharusnya sekarang Bibi Inem sudah pergi berbelanja dan sebentar lagi akan pulang! Dia sangat gesit, dia bisa menyiapkan sarapan dalam waktu singkat.""Omong-omong, Bibi Inem bilang aku harus minum sup ini sebelum sarapan!"Sambil berbicara, Sinta mengulurkan tangannya untuk mengambil sup itu.Namun, sebuah ide tiba-tiba terlintas di benak Daniel. Dia dengan sengaja meletakkan sup itu di samping.Sinta tertegun sambil menatap Daniel dengan tercengang dan berkata, "Kamu … kenapa?""Oh, tidak apa-apa. Sup ini agak dingin, jangan minum lagi.""Bukannya Bibi Inem selalu menghangatkannya?"Daniel tertegun sejenak, lalu berkata, "Sinta, untuk saat ini kamu jangan minum ini, ya. Satu lagi, Bibi Inem sudah sedikit tua. Dia harus mengurus rumah dan mem