Angela tidak bisa tidur karena peristiwa ciuman yang baru saja terjadi. Ia merasa dirinya sangat bodoh karena tidak dapat menolak ciuman Verrel. Padahal ia selalu mengatakan pada lelaki itu jika dirinya tidak tertarik dengannya.
"Ayolah jangan sekarang," kata Angela. Ia merasa perutnya tiba-tiba sangat lapar, usia kehamilannya yang makin bertambah membuatnya mudah kelaparan. Terpaksa Angela pergi ke dapur untuk mencari makanan.
Matanya membelalak senang tatkala mendapati di kulkas tersedia berbagai macam makanan yang lezat. Angela seperti layaknya anak kecil kegirangan melihat cake manis yang menggiurkan lidahnya. Ia ambil sepotong lalu makan di pojokan. Sepertinya tak cukup satu, akhirnya ia putuskan untuk mengambil semuanya sambil memegang piringnya yang di gunakan sebagai tatakan.
Derap langkah kaki terdengar lirih sedang menuruni anak tangga membuatnya berhenti mengunyah. Telinganya ia pasang untuk mendengarkan langkah kaki yang mendekat ke arah
"Hai," sapa Angela. Melihat Verrel turun memakai setelan jas lengkap seolah-olah Verrel akan menghadiri pesta.Verrel tersenyum pada Angela dan menggeser kursinya ke belakang untuk di duduki. "Apa rencanamu hari ini?" tanya Verrel."Aku mau keluar bersama temanku," kata Angela."Teman? Apa aku mengenalnya?" tanya Verrel.Angela menggeleng. "Hanya teman sekolah dulu," kata Angela."Baguslah, setidaknya kau tidak akan bosan terus di rumah," ucap Verrel."Kau mau kemana serapi ini?" tanya Angela."Bertemu dengan klien, kebetulan mengajak bertemu di sebuah pameran jadi aku harus berpenampilan rapi. Sebenarnya aku ingin mengajakmu, tapi aku takut kau akan bosan. Jadi, lakukanlah kegiatan sesukamu agar kau bahagia," kata Verrel."Oke, makasih ya." Angela sedikit nyaman karena Verrel tidak lagi mengekangnya seperti kemarin."Aku berangkat dulu," pamit Verrel. Angela bangkit dari tempat duduknya berjalan mengantar Verrel sampai
Verrel langsung membawa Angela pulang, rasa cemburunya kembali menguasai hatinya. Ia merasa Angela seperti tidak terikat dengannya. Terbukti Angela merasa bebas pergi dengan laki-laki lain. Terlebih lagi laki-laki itu adalah Yohan mantan kekasihnya.Sepanjang perjalanan di mobil keduanya terdiam, Angela melihat ke luar jendela jengkel dengan sikap Verrel yang seenaknya membawanya dari acara itu. Terlebih ia menghina Yohan, Angela menjadi merasa malu."Setidaknya, hargai aku sebagai suamimu," peringat Verrel."Hargai, kita bisa saling menghargai jika kau tidak menyinggung apa yang aku lakukan," kata Angela ketus."Oke, aku tanya. Apa kau sangat mencintai pria itu?" tanya Verrel.Tanpa berpikir panjang Angela langsung mengiyakan. "Ya, aku mencintainya."Verrel bertambah pusing memikirkan kesadaran Angela yang tak kunjung pulih. Bagaimana jika selamanya Angela hanya mengingat Yohan sebagai kekasihnya. Cerita cinta mereka akan terkubur selamanya
Angela berpapasan dengan Verrel, ia tampak rapi dan cantik hari ini. Seperti yang sudah-sudah terjadi, Verrel takut jika Angela janjian dengan Yohan. Wanita itu sulit di tebak pemikirannya."Mau kemana serapi ini?" tanya Verrel."Pergi," jawab Angela singkat."Pergi kemana?" Verrel mencekal lengan Angela. Angela mengernyit heran pada Verrel."Ke makam mama," jawab Angela."Makam? Kau tahu jika mamamu sudah meninggal?" tanya Verrel.Angela mengangguk. Verrel heran, jika Angela masih ingat mamanya sudah meninggal kenapa Angela tidak dapat mengingat masa lalu bersama dirinya?"Aku ikut," kata Verrel."Bukankah kau mau berangkat kerja hari ini?" tanya Angela."Tidak masalah, lagi pula hari ini tidak ada rapat penting," jawab Verrel."Ya, sudah. Ayo," ajak Angela.Mereka berdua akhirnya pergi ke makam mamanya Angela. Sesekali Verrel melirik Angela ketika mereka duduk bersebelahan di dalam
Setelah ciuman kilatnya di pemakaman, yang membuat Angela kesal pada Verrel. Kini mereka sudah berada di rumah sakit bersalin untuk melakukan tes USG. Verrel tampak antusias mendengarkan penjelasan dari dokter kandungannya."Apa bisa di lakukan sekarang tes USG-nya?" tanya Verrel sudah tidak sabar."Tentu saja, silahkan nyonya masuklah ke ruangan itu," kata dokternya.Angela menuruti perkataan dokter wanita itu. Tirai kamarnya kemudian di tutup. Verrel dengan cemas menunggu di luar ruangan. Tak berapa lama tirai sudah di geser kembali, Angela terlihat bahagia. Verrel yang mati penasaran di buatnya."Bagaimana, apa hasilnya?" tanya Verrel tak sabaran."Selamat, sepertinya Tuhan memberikan kebahagiaan berlipat ganda," ujar dokternya."Apa maksudnya, saya kurang mengerti?" tanya Verrel."Kurasa Nyonya Angela akan sedikit di repotkan oleh kedua bayi kembarnya nanti," kata dokter."Apa? Kembar?!" Verrel terperanjat kaget
Verrel berhasil membuat amarah Angela mereda. Wanita itu tertidur pulas saat Verrel mencumbuinya dari belakang. Rasa cemburu itu teralihkan dengan perlakuan Verrel yang lebih memanjakan Angela. Kehadiran sosok bayi kembar sangat di nantikan pasangan muda itu.Angela meraba seprei di sampingnya, Verrel sudah tidak ada lagi di tempatnya. Lagi-lagi Angela melamun, ia menatap ke atas langit-langit kamarnya. Pikirannya kosong ke depan, ia tengah bingung dengan perasaannya sendiri.Saat Verrel memperlakukan dirinya begitu mesra Angela merasa terbawa dalam permainannya. Ia menjadi ragu akan perasaannya pada Yohan. Meskipun di bibirnya mengatakan cinta untuk pria itu tapi kenapa tubuhnya malahan mengkhianatinya.Secara hukum Verrel adalah suami sahnya, seharusnya memang tidak ada masalah jika Verrel meminta haknya. Angela menjadi bimbang, dalam kebimbangannya tiba-tiba ponselnya menyala.Panggilan telepon berasal dari Yohan, Angela buru-buru mem
"Bagaimana keadaan istriku?" tanya Verrel pada dokter yang memeriksa kondisi Angela."Tidak apa-apa dia hanya kelelahan saja, kurasa mungkin Anda terlalu bersemangat dalam berhubungan intim. Seorang wanita hamil mudah lelah dan kelaparan. Jadi, setelah melakukan aktivitas itu jangan sampai terlalu lama tidak mendapatkan asupan makanan. Ia butuh energi baru tentunya," terang dokter panjang lebar.Verrel garuk-garuk kepala, ia melihat Angela terkulai lemas di atas pembaringan. Mungkin memang benar apa kata dokter, ia terlalu bersemangat dalam bercinta. Dan sungguh sangat memalukan sampai ketahuan dokter mengenai gairah ya yang berlebihan itu."Kalau begitu aku akan menuliskan resepnya," kata dokter sembari membuat coretan di kertas kecil lalu di serahkan pada Verrel.Pria muda itu menerimanya lalu mengantarkan dokternya hingga ke depan pintu utama. Tiba-tiba ia teringat sesuatu tentang rasa pusing yang di derita Angela."Tunggu sebentar, Dok. Ada yan
Tiba-tiba dering bunyi telepon mengganggu keasyikan percakapan mereka. Verrel mengambilkan ponsel Angela di atas nakas. Tanpa sadar sekilas ia menatap nama panggilan yang ada di layar telepon. Wajah Verrel berubah pias tapi ia berusaha menekan emosinya mengingat Angela sedang masa pemulihan. "Telepon untukmu," kata Verrel pelan. Angela menerima telepon itu dari tangan Verrel. Ia terkejut saat melihat panggilan dari Yohan di ponselnya. Dengan gugup ia meletakkan piring yang berisikan buah di pangkuannya. Ia melirik ke arah Verrel, tapi lelaki itu memilih melihat ke arah lain. Dengan gugup Angela mengangkat panggilan dari Yohan. "Ya, halo," jawab Angela pelan. "Bagaimana keadaanmu sekarang, sudah lebih baik?" tanya Yohan. "Ya, aku baik-baik saja," jawab Angela sambil melirik ke arah Verrel. "Kenapa dari nada suaramu datar saja, apa ada suamimu di sana?" tanya Yohan. "Ya, kalau begitu sudah ya. Aku mau istirahat," jawab Ange
Setibanya di rumah Verrel kedatangan Mark di sambut hangat oleh pemilik rumah. Tapi lain halnya dengan Angela, ia merasa tidak mengenal kedua orang yang sedang bertandang ke rumahnya."Nyonya, ini aku Clara. Aku adalah asisten pribadi di perusahaanmu. Selama kau sakit, aku yang bertanggung jawab terhadap semua urusan di perusahaan Anda," terang Clara."Tapi, aku merasa tidak pernah bertemu denganmu," ucap Angela bingung. Clara melihat ke arah Mark, ia juga merasa bingung dengan perkataan Angela. Mark kemudian maju memperkenalkan diri pada Angela."Kalau aku Mark, teman semasa kecilmu dulu. Apa kau masih ingat?" tanya Mark. Angela memberi jawaban lewat gelengan kepalanya. Lalu Verrel datang dari arah tangga, ia menyambut ramah kedatangan kedua temannya."Kalian baru ingat jika punya teman?" sindir Verrel.Mark dan Clara hanya tersenyum mendengar celotehan saudara angkatnya. Ia tahu Verrel selalu berkata tidak enak di telinganya, tapi itu