Berbagai macam cara dilakukan Axel agar Dennis membuka mulut, namun laki-laki itu seolah mengunci mulutnya rapat-rapat dengan apa pun yang akan ia hadapi.“Baiklah, jika memang itu maumu, kau sendiri yang rugi,” ucap Axel seraya menelepon dan berbicara dengan seseorang. Sementara Aksa yang duduk memperhatikan.“Baiklah, tunggu sebentar,” ucap Axel sesaat menghentikan pembicaraannya di telepon dan beralih pada Dennis dengan senyum mengembang, “Dennis, sepertinya Lena, istrimu ingin berbicara denganmu, apa kau mau menerimanya?”Ucapan Axel sontak membuat Dennis menjatuhkan dirinya untuk berlutut di hadapan Axel dan memohon ampun.“Tolong, Tuan Muda jangan sakiti keluarga saya, tolong, saya mohon. Saya akan mengaku, saya akan mengaku,” mohon Dennis dengan menangis di kaki Axel.“Kei, jaga mereka untukku. Sebelum aku memutuskan apa-apa, jangan berbuat apa pun pada mereka,” perintah Axel kepada seseorang di telepon dan mengakhiri pembicaraannya lalu segera beralih kepada Dennis.Axel berjo
“Axel, apa maksudmu?” ulang Shakira menyentuh wajah Axel yang basah oleh bulir-bulir air mata yang membasahi.Axel menerawang jauh seolah mengenang sesuatu dengan wajah terluka, “saat itu aku bertengkar hebat dengan Papa, karena tiba-tiba aku tak boleh melanjutkan kuliah ke Inggris seperti yang di sepakati sebelumnya, jika hanya untuk bersenang-senang dan tak serius seperti Aksa. Aku kesal, semua selalu di bandingkan dengan Aksa. Apa, apa selalu Aksa.” Axel menahan isaknya.“Saat itu juga aku mengatakan bahwa aku akan membuktikan bahwa aku mampu dan akan melebihi Aksa yang Papa selalu banggakan. Aku tak butuh Papa dan semuanya lagi. Percuma hidup serasa tak diinginkan, lebih baik hidup tanpa orang tua. Papa dan Mama jarang sekali ada di rumah, sekalinya di rumah, mereka, lebih-lebih Papa selalu memarahiku dan membanding-bandingkan aku dengan Aksa. Aku kesal.Makanya aku sangat menyesal saat terakhir mereka pergi aku bilang pada mereka, ‘pergi saja terus, tak usah kembali!’ dan akhirny
“Bagaimana, Erick? Apa istriku baik-baik saja?” tanya Axel kepada dokter Erick setelah selesai memeriksa kondisi kesehatan Shakira, pagi itu.“Tidak apa-apa, ia pingsan karena kurang cairan dan kurang darah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mungkin karena selain kelelahan, jangan sampai dia stres yang berlebihan. Aku sudah menuliskan resep untuk di tebus. Aku rasa dia tak perlu di rawat, jika di rawat dia mungkin akan semakin stres,” papar Erick menatap Axel dan Natarina secara bergantian.“Baiklah, terima kasih. Tapi, bisakah kau sering-sering datang kemari untuk memastikan dia dan anak-anakku baik-baik saja?” tanya Axel dengan ragu-ragu.“Tentu saja, Axel. Kau bisa meneleponku kapan saja. Dan mungkin lusa aku akan kembali untuk memastikan kondisi mereka. Dan ngomong-ngomong Axel, selamat ya atas kelahiran mereka. Mereka anak-anak yang cantik dan juga tampan,” ucap Dokter Erick dengan senyum mengembang.“Terima kasih, kau tak melihat siapa Ayahnya, tentu saja mereka anak-anak yang
Seharian itu Axel dan Aksa sibuk dengan orang-orangnya untuk menyiapkan pesta perjamuan makan malam untuk selamatan kelahiran Si Kembar. Para lelaki pengawal itu saling bahu membahu menghias rumah, taman hingga teras rumah.Semua bekerja atas perintah Aksa dan Axel. Shakira yang menyaksikan kekompakan dua Kakak beradik itu terlihat senang sekaligus heran, akan tetapi hati kecilnya berkali-kali mengucap syukur atas perdamaian yang telah mereka lakukan setelah melewati sebuah pertaruhan kematian bersama.Axel mendekat ke arah Shakira yang berdiri menatapnya dengan terpana, laki-laki tampan itu tersenyum dan merangkul pinggang Shakira untuk membawanya masuk kembali ke kamar.“Kenapa di sini? Ayo, seharusnya kau beristirahat. Tenanglah, kita baru menghias dan tidak ada yang perlu di khawatirkan,” hibur Axel melihat Shakira yang terlihat bingung.“Tidak Axel, walau aku sempat bingung, tetapi aku sangat senang, akhirnya kau bisa berdamai dengan Kakakmu,” sahut Shakira membelai lembut wajah
“Apanya, Kek?” tanya Axel pura-pura kebingungan. Ia lalu berbalik menatap dinding yang telah terpajang foto-foto dalam bingkai dengan ukuran yang sangat besar. Foto-foto itu menampilkan gambar Papa dan Mama Axel serta Papa dan Kakek Shakira.“Ada apa dengan, Kakek? Axel hanya ingin kita sama-sama berdoa untuk mereka. Agar mereka juga ikut merasakan kebahagiaan pesta ini, Kek. Hanya itu. Apa Axel salah, Kek?” ucap Axel dengan wajah sedih.Walau sempat tak enak hati, akan tetapi Kakek Othman tetap menolak kembali ke atas panggung. Akhirnya Axel memutuskan menempatkan Kakeknya di kursi makan yang telah ia sediakan khusus untuk Sang Kakek. Dan Aksa pun mengambil alih acara dan melanjutkan pidato Sang Kakek, mewakili keluarga Othman yang tertua.“Maafkan atas yang terjadi, Kakek saya memang sedang dalam kondisi kurang sehat, jadi biar saya sebagai perwakilan keluarga Othman tertua akan melanjutkan sambutan ini,” buka Aksa dengan sikap penuh simpati dan membuat para hadirin terlihat ikut be
Axel berlari dengan kencang dan membuka pintu kamar dengan tergesa. Betapa terkejutnya ia melihat Shakira dan Kakeknya sedang duduk di lantai dengan Kakeknya yang terengah-engah dan menangis. Seolah mereka selesai saling serang.Sementara sebuah pistol seperti terlempar tak jauh dari posisi Kakek Othman.“Ada apa ini? Kakek, Shaki?” tanya Axel perlahan-lahan mendekat dan dengan hati-hati.Shakira menatap Axel dengan berurai air mata. Belum sempat ia berbicara Aksa memasuki kamar dan menutupnya dari dalam.“Anak-anakmu bersama Neneknya, aman,” bisik Aksa di belakang Axel. Axel menggumam sebagai jawaban.“Axel, aku tak tahu, tiba-tiba Kakek ingin menembakkan pistolnya ke kepalanya sendiri, tadi aku berteriak ingin merebutnya dengan paksa, tetapi pistol itu malah meletus dengan sendirinya dan terlempar,” papar Shakira masih menahan syok.“Kakek, tolong jangan seperti ini, jika ada masalah bicarakan pada kami, Kek. Ada apa? Kenapa Kakek membawa-bawa pistol itu? Ini kan acara selamatan par
Shakira diam termangu di depan ruang tunggu kamar operasi di sebuah rumah sakit. Saat ini ia hanya bisa diam tanpa bisa menangis karena sudah terlalu lelah menangis. Ia merasakan kedua matanya yang terasa bengkak dan perih akibat terlalu banyak menangis.Saat itu ia hanya di temani oleh Amelia, karena Natarina harus menenangkan kedua Anaknya dengan susu formula yang telah di siapkan khusus untuk keduanya. Apalagi kini Shakira sedang menghadapi sebuah musibah dengan tertembaknya Axel oleh Sang Kakek demi melindungi dirinya.Amelia duduk dengan canggung, karena melihat Shakira yang diam membisu seperti orang yang tak punya lagi semangat hidup. Tak ada lagi yang bisa ia lakukan, selain ikut diam. Karena Shakira terlihat butuh ketenangan dari pada pembicaraan atau hiburan apa pun.Hingga tak berapa lama kemudian Aksa datang segera duduk di hadapan Shakira. Laki-laki tampan itu menyentuh tangan Shakira yang dingin.“Shaki, tanganmu dingin sekali,” ujarnya seraya melepaskan jas hitamnya dan
“Axel!” pekik Shakira dengan bangun tersentak kaget. Hal itu membuat Amelia segera menghambur ke hadapan Shakira.“Nyonya Kakak? Anda sudah siuman? Syukurlah,” sahut Amelia dengan wajah senang namun tak bisa menutupi wajah sedihnya. Wajahnya terlihat sangat sembab karena terlalu banyak menangis.“Amel, apa yang terjadi? Ini di mana?” tanya Shakira kebingungan seraya melihat ke sekelilingnya. Ia terbangun di sebuah kamar serba putih dan di kelilingi oleh kelambu dengan warna yang sama.“Anda pingsan, Nyonya Kakak. Sekarang sedang di UGD. Tadi Tuan Aksa yang membawa Anda kemari,”Mendengar penjelasan Amelia, Shakira melompat dari ranjang dengan tergesa-gesa, “di mana Axel? Di mana, suamiku?”Amelia memeluk Shakira dengan cepat dan menangis tersedu-sedu, “Nyonya Kakak, harus tenang. Anda baru sadar. Sebaiknya pelan-pelan dulu,” cegah Amelia dengan bingung.“Aku ingin melihat kondisi Axel. Apa ada perkembangan tentang operasinya? Kenapa lama sekali, Amel? Padahal tadi Axel sedang duduk me
Seharian ini Axel dibuat pusing oleh tingkah Shakira yang semakin lama semakin suka uring-uringan tak jelas. Namun ada kalanya Shakira terlihat sangat ceria saat bersama si kembar. Apalagi si kembar kini sudah bisa berjalan walau tertatih-tatih. “Bagus! Anak-anak Mama sudah mulai bisa berjalan! Sini Mama cium dulu, anak tampan dan cantik Mama!” puji Shakira dengan antusias memangku kedua buah hatinya dan menciumi mereka bergiliran dan membuat keduanya tergelak-gelak kegelian. Akan tetapi suasana yang ceria itu seketika suram saat Axel mendekati mereka. Dengan wajah masam, Shakira mencoba menjauh darinya. Namun, tangan Axel dengan cepat menangkap Shakira dengan merangkulnya dari belakang. Mau tak mau kedua anaknya pun ikut dalam kungkungannya. “Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang jauh-jauh dariku,” desis Shakira menahan marah, namun beda halnya dengan si kembar yang tergelak-gelak karena mendapat pelukan dari Papa mereka. “Sayang, aku minta maaf jika ada salahku, tetapi kumohon jan
Pesta itu di gelar di sebuah aula hotel bintang lima yang berada dalam naungan bisnis Othman Group yang telah Axel akuisisi.Saat itu Shakira dan Axel memakai baju pernikahan mereka kembali, seolah mengenang kembali pernikahan mereka dan mendandani si kembar seperti malaikat-malaikat kecil yang lucu dan cantik. Sungguh memperlihatkan keluarga yang sempurna. Beberapa tamu melontarkan pujian sekaligus iri dengan kemesraan mereka dengan tiada henti-hentinya. Pesta itu berlangsung sangat meriah dan ramai. Axel dan Shakira terlihat semakin bahagia tatkala sampai acara puncak itu yang diisi oleh potongan-potongan foto Axel dan Shakira dengan berbagai pose atau adegan yang tanpa sengaja terekam kamera CCTV dengan pose lucu, tertawa atau pun sedih. Juga foto-foto di kembar yang sangat menggemaskan yang terpampang di layar utama.“Ya. Inilah keluarga kecil saya. Istri saya, Shakira yang tercinta juga anak-anak saya, Angelo dan Angela serta Ibu mertua saya, Mama Natarina, serta Kakak saya, Aks
“Kau tahu, apa pun yang kita rencanakan dan bagaimana pun kita berusaha, jika Tuhan telah menggariskan sebuah takdir semua tak akan bisa ditentang,” ujar Aksa kala itu.Axel tersenyum tipis mendengarnya walau tetap tak melepaskan pandangannya pada Shakira yang sedang tertawa senang bercanda ria dengan si kembar dan Ibunya di sebuah kasur lantai.Kedua kakak beradik itu sama-sama terdiam saat melihat Shakira yang dengan luwesnya meraih Angelo yang mulai merengek. Dan berkat godaan Shakira, bayi mungil itu kembali terbahak-bahak menggantikan rengeknya.“Ya. Aku hanya berpikir, bahwa aku akan berusaha semampuku agar semua yang aku cita-citakan dapat kuraih. Termasuk memiliki hatinya.” Axel tetap menatap Shakira dengan senyum mengembang.Ucapan Axel sukses membuat Aksa mengalihkan pandangannya dari Shakira kepada Axel.“Aku tahu ke mana arah pembicaraanmu, Aksa. Walaupun para Kakek ingin mencatat nama kalian dalam ikatan jodoh. Tapi Tuhan menakdirkan Shakira terikat padaku. Begitu, ‘kan?
“Aku hanya takut, aku tak pantas untukmu, Shakira. Karena aku bukanlah siapa-siapa lagi ....”Kata-kata putus asa Axel masih terus terngiang-ngiang di telinga Shakira bahkan setelah ia terbangun dari tidurnya. Ia menatap wajah Axel yang masih terlelap dalam pelukannya.Shakira meraba wajah tampan di hadapannya dengan perasaan haru, lalu dengan berkaca-kaca ia mengecup kelopak mata Axel yang masih terpejam, hidung mancung dan bibirnya dengan lembut. Dengan tatapan puas, Shakira menatap wajah suaminya yang terlihat polos dan tampan.Namun kesenangannya harus dikejutkan gerakan Axel yang tiba-tiba menimpanya dan menyurukkan wajahnya di leher jenjang Shakira yang spontan membuat Shakira memekik kegelian.“Dasar Nakal, kau selalu mengejutkan aku, Axel,” tegur Shakira mencubit pipi Axel dan membuat laki-laki itu menggumam dan makin gencar mencumbu Shakira yang membuat Shakira makin terkekeh kegelian. Mau tak mau hal itu membuat Axel benar-benar bangun.“Mana morning kissnya?” gumam Axel kem
Shakira mendorong Axel dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya.“Ada apa, Axel? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kau mengucapkan itu?” cecar Shakira tercekat tak percaya.Melihat Axel hanya terdiam membisu, Shakira mengangguk paham, “Apa ini karena aku telah melarikan diri bersama Aksa waktu itu? Jadi kau tak percaya ....”“Shakira ....” sela Axel yang kini bersimpuh di kaki Shakira dan memeluk lututnya.“Dosa Othman terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Aku terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa kubanggakan dan kupersembahkan untukmu, Shaki. Aku bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa.Aku tak pernah menyangka segala dukungan buatku dari Kakek, itu semua karena kupikir Kakek yang benar-benar menyayangiku dan iba melihatku yang selalu jadi bayang-bayang Aksa. Tapi nyatanya, semua demi tujuannya sendiri. Demi ing
“Sayang, apa kau sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Shakira sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit,” ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Martin, perut wanita itu terlihat sedikit buncit.Axel menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya.“Sarah? Kau sudah selesai berbicara dengan Shakira?” tanya Martin menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu, “Perkenalkan Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda ...”“Axel, Tuan Muda Axel, suami Shakira siapa yang tak tahu Tuan Muda Axel Othman. Salam kenal saya Sarah, istri Tuan Martin ini, pemilik restoran yang punya cabang di beberapa Mal,” sela Sarah memotong ucapan Martin dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Axel.Ucapan Sarah, membuat Martin jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadapan Axel, apalagi me
“Bagaimana, Erick? tanya Axel setelah dokter Erick memeriksa kondisi Kakek Othman.“Axel, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan menyebabkan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu,” ungkap dokter Erick dengan tatapan penuh simpati.“Kenapa tidak pasti?” sela Aksa kepada Erick menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Othman yang mengering.“Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat,” jawab Erick yang membuat Aksa terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Laki-laki itu terlihat sangat stres.“Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan selain itu,” lanjut Erick dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Axel itu menghela napas dengan berat, “Aku turut berdukacita atas apa yang terjadi pada Kakek,” pungkasnya seraya melepas
Sore itu Shakira duduk bersebelahan dengan Axel, sementara Aksa duduk di bangku tunggal terpisah berhadapan dengan Tuan Bastian West yang duduk dengan Pak Adam, sekretaris Axel dan Pak Ares, Pengacara Axel.Kelima orang tersebut sedang bersitegang karena masalah yang sedang mereka hadapi. Apalagi melihat Tuan Bastian yang sempat tak bisa menahan harunya bisa melihat Shakira setelah sekian lama. Hal itu semakin membuatnya bersemangat untuk mengungkapkan alasan kedatangannya ke rumah itu.“Jadi, singkatnya, seperti yang tertulis dalam surat wasiat terakhir, sebelum Tuan Abraham Ansel meninggal, bahwa semua miliknya akan di wariskan kepada Nona Shakira. Dan jika Nona Shakira meninggal sebelum memiliki keturunan maka sebagian aset itu akan disumbangkan kepada yayasan amal pilihan Tuan Ansel, dan sebagian lagi untuk Nyonya Natarina,” papar Tuan Bastian seraya menyerahkan beberapa lembar dokumen di tangannya kepada ke empat orang itu.“Dan ini adalah seluruh aset itu, dengan taksiran harga
Mendengar ucapan Axel yang terbata-bata, Aksa tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Shakira dan Natarina menatapnya semakin heran.“Ada apa, Aksa?” tegur Natarina yang langsung membuat Aksa menghentikan gelak tawanya.Lalu dengan menyisakan tawanya ia akhirnya mengakui, bahwa dia memang sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Axel marah dan bangun.“Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Shakira,” papar Aksa yang membuat Shakira dan Natarina menangis haru. Shakira kembali memeluk dan menciumi tangan Axel. Sementara Axel menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja.***Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Axel diperbolehkan pulang ke rumah dengan berbagai macam syarat yang harus dipatuhinya demi mempercepat pemulihannya. Dengan begitu pekerjaan Shakira semakin banyak, selain mengurus kedua anaknya ia juga harus membagi waktunya untuk Axel.“Aku merasa jadi punya 3 bayi yan