"Shaki, kenapa aku merasa kau sedang menuduhku?'' tanya Axel menatap Shakira dengan tajam."Tidak Axel, aku sedang bertanya. Aku hanya bertanya kenapa kau harus begitu marah pada hal itu? Hanya itu,'' sahut Shakira dengan nada ketus seraya bersedekap dan membuang muka pada Axel."Dulu aku juga pernah memanfaatkan Rachel untuk mencari informasi tentangmu, bukannya aku pernah cerita? Dan hanya sebatas itu, karena kebetulan perusahaan Papanya ada di bawah naungan Kakek. Aku hanya bertemu dua kali dengannya itu pun juga kami makan bersama keluarganya dan Kakek. Tidak ada kami jalan berdua, seperti Aksa sekarang. Aku menghormatinya karena dia teman baikmu Shakira, tidak lebih,'' papar Axel menjelaskan dengan nada tegas.Hening."Tapi Axel, apa kau tahu, kenapa Rachel tadi canggung? Karena dia memang pernah menyukaimu ....'' ucapan Shakira menggantung begitu saja, hanya tangan yang ia gerakkan, ''entahlah aku tak tahu,'' Shakira mengendikan bahunya seraya bangkit dari duduknya untuk pergi.
Minggu siang Shakira dan Axel tiba di rumah dengan lelah dan mengantuk. Apalagi Axel, karena malam itu ia hampir sering terbangun karena Shakira yang tak bisa memejamkan mata barang sekejap pun. Mau tak mau Shakira terus menerus mengganggu tidur Axel.Melihat kelesuan keduanya Natarina menawarkan kue buatannya dan minuman lemon dingin kesukaan Axel. Axel melahap potongan kue brownies dengan lahap di hadapannya dengan sesekali menahan kantuknya.“Mama, ini tidak seperti yang Mama pikirkan. Kami tak tidur karena aku merasa tak nyaman tidur di tempat asing. Walau itu hotel bintang lima sekali pun,” ucap Shakira setelah meneguk es lemonnya karena menatap Natarina yang terus saja tersenyum melihat keduanya yang terlihat kurang tidur.“Loh, Mama tak bertanya apa – apa lho padahal? Kenapa Shaki gugup begitu? Lagi pula memang apa yang Mama pikirkan?” Pertanyaan Natarina sukses membuat wajah Shakira memerah dan Axel terbatuk – batuk karena tersedak.“Ma, dia kacau sekali semalaman, Axel sudah
Pagi itu Shakira telah bersiap mengantarkan Axel pergi bekerja di dampingi oleh Natarina. Mereka bertiga terlihat akrab mengobrol di ruang tengah hendak menuju lantai bawah ketika sebuah mobil sedan berwarna abu – abu memasuki halaman rumah.Ketiga orang itu menatap kedatangan Rachel melalui kaca rumah yang transparan dan sangat besar yang mengelilingi hampir separuh dinding bagian depan rumah itu agar bisa menikmati taman yang ada di sekitar halaman dan samping rumah."Oh itu Rachel? Ada apa dia sepagi ini sudah sampai ke mari?'' tanya Natarina menatap Shakira bergantian dengan Axel. Axel pun menunggu jawaban dari Shakira seraya menatapnya."Shaki tidak tahu Ma, Rachel tak memberi kabar apa pun,'' sabut Shakira seraya melangkah cepat ke arah ruang tamu dan pintu masuk untuk menyambut Rachel yang telah turun dari mobil.Kedua sahabat karib itu bertemu saling mencium pipi dan memeluk. Lalu Shakira mengajak Rachel memasuki rumah."Ada apa kau pagi – pagi sudah kemari? Apa kau tak ada ja
“Tidak Axel, itu maksudku, aku tadi berbicara dengan Rachel, tidak bukan di rak yang itu, begitu maksudku,” papar Shakira terbata - bata.“Memangnya apa yang sedang kalian cari?” tanya Axel memastikan.“Beberapa buku membangun manajemen sebuah bisnis retail dan sejenisnya,” sahut Shakira menggigit bibirnya karena berbohong seraya menatap sebuah buku yang berjudul ‘Memulai Bisnis Retail’ di salah satu rak.Terdengar Axel bergumam seolah mengingat sesuatu dan menunjukkan beberapa buku yang mereka cari ada di rak paling ujung lemari pertama. Seusai mengucapkan terima kasih akhirnya pembicaraan itu pun mereka selesai.“Huh... Hampir saja. Terkadang aku merasa Axel itu seperti CCTV saja, seolah dia tahu semua yang kupikirkan,” keluh Shakira bersandar pada sofa dengan lemas.“Itu mengerikan kau tahu? Maaf maksudku, itu sama saja seperti kau diawasi selama 24 jam tanpa jeda,” sahut Rachel menatap Shakira dengan wajah penuh simpati.Shakira mengendikan bahunya tanda ‘ya begitulah’ sebelum akh
“Akulah yang harusnya bertanya! Kenapa kau ada di sini Shakira? Dasar perempuan jalang!” pekik Elizabeth beranjak berdiri seolah bersiap memulai pertengkaran.“Elizabeth jaga bicaramu!” bentak Aksa yang berjalan dari lorong di belakang Elizabeth hingga membuat wanita itu tersentak kaget.Melihat kedatangan Aksa, semua terdiam dan menatap Aksa seolah meminta penjelasan. Terutama Shakira dan Elizabeth.“Duduklah Shakira, Rachel, karena waktu kita tak banyak. Dan kau Eliz, kalau kau tak bisa menjaga mulutmu dengan benar kali ini juga, jangan pernah berharap aku menolongmu lagi! Aku tak peduli walau kau saksi yang sedang kucari!” ucap Aksa memerintah dengan tegas.“Saksi? Oh pantas saja,” sela Shakira terkejut lalu menghela napas dengan kasar seraya duduk bersebelahan dengan Rachel dalam sofa yang sama berseberangan dengan posisi Elizabeth.Sementara Aksa duduk di sofa tunggal di antara Shakira dan Elizabeth. Lalu seorang laki – laki asing berdiri dengan kaku di belakang Aksa dan Elizabet
Klik!Terdengar bunyi itu saat Aksa menarik pengaman pistol tersebut yang membuat Elizabeth terdiam bergetar ketakutan dan mulai berkaca – kaca.“Aku tak main – main Elizabeth,” lanjut Aksa dengan suara rendah namun mengancam.Elizabeth mengangguk berkali – kali tanda paham. Wanita itu mulai menangis, namun Aksa tak juga menjauhkan benda mengerikan itu yang kini menempel di pelipisnya.“Kak, Kak Aksa. Tolong jangan begini, Kak kumohon tenanglah sedikit,” bujuk Shakira mencoba mendekati tempat duduk Aksa perlahan – lahan.“Tidak apa – apa Shakira, aku tak akan menarik pelatuknya jika ia mengatakan semua nama – nama itu,” sahut Aksa masih tetap menatap wajah Elizabeth yang mulai berkeringat.Shakira melirik Elizabeth yang juga menatapnya dengan sorot mata memohon, tak ada lagi kesombongan dan kejahatan di sana. Shakira mendesah perlahan.“Baiklah, terserah Kakak saja. Yang jelas aku tak mau menjadi saksi pembunuhan yang Kakak lakukan. Setidaknya lakukan setelah aku dan Rachel pergi dar
Sepulang dari salon kecantikan hari sudah menjelang sore, saat Shakira sampai rumah. Rachel yang menurunkan Shakira di depan rumah tak ikut masuk karena ia harus buru – buru pulang.Dengan langkah gontai Shakira berjalan menuju ke kamarnya setelah melihat Ibunya yang masih terlelap dalam kamar. Shakira menghela napas dengan berat dan melemparkan dirinya pada ranjangnya yang empuk. Ia kembali terngiang – ngiang ucapan Aksa diselingi ucapan Axel tempo hari.Ternyata benar kata Axel, Aksa masih saja menginginkan aku. Kasihan Rachel, kalau dia sampai tahu niat Aksa mendekatinya karena aku. Atau jangan-jangan ia sudah tahu? Makanya sepanjang jalan tadi dia lebih banyak diam. Benar! Bahkan tadi dia turun lebih dulu agar aku dan Aksa bisa berbicara berdua saja.Oh tidak! Aku harus bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan jika Rachel memang tahu ia hanya dimanfaatkan oleh Aksa. Walau pun situasinya memang darurat apakah aku harus diam saja dan membiarkan Rachel tersakiti? Aku takut Rachel bena
Shakira menatap Axel yang tidur pulas di sampingnya. Dengkuran halusnya mewarnai suasana kamar yang terasa dingin oleh pendingin udara ruangan. Shakira membenamkan wajahnya dalam dada Axel yang menghadap padanya. Wanita cantik berwajah sendu itu sesekali menatap wajah Axel yang terlihat lelah.Axel, suamiku... Kau sudah menang, kau telah mendapatkan hatiku, kau telah mendapatkan cinta dan sayangku. Andaikan semua yang kudengar itu bohong. Andaikan semua yang terjadi itu adalah palsu. Tapi .... Oh Tuhan .... Kenapa aku malah semakin mencintainya? Di saat semua kenyataan mulai terkuak, kenapa aku tak ingin jauh darinya? Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?Shakira meraba wajah Axel dari alis matanya yang hitam dan tebal, hidung yang mancung dan maskulin serta bibir yang padat berisi hingga wajah tirus yang membingkainya. Jambang tipis yang mulai tumbuh itu pun ikut di mainkan oleh Shakira. Ia tersenyum setelah teringat bagaimana ia terpekik kegelian karena jambang tipis itu yang terus me
Seharian ini Axel dibuat pusing oleh tingkah Shakira yang semakin lama semakin suka uring-uringan tak jelas. Namun ada kalanya Shakira terlihat sangat ceria saat bersama si kembar. Apalagi si kembar kini sudah bisa berjalan walau tertatih-tatih. “Bagus! Anak-anak Mama sudah mulai bisa berjalan! Sini Mama cium dulu, anak tampan dan cantik Mama!” puji Shakira dengan antusias memangku kedua buah hatinya dan menciumi mereka bergiliran dan membuat keduanya tergelak-gelak kegelian. Akan tetapi suasana yang ceria itu seketika suram saat Axel mendekati mereka. Dengan wajah masam, Shakira mencoba menjauh darinya. Namun, tangan Axel dengan cepat menangkap Shakira dengan merangkulnya dari belakang. Mau tak mau kedua anaknya pun ikut dalam kungkungannya. “Apa yang kau lakukan? Sudah kubilang jauh-jauh dariku,” desis Shakira menahan marah, namun beda halnya dengan si kembar yang tergelak-gelak karena mendapat pelukan dari Papa mereka. “Sayang, aku minta maaf jika ada salahku, tetapi kumohon jan
Pesta itu di gelar di sebuah aula hotel bintang lima yang berada dalam naungan bisnis Othman Group yang telah Axel akuisisi.Saat itu Shakira dan Axel memakai baju pernikahan mereka kembali, seolah mengenang kembali pernikahan mereka dan mendandani si kembar seperti malaikat-malaikat kecil yang lucu dan cantik. Sungguh memperlihatkan keluarga yang sempurna. Beberapa tamu melontarkan pujian sekaligus iri dengan kemesraan mereka dengan tiada henti-hentinya. Pesta itu berlangsung sangat meriah dan ramai. Axel dan Shakira terlihat semakin bahagia tatkala sampai acara puncak itu yang diisi oleh potongan-potongan foto Axel dan Shakira dengan berbagai pose atau adegan yang tanpa sengaja terekam kamera CCTV dengan pose lucu, tertawa atau pun sedih. Juga foto-foto di kembar yang sangat menggemaskan yang terpampang di layar utama.“Ya. Inilah keluarga kecil saya. Istri saya, Shakira yang tercinta juga anak-anak saya, Angelo dan Angela serta Ibu mertua saya, Mama Natarina, serta Kakak saya, Aks
“Kau tahu, apa pun yang kita rencanakan dan bagaimana pun kita berusaha, jika Tuhan telah menggariskan sebuah takdir semua tak akan bisa ditentang,” ujar Aksa kala itu.Axel tersenyum tipis mendengarnya walau tetap tak melepaskan pandangannya pada Shakira yang sedang tertawa senang bercanda ria dengan si kembar dan Ibunya di sebuah kasur lantai.Kedua kakak beradik itu sama-sama terdiam saat melihat Shakira yang dengan luwesnya meraih Angelo yang mulai merengek. Dan berkat godaan Shakira, bayi mungil itu kembali terbahak-bahak menggantikan rengeknya.“Ya. Aku hanya berpikir, bahwa aku akan berusaha semampuku agar semua yang aku cita-citakan dapat kuraih. Termasuk memiliki hatinya.” Axel tetap menatap Shakira dengan senyum mengembang.Ucapan Axel sukses membuat Aksa mengalihkan pandangannya dari Shakira kepada Axel.“Aku tahu ke mana arah pembicaraanmu, Aksa. Walaupun para Kakek ingin mencatat nama kalian dalam ikatan jodoh. Tapi Tuhan menakdirkan Shakira terikat padaku. Begitu, ‘kan?
“Aku hanya takut, aku tak pantas untukmu, Shakira. Karena aku bukanlah siapa-siapa lagi ....”Kata-kata putus asa Axel masih terus terngiang-ngiang di telinga Shakira bahkan setelah ia terbangun dari tidurnya. Ia menatap wajah Axel yang masih terlelap dalam pelukannya.Shakira meraba wajah tampan di hadapannya dengan perasaan haru, lalu dengan berkaca-kaca ia mengecup kelopak mata Axel yang masih terpejam, hidung mancung dan bibirnya dengan lembut. Dengan tatapan puas, Shakira menatap wajah suaminya yang terlihat polos dan tampan.Namun kesenangannya harus dikejutkan gerakan Axel yang tiba-tiba menimpanya dan menyurukkan wajahnya di leher jenjang Shakira yang spontan membuat Shakira memekik kegelian.“Dasar Nakal, kau selalu mengejutkan aku, Axel,” tegur Shakira mencubit pipi Axel dan membuat laki-laki itu menggumam dan makin gencar mencumbu Shakira yang membuat Shakira makin terkekeh kegelian. Mau tak mau hal itu membuat Axel benar-benar bangun.“Mana morning kissnya?” gumam Axel kem
Shakira mendorong Axel dari dekapannya dan menatapnya dengan mata terbelalak tak percaya.“Ada apa, Axel? Kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Kenapa tiba-tiba kau mengucapkan itu?” cecar Shakira tercekat tak percaya.Melihat Axel hanya terdiam membisu, Shakira mengangguk paham, “Apa ini karena aku telah melarikan diri bersama Aksa waktu itu? Jadi kau tak percaya ....”“Shakira ....” sela Axel yang kini bersimpuh di kaki Shakira dan memeluk lututnya.“Dosa Othman terlalu besar untuk diampuni. Kakek telah menghancurkan hidupmu begini rupa. Aku terlalu malu untuk menatapmu sekarang. Tak ada lagi yang bisa kubanggakan dan kupersembahkan untukmu, Shaki. Aku bahkan yang hanya memiliki sedikit perasan kepadamu tanpa sadar hanya diperalat untuk mengikatmu secara paksa.Aku tak pernah menyangka segala dukungan buatku dari Kakek, itu semua karena kupikir Kakek yang benar-benar menyayangiku dan iba melihatku yang selalu jadi bayang-bayang Aksa. Tapi nyatanya, semua demi tujuannya sendiri. Demi ing
“Sayang, apa kau sudah selesai berbicara? Ayo, kita pulang, sepertinya Shakira sedang kerepotan dengan anak-anaknya. Sebaiknya kita pamit,” ucap seorang wanita yang tiba-tiba datang dan menggandeng lengan Martin, perut wanita itu terlihat sedikit buncit.Axel menatap wanita tersebut, yang menatapnya dengan sopan namun sangat jelas terlihat dia menikmati apa yang sedang dilihatnya.“Sarah? Kau sudah selesai berbicara dengan Shakira?” tanya Martin menoleh pada wanita yang terlihat agak genit itu, “Perkenalkan Tuan Muda, ini istri saya Sarah, dan Sarah ini adalah Tuan Muda ...”“Axel, Tuan Muda Axel, suami Shakira siapa yang tak tahu Tuan Muda Axel Othman. Salam kenal saya Sarah, istri Tuan Martin ini, pemilik restoran yang punya cabang di beberapa Mal,” sela Sarah memotong ucapan Martin dan mengulurkan tangannya untuk dijabat Axel.Ucapan Sarah, membuat Martin jengah dan menegurnya walau dengan suara lembut. Akan tetapi sepertinya Sarah sangat menikmati pamer di hadapan Axel, apalagi me
“Bagaimana, Erick? tanya Axel setelah dokter Erick memeriksa kondisi Kakek Othman.“Axel, Kakek meninggal karena pembuluh darah arterinya putus dan menyebabkan kehilangan banyak darah dan mengakibatkan syok dalam jantungnya. Dan Kakek meninggal sekitar 2 sampai 3 jam yang lalu,” ungkap dokter Erick dengan tatapan penuh simpati.“Kenapa tidak pasti?” sela Aksa kepada Erick menutupi ranjang dan seprei yang berlumuran darah Kakek Othman yang mengering.“Karena suhu ruangan ini sangat rendah, jadi membuat suhu tubuh juga semakin turun dan dapat mempengaruhi pembekuan dengan cepat,” jawab Erick yang membuat Aksa terdiam menguyup wajahnya sendiri dengan kasar. Laki-laki itu terlihat sangat stres.“Dan memang beliau meninggal karena sebab bunuh diri, tak ada tanda-tanda kekerasan selain itu,” lanjut Erick dengan wajah penuh duka. Dokter muda yang berumur tak jauh di atas Axel itu menghela napas dengan berat, “Aku turut berdukacita atas apa yang terjadi pada Kakek,” pungkasnya seraya melepas
Sore itu Shakira duduk bersebelahan dengan Axel, sementara Aksa duduk di bangku tunggal terpisah berhadapan dengan Tuan Bastian West yang duduk dengan Pak Adam, sekretaris Axel dan Pak Ares, Pengacara Axel.Kelima orang tersebut sedang bersitegang karena masalah yang sedang mereka hadapi. Apalagi melihat Tuan Bastian yang sempat tak bisa menahan harunya bisa melihat Shakira setelah sekian lama. Hal itu semakin membuatnya bersemangat untuk mengungkapkan alasan kedatangannya ke rumah itu.“Jadi, singkatnya, seperti yang tertulis dalam surat wasiat terakhir, sebelum Tuan Abraham Ansel meninggal, bahwa semua miliknya akan di wariskan kepada Nona Shakira. Dan jika Nona Shakira meninggal sebelum memiliki keturunan maka sebagian aset itu akan disumbangkan kepada yayasan amal pilihan Tuan Ansel, dan sebagian lagi untuk Nyonya Natarina,” papar Tuan Bastian seraya menyerahkan beberapa lembar dokumen di tangannya kepada ke empat orang itu.“Dan ini adalah seluruh aset itu, dengan taksiran harga
Mendengar ucapan Axel yang terbata-bata, Aksa tak kuasa menahan gelak tawanya dan membuat Shakira dan Natarina menatapnya semakin heran.“Ada apa, Aksa?” tegur Natarina yang langsung membuat Aksa menghentikan gelak tawanya.Lalu dengan menyisakan tawanya ia akhirnya mengakui, bahwa dia memang sengaja membisikkan kata-kata itu untuk membuat Axel marah dan bangun.“Apalagi yang bisa membuatmu marah selain itu? Lihat saja Ma, bahkan dia bisa melawan dan bangkit dari kematian hanya karena Shakira,” papar Aksa yang membuat Shakira dan Natarina menangis haru. Shakira kembali memeluk dan menciumi tangan Axel. Sementara Axel menahan sakit karena tawanya yang terlepas begitu saja.***Akhirnya setelah beberapa hari di rawat, Axel diperbolehkan pulang ke rumah dengan berbagai macam syarat yang harus dipatuhinya demi mempercepat pemulihannya. Dengan begitu pekerjaan Shakira semakin banyak, selain mengurus kedua anaknya ia juga harus membagi waktunya untuk Axel.“Aku merasa jadi punya 3 bayi yan