Misi pertama Alex sedang di lancarkan, ia mengambil sejumlah dokumen para pelamar yang memasukkan resume, sasarannya adalah mencari resume kedua teman Emili, ia tidak tau nama lengkapnya tapi ia masih ingat dengan jelas wajah dua orang itu, ia berharap dapat mengenalinya di foto.Ia menemukan milik Hana yang di nyatakan lulus menjadi pekerja di perusahaannya, sayangnya Hana di tugaskan di tempat yang jauh, tapi ia tetap menyimpan milik Hana barangkali bisa berguna suatu saat nanti, beberapa saat kemudian ia menemukan juga resume Maya, ia tersenyum karena Maya masih berada di atap yang sama walaupun di bagian yang cukup rendah di kantornya. Maya mendapat tugas sebagai pelayan resepsionis di pintu tiga, itu adalah pintu para karyawan lalu lalang, termasuk yang dulu selalu di lalui Emili saat bekerja sebagai cleaning servis di tempat itu. Di kantor itu ada banyak pintu setiap pintu punya tingkatan masing-masing, pintu satu adalah pintu VVIP, pintu yang di lalui orang-orang seperti Danil
Alex menemui Maya setelah jam kantor, ia menunggu Maya di depan pintu tiga, tidak lama kemudian Maya muncul setelah mengganti baju kerjanya dengan pakaian biasa."Hei kamu" Seru Alex menyapa Maya.Maya celingak celinguk mencari siapa yang di sapa orang di depannya itu."Anda berbicara dengan saya?" Maya menunjuk dirinya sendiri."Iya siapa lagi?""Saya punya nama" Maya protes."Iya saya tau kamu Maya kan? sini sebentar" Alex meminta Maya lebih mendekat, sepertinya Maya tidak mengenalinya, benar saja setelah Maya mendekat, ia hampir terjengkang karena kaget."Maaf Pak Alex saya sudah tidak sopan, tadi saya tidak mengenali Anda" Maya berucap dengan hormat setelah membenahi posisinya."Iya tidak apa-apa" "Kenapa Anda ingin menemui saya di tempat seperti ini, Anda bisa memanggil saya ke tempat Anda" ucap Maya dengan sopan, tentu saja ia harus sopan karena sedang berhadapan dengan asistennya orang nomor satu di perusahaan itu."Begini saja, sebaiknya kita memulai pembicaraan setelah menemu
Dua tahun berlalu, Dania kecil sudah bertumbuh menjadi putri kecil yang sedang aktif-aktifnya, ia juga sudah bisa mengucapkan beberapa kata, seperti ibu, makan, minum, mau dan sebagainya, Emili kadang merasa heran karena Dania bisa menyebut kata ayah, ternyata karena Bu Eni yang mengajarinya, kadang ia menunjuk seseorang yang muncul di tv sambil menyebutkan kata "Yah", Emili yang menyaksikan tidak bisa mengelak apalagi menegur karena orang itu memang ayah Dania. Kalau sudah begitu Emili akan berdebat dengan Bu Eni yang sekarang bertambah pekerjaannya sebagai pengasuh Dania juga."Bu Eni, sebaiknya tidak usah perkenalkan ayah padanya" Ucap Emili beberapa waktu yang lalu."Kenapa Bu, Dania harus tau ayahnya, biar Dania tidak merasa berbeda dengan anak-anak lainnya.""Ada saatnya Bu En""Kapan Bu?""Jangan sekarang lah Bu En, nanti kalau dia sudah bisa ngerti""Ibu akan lebih kewalahan kalau saat besar nanti dia tiba-tiba bertanya siapa ayahnya atau dimana ayahnya, lebih baik di biasakan
Akhirnya Emili kembali menginjakkan kakinya di bandara Soekarna Hatta setelah sekian lama, ada kerinduan yang mendalam saat menapaki kakinya di kota itu, tapi secara bersamaan tempat itu juga pernah mengukir momen tersedihnya, ia pun menghirup udara sebanyak yang ia bisa setelah itu membuangnya perlahan.Sementara Bu Eni yang bersamanya tidak pernah berhenti tersenyum bahagia dan bergumam syukur karena akhirnya diri bisa berada di bandara internasional yang biasanya ia hanya bisa lihat di tv."Dania senang akan bertemu Nenek?" Emili bertanya pada putrinya yang sedang berada di gendongannya. Sementara Bu Eni membawa barang bawaan yang tadi di taruh di kabin."Iya Dong Ibu, Aku senang sekali" Ucap Bu Eni mewakili Dania yang diam saja selain itu Dania memang belum bisa bicara dengan lancar, mata kecilnya yang tajam masih memindai suasana, mungkin gadis kecil itu menyesuaikan diri karena berada di tempat asing. "Kita lanjutkan perjalanan ke rumah keluarga saya ya Bu En, besoknya cukup Em
Saat memasuki aula hotel, Hana terus memperhatikan Emili yang tampak tenang, kemudian melihat ke arah para tamu berada, ia seperti mencari seseorang, dan matanya terpaku saat seseorang yang di carinya itu memasuki ruangan bersama mempelai pria.Sementara itu Emili tiba-tiba berhenti melangkah dengan jantung berdebar, mungkin debaran jantungnya mengalahkan debaran jantung sang pengantin, sepertinya harapannya untuk tidak bertemu dengan orang yang baru saja dipikirkannya tinggal harapan, nyatanya orang itu sedang berada di hadapannya, yang lebih mengejutkannya adalah, ternyata pengantin prianya adalah Alex. Alex duduk bersedekap di hadapan penghulu di tempat yang telah di siapkan sambil menunggu mempelai wanitanya. Sementara Danil bergabung dengan tamu lainnya tanpa menghiraukan kehadirannya atau mungkin belum menyadarinya."Sory May, gue harus pergi" Emili berbisik pada Maya yang sudah mengerti keadaannya."Lo ga boleh kemana-mana plis, Lo boleh pergi setelah acara ijab qabul" Maya me
Emili sampai di ruang ganti pengantin dan tersenyum dengan nafas lega melihat tasnya ada di atas meja nakas. Ia bingung kenapa tasnya ada di situ, tapi ia tidak menggubrisnya mungkin saja ada orang yang menemukan tasnya lalu meletakkannya di tempat itu, ketemu saja sudah membuatnya bersyukur.Emili ingin segera meninggalkan ruangan itu, juga aula pernikahan dimana Danil berada, sebelum Danil melihat dan menangkapnya, sayangnya ia tidak tau kalau Danil sudah selangkah lebih dulu.Laki-laki itu sudah berada tepat di hadapnnya, tepat saat dirinya membuka pintu, laki-laki itu memandangnya dengan tatapan tajam yang sulit di artikan, entah marah, rindu, benci atau cinta semua bercampur menjadi satu."Aku tidak akan melepaskanmu kali ini?" Ucap Danil dengan menggerutukkan gigi-giginya. Emili menjadi mundur di buatnya dengan perasaan yang juga sulit di simpulkan, Danil melangkah dan menutup pintu."Ku rasa kita tidak ada hubungan lagi, jadi tolong biarkan aku pergi" Emili memohon dengan suara
Tiba-tiba pintu terbuka, keadaan di dalam ruangan membuat kaget seorang wanita yang kini berdiri di ambang pintu, Danil dan Emili juga segera menghentikan kegiatannya mereka benar-benar lupa diri dan lupa tempat. Emili menarik lagi dress sobek yang sempat luruh, Danil melihat itu, ia membuka jas mahal yang masih menempel di tubuhnya lalu memakaikannya ke tubuh Emili."Maaf mengganggu, tapi ini ruang ganti pengantin, sebentar lagi klien saya akan menggunakan tempat ini" Jelas wanita yang bertanggung jawab mengurus segala kebutuhan Maya, ia mengusir dengan cara yang sopan."Kau tidak perlu menjelaskan, dan kamu harus tau, semua ruangan yang di gunakan pengantin itu di hotel ini, aku yang bayar, kau tidak berhak mengusirku" Danil berkata dengan angkuh yang mendominasi seperti biasanya."Tidak apa, aku akan pergi" Ucap Emili dengan perasaan malu, ia membenarkan letak jas yang di berikan Danil agar melekat baik di tubuhnya, setelah itu ia berdiri hendak pergi."Mau kemana?" Ucap Danil deng
Emili akhirnya tiba di rumah orang tuanya, Danil pun merasa lega dengan itu ternyata Emili tidak berbohong, Ia berhenti tidak jauh dari mobil yang di tumpangi Emili, ia ingin melihat wanita itu benar-benar masuk rumah sebelum pergi, karena itu ia masih bertahan, Emili sempat menengok ke arah mobilnya dengan perasaan tidak curiga sama sekali, Danil menunduk dengan dada berdebar karena takut ketahuan, tapi ia lalu menyadari kalau dirinya aman setelah melihat kaca mobilnya yang tidak tembus pandang."Hampir saja, apa yang harus aku katakan seandainya aku ketahuan" Gumamnya sambil mengusap dada. ternyata kaca mobil yang tidak tembus pandnag belum membuatnya lega.Ia kembali melajukan mobilnya dengan pelan saat mobil yang Emili tumpangi sudah pergi, ia sengaja agar bisa memeriksa halaman rumah, tiba-tiba ia merasa rindu dengan tawa canda yang pernah ia rasakan di rumah itu, saat ia berada tepat di depan rumah, ia semakin melambatkan laju mobilnya, ia melihat seorang wanita paru baya yang t
Matahari telah berada di puncak peraduannya ketika sebuah mobil mewah yang membawa keluarga kecil melesat memasuki rumah bak istana. Iya, itu mereka Danil, Emili dan putri kecilnya Dania, ada juga Bu Eni yang telah resmi jadikan oleh Danil sebagai pengasuh tetap untuk putri kecilnya Dania.Akhirnya Emili kembali lagi ke rumah itu, rumah yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan singkat tentang hubungannya, hubungan yang tercipta dari sebuah ide gila Danil untuk melakukan sebuah pernikahan kontrak yang memakan korban yaitu Emili, yang kemudian menumbuhkan rasa cinta di antara mereka, yang satu karena ambisi yang satu karena keterpaksaan yang di sebabkan faktor ekonomi.Kini keduanya bersatu kembali dengan hubungan yang sehat dan terkontrak tanpa syarat sepanjang hidup mereka.Emili mau ikut Danil setelah meyakinkan segala urusannya yang harus di selesaikan telah beres, Danil dapat melakukan itu dalam waktu singkat.Demi agar lebih cepat berkumpul dengan keluarga kecilnya ia bahkan rela
Danil tiba di rumahnya, ia tau bertemu dan memohon pada Nenek Marita tidak akan memberi solusi, ia ke ruang kerjanya menghubungi Alex untuk mengumumkan tentang hubungannya dengan Emili dan kehadiran Dania sebagai putrinya di semua aplikasi Sosial media, tak lupa memintanya menghubungi stasiun tv juga supaya mertuanya yang agak gaptek soal sosial media tidak ketinggalan berita."Saya ingin membaca berita ini dalam waktu tidak lebih dari tiga puluh menit, jangan lupa kau juga harus memberinya judul sedramatis mungkin, Oke" Jelas Danil antusias."Iya Pak Danil, tapi tolong bisakah kamu membiarkan saya berbulan madu dengan santai?" Alex berbicara sebagai sahabat."Sory, tapi kali ini kau harus membantuku karena ini penting" Danil agak sedikit bersalah dengan sahabatnya."Oke Aku akan membantumu" ucap Alex."Thank's bro, selamat bersenang-senang" Danil mengakhiri peanggilannya lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan mata, ia sepertinya tidak sabar menunggu sebuah berita viral
"kesayangan Ayah sudah wangi" Danil berdiri menyambut putrinya."Apa katamu?" Nenek Marita kaget mendengar Danil."Ini putri Danil Nek, Saat Nenek mengusir Emili dia sedang mengandung anakku, Ah Nenekku sungguh keterlaluan! Mengusir cucu menantu yang sedang hamil tapi menampung wanita hamil lainnya" Ucap Danil membuat nyali Neneknya menciut dan tampak bersalah, sebenarnya ia sudah menunggu momen ini dari tadi."Apa benar dia putrimu?" Ekspresi Nenek Marita berubah sembilan puluh derajat, yang tadinya dingin menjadi hangat. Ia bertanya demi memastikan pendengarannya. Matanya terpaku pada Dania."Iya Nek, apa Nenek meragukannya? padahal dia begitu mirip denganmu Nek" Ucap Danil. Fakta itu juga yang membuatnya tidak bertanya saat pertama kali melihat putrinya, Dania begitu mirip Neneknya yang juga mirip dengan dirinya sendiri."Betul Kamu hamil saat pergi dari rumah?" Nenek beralih pada Emili, kebenciannya pada menantunya itu agaknya berangsur hilang."Iya Nek, tapi Emili juga tidak tahu
Danil benar-benar menginap di rumah keluarga Emili, ia tidak memberitahu hal itu pada siapapun, karena itu ponselnya berdering beberapa kali entah itu panggilan dari asistennya Alex, klien bahkan ada panggilan juga dari Neneknya.Ia terbangun dan mengucek matanya, ia sadar sedang berada di kamar orang lain, namun sedetik kemudian ia tersenyum karena menyadari ia sedang menginap di rumah orang tua istrinya. Ia pun meraih ponsel dan memeriksanya.[Apakah kamu bersama sahabat istriku? Aku bingun harus menyebutnya apa, Nenek Marita mencarimu dan ku beri tahu Kamu bersamanya, mungkin Nenek sedang ke sana sekarang, jadi siapkan alat untuk bertempur, dia terdengar tidak senang karena panggilannya di abaikan cucu kesayangannya, Oh iya aku rela mengorbankan masa cuti bulan maduku untuk menggantikanmu mengurus klien, jadi fokus saja bertempur dengan Nenek Marita] tulis Alex panjang lebar. Danil hanya membacanya dan tidak bermaksud membalas."Aku akan menyambutnya" Ucap Danil tersenyum menyering
"Kenapa Emili lama sekali? Kemana pula perginya Nak Danil?" Ucap Bu Tiara merasa tidak senang, ia sudah bersusah payah masak untuk mereka tapi justru mereka yang tidak hadir di meja makan."Tidak apa Bu, biarkan saja" Pak Feri masih setia menghibur sang istri."Mungkin lagi melepas rindu, Bu" Celetuk Bu Eni asal, sebenarnya ia hanya bercanda karena dirinya sendiri tidak tau kemana kedua orang itu berada, Pak Feri yang memahami langsung tersedak."Ayah, hati-hati dong makannya" Kata Mila yang dari tadi menyuapi Dania yang tampak asyik dengan mainannya."Iya, ayah akan hati-hati" Ucap Pak Feri gelagapan."Itu sama sekali tidak boleh dibiarkan, mereka baru saja bertemu setelah berpisah selama tiga tahun" Seru Bu Tiara menanggapi candaan Bu Eni ia segera bangkit dari duduknya, ia hendak melabrak Emili."Ibu mau apa?" Pekik Pak Feri, ia juga berdiri untuk mencegah sang istri.Bersamaan dengan itu Danil keluar dari kamar Emili dengan penampilan yang lebih cerah dari sebelumnya, ia tampak sep
Setelah selesai merapikan mainan Dania, seluruh orang berkumpul di ruang keluarga, karena memang tidak ada lagi ruangan yang lebih luas dari tempat itu, kecuali Bu Eni dan Bu Tiara yang sedang sibuk di dapur, demi menyambut menantunya yang tiba-tiba datang dan tampaknya tidak berniat untuk pergi, dan juga Emili yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi."Apa rencana kalian kedepannya?" Pak Feri memulai obrolan, ia bertanya pada Danil sebagai kepala keluarga dari pernikahan kontrak putrinya."Saya ingin tetap melanjutkan pernikahan Kami Yah, tidak ada lagi kontrak atau apapun itu, tolong restua hubungan kami" Danil berbicara sungguh-sungguh, ia menatap kedua mata mertuanya."Bagaimana dengan keluargamu, mereka tidak menerima Emili lagi, Nyonya Marita bahkan mengusirnya dari rumahmu" "Nenek melakukan itu karena terpengaruh omongan setan, informasi yang dia dapatkan tidak sesuai dengan kenyataan" Danil membahas soal Alea. Tampak kebencian dari raut wajahnya."Apa yang membuatmu m
"Aku belum siap melakukan ini?" Keluh Emili berharap Danil melepasnya."Kau tidak perlu bersiap, Kau cukup menyerahkan tubuhmu saja" ucap Danil semakin nakal, ia menyentuh kancing baju yang berderet di atas dada Emili yang tampak membusung satu persatu, ia malah berpikir benda itu tampak lebih besar dari sebelumnya.Emili menggeliat untuk menghentikan Danil, selain itu ia tidak ingin terpancing dengan sensasi aneh yang mulai muncul."Kenapa sayang? Akan lebih baik kalau kamu diam, semakin Kau berontak semakin Aku ingin segera memakanmu, sudah lama singa ini tertidur, Dia akan agresif kalau kau membangunkannya, tapi kalau Kau ingin membangunkannya tidak apa-apa, Dia akan menyambutnya." Goda Danil membuat wajah Emili memerah."Hentikan ini Danil" Sepertinya Emili juga tidak tahan berada di posisi ini. Ia menggerakkan tangannya untuk bangun, tapi Danil dengan cepat meraih tangan itu dan menyematkan jari-jarinya untuk mengunci pergerakan."Kau terdengar memintaku melanjutkannya" Goda Dani
Ketika mobil memasuki rumah bak istana milik Danil, ingatan Emili kembali mengembara saat pertama kali ia memasuki rumah itu, ia mengingat ketika Danil tidak peduli padanya dan masih sangat mencintai Alea, seolah tidak ada wanita lain selain Alea saat itu, lalu kemudian dengan perlahan Danil agak peduli padanya sampai ia berpikir Danil mungkin menyukainya tapi kenyataannya Danil hanya menginginkan tubuhnya, nyatanya Alea masih nomor satu di hatinya, ia yang mulai mencintai Danil hanya bisa menelan rasa pahit, perlahan namun pasti Danil menyatakan cintanya dan melepas Alea, pernikahan kontraknya pun berbuah cinta, tapi ternyata tuhan masih belum merestui hubungan mereka dan berakhir dengan dirinya yang meninggalkan Danil. Kini mereka di pertemukan kembali setelah tiga tahun berpisah, apakah takdir sudah mengizinkannya bersama?Dania tidur dengan nyenyak di pangkuan Emili, ia tampak kesusahan untuk melepas sabuk pengamannya, karena itu Danil membantunya, hingga mereka menjadi sangat dek
Emili sudah meninggalkan Danil yang masih mencerna ucapan Emili dengan dada bergemuruh, ia segara mengejar Emili saat tau Emili sudah tidak ada di tempatnya."Aku akan mengantarmu, itu akan lebih cepat" Ucap Danil begitu berhasil menemukan Emili tampak tidak tenang bahkan sudah menangis, sepertinya ia sedang memesan mobil online tapi tidak berhasil. Danil sendiri menawarinya tumpangan dan mengabaikan rasa penasarannya."Tidak perlu Danil" Suaranya tercekat. "Ikut aku, pesan mobil online akan memakan waktu, kau harus menemukan anak itu sebelum pergi semakin jauh" Ucap Danil membuat Emili menyadari kesalahannya, ia menatap Danil dengan tatapan tidak biasa. Ia merasa lega karena Danil tampaknya tidak terpengaruh."Tetap di sini, aku akan mengambil mobil di parkiran" Ucap Danil seraya bergegas pergi, Emili diam mematung, ia tidak tau harus berbuat apa, akhirnya ia masih diam di tempatnya saat Danil muncul dengan mobilnya."Ayo masuk, tunggu apalagi?" Seru Danil, membuat Emili segera kear