"Arghh... Bagaimana ini? Aku pasti membuatnya marah, sepertinya aku bakalan dipecat. Oh tuhan! sekaratlah dompetku." Gumam Emili memukul-mukul kepalanya pelan saat mengingat kejadian di kantor, ia tidak setegar kelihatannya saat berargument dengan bosnya, begitu keluar dari ruangan Danil Fernando, lututnya gemetar ketakutan dan tubuhnya terasa tidak berdaya.
Ia masih meratapi nasibnya di saat pintu kamarnya di buka."Eh Ibu, belum tidur?"Emili membenarkan posisi dan mencoba mengabaikan pikirannya."Ibu mau bicara Em, tapi jangan dianggap beban ya." Bu Tiara tau, apapun yang akan keluar dari mulutnya hanya akan menjadi beban untuk anak gadisnya itu, tapi setidaknya ia memberi tahu Emili sejak awal."Kenapa memangnya, Bu? bicara saja, bicara itu bukan beban, Bu" Emili agak bercanda."Ibu mau bicara serius, bukan sembarangan pembicaraan ini, Em" kata Bu Tiara terlihat agak canggung dan ragu."Bicara saja Bu, ada apa sih?" Ucap Emili dengan senyum hangat, ia mempersiapkan diri untuk menjadi pendengar yang baik."Adikmu Mila sudah ditagih uang kelulusan Em, Dia sebentar lagi SMA, Emil juga begitu, dia akan segera masuk SD dan kamu sebentar lagi juga skripsi, kalian semua butuh biaya yang besar tambah lagi biaya check up ibu yang entah kapan berakhirnya, kita memang sudah banyak utang, jadi tambahin saja sekalian, tentang Ayah jangan bebani ayah lagi, Ibu kasihan." jelas Bu Tiara."Emili tau Bu, Emili sedang mengusahakannya sekarang" Ucap Emili masih dengan senyum hangatnya."Gajimu kan ga akan cukup, Nak. Warung ibu juga gak mungkin membantu keuangan kita, ibu berencana untuk mengutang dulu, bolehkah?" Kata Bu Tiara, sepertinya tujuan utamanya tersampaikan."Kita pikirkan matang- matang dulu ya, Bu, masih ada waktu kok, kita masih bisa mengusahakan yang terbaik, semoga ada rezeki yang lain." Emili coba menghibur, meski dirinya sendiri tidak yakin."Iya tapi, ngumpulin uang dalam waktu singkat, mau dapat di mana, Nak?" Ibu Tiara menjadi tampak muram, mungkin karena Emili menentang."Bukannya Emili gak mau ngutang ya, Bu.Emili mau cari-cari dulu, kita masih bisa usahain dulu, Bu. Resikonya besar kalau mengutang terus apalagi kalau jumlahnya besar, utang yang sekarang saja belum dikembalikan kan?" Emili berharap ibunya mau menerima alasannya."Iya, Ibu tau. Tapi kan, kita sudah membutuhkannya dalam waktu dekat, Em" Ibu Tiara masih ngotot."Tidak apa-apa Bu, yang penting masih ada waktu, mengutang bukan solusi, Emili yakin kalau kita semua berusaha lebih keras, uang bisa terkumpul." Kata Emili tegas."Ya sudah kalau begitu, sebenarnya Ibu sudah menimbang berkali-kali untuk tidak mengatakan ini, tapi Ibu takut mengambil keputusan ini sendirian, bagaimana kalau ibu mengutang lalu terjadi sesuatu pada ibu atau ayah? otomatis utang ini akan menjadi bebanmu, Nak. Pasti kamu yang akan bertanggung jawab sebagai anak tertua di keluarga kita, jadi tolong jangan terlalu dipikirkan ya." Kata Bu Tiara mencoba lebih santai, agar putrinya tidak merasa terlalu terbebani."Iya Bu, Emili ngerti" Emili menatap Ibunya penuh sayang."Oh Iya, Ibu baik-baik aja kan, ibu seperti ini bukan karena merasa sakit kan? atau jangan-jangan Ayah berulah lagi? Jangan menyembunyikan apapun dari Emili." Selidik Emili."Tidak, ayah dan ibu baik-baik saja." ucap Bu Tiara."Ya sudah ibu istirahat ya sekarang.""Kamu juga istirahat""Emili masih ada tugas Bu, sedikit lagi selesai" Emili hanya beralasan."Baiklah," Kata Bu Tiara beranjak dari duduknya kemudian berlalu."ibu tutup pintunya ya?" tanyanya sebelum benar-benar meninggalkan kamar putrinya itu.Dibalas anggukan yang di iringi senyuman oleh Emili.Begitu Bu Tiara meninggalkan kamarnya, Emili memutar otak untuk memikirkan bagaimana caranya agar segera mendapatkan uang itu, kepalanya sedikit berdenyut mengingat perkataan ibunya barusan, ia berpikir sambil memencet-mencet kepalanya yang agak pening, seketika terbesit di ingatannya tentang bosnya Pak Danil Fernando dan tawaran Alex beberapa waktu lalu, Ia merasa telah menemukan ide untuk mendapatkan uang yang banyak, tapi ia segera mengurungkan niatnya sambil mengetuk-ngetuk kepalanya."Apa yang aku pikirkan?" Ucapnya sedikit frustasi.Tapi semakin ia berpikir, semakin ia merasa, kalau itu satu-satunya jalan untuk mendapatkan uang lebih cepat, ia pun kembali memantapkan niatnya lalu tanpa pikir panjang lagi, ia langsung menyambar ponselnya dan mengutak atik keyboardnya demi merangkai huruf demi huruf, Setelah berkali-kali merangkai huruf menjadi kata, akhirnya ada juga kalimat yang berhasil terketik di layar ponselnya."Bisakah kita bertemu Besok, Pak Alex?" Kalimat pnedek itu terki
Bahkan gelap masih menyelimuti bumi di saat dering ponsel Danil sudah mengganggu tidurnya, ia agak kesal tapi diangkatnya juga, ia mengecek ponselnya dan ternyata ada nama Alex yang sedang menari-nari di layarnya."Ada masalah apa, Lex? Kenapa kamu menelpon sepagi ini? Ganggu saja." Cecar Danil agak gusar, ia mengusap kedua matanya yang masih mengantuk."Maaf, Bos. Oke saya minta maaf, tapi ini sangat penting" Alex terdengar buru- buru."Iya saya akan memaafkanmu kali ini. Ayo cepat katakan! Informasi penting apa yang membuatmu menghubungiku sepagi ini?" ucapnya terdengar malas."Kemarin Nona Emili mengirim pesan, katanya dia mau bertemu denganku" Alex tidak ingin berbasa-basi lagi."Siapa katamu? Hal sepenting ini kenapa baru bilang sekarang?" Ucap Danil sadar sepenuhnya, rasa kantuknya seketika hilang bagai ditelan udara. Ia tidak akan pernah lupa dengan gadis itu, satu-satunya orang rendahan yang berani merendahkannya, ia masih belum terima dengan perlakuannya kemarin, ketika ia dit
Danil dan Alex tiba di kampus, di mana Emili kuliah, Alex bertindak seperti Intel yang mengawasi setiap mahasiswa yang lalu-lalang dari kejauhan, tidak lama kemudian, ia akhirnya menemukan targetnya, setelah merasa yakin tidak salah orang, ia pun menghampiri targetnya tersebut."Nona Emili...!" Seru Alex membuat Emili kaget."Alex..?" Emili lupa sopan santunnya sakin kagetnya karena tiba-tiba ada Alex."Maaf, maksud Saya, Pak Alex. Ko bisa ada di sini?" Kata Emili sambil celingak celinguk mengawasi sekitar, berharap tidak ada teman dekat yang melihatnya."Ikut saya, bukannya Nona Emili mau bertemu dengan Saya?" Ucap Alex sedikit menekan."Iya tapi kan, setidaknya balas pesan saya dulu, kemudian buat janji untuk bertemu, jangan seperti ini..." Emili mengomel."Anda pikir anda ini siapa? bisakah anda ikut saya saja Nona?" Potong Alex dengan nada penuh tekanan dan menggertak. Mau tidak mau Emili pun mengekor di belakangnya.Emili jadi gelisah karena ternyata Alex tidak sendirian, selain A
"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan?" Tanya Danil begitu tiba di restoran mewah langganannya dan mendudukkan badannya di kursi, to the point' dan tidak ada pendahuluan sama sekali. Sangat sombong seperti yang ingin dilakukannya sejak tadi, ia benar-benar ingin membalas perlakuan Emili, benar saja dengan cara itu ia merasa menang dan berada di atas angin sekarang.Hal itu membuat Emili menjadi ciut dan sadar akan kesalahannya kemarin, ia begitu mempertahankan harga dirinya sampai lupa, dengan siapa ia berhadapan.Emili melirik Alex untuk meminta bantuan, tapi yang dilirik malah tidak peduli sama sekali."Maaf, Se... Sebenarnya yang saya ingin temui adalah Pak Alex." Terang Emili dengan hati-hati."Lalu? bukannya lebih baik kalau bertemu dengan Saya langsung?" Danil menatap tajam. Emili merasa gugup dibuatnya, ia menjatuhkan pandangannya begitu saja."Baik Pak, jadi begini Pak, mengenai penawaran kerja sama kemarin, Saya kembali mempertimbangkannya dan sudah memikirkan semuanya dengan ma
Hari itu tiba, hari terburuk di sepanjang hidup Emili, namun merupakan hari bahagia di mata keluarga mempelai, baik dari pihak Danil maupun pihak Emili, bahkan mereka tidak terlalu peduli bagaimana mereka bertemu hingga sampai ke tahap pernikahan ini, semua orang punya asumsinya sendiri, dari pihak Danil merasa bersyukur karena pernikahan Danil yang sudah di nantikannya sejak lama akhirnya terealisasikan sedangkan dari pihak Emili merasa bersyukur karena putri mereka akhirnya hidup bahagia dengan kehidupan yang sangat menjanjikan, lalu bagaimana dengan Danil? ia sama sekali tidak terpengaruh, baginya simpel saja, bagaimana agar rencana ini berjalan lancar dan bisa mendapatkan hotel bintang lima tanpa melepaskan Alea kekasihnya dan yang terpenting adalah bagaimana ia bisa mengontrol agar semuanya tetap aman, asalkan dirinya, Emili dan Alex tutup mulut semua berjalan sesuai rencana, asumsi publik abaikan saja semua akan sirna di telan masa. Tentang hubungannya dengan Alea, ia bisa mengur
Dua hari kemudian, dari hari pernikahan yang menyedot perhatian semua orang, termasuk salah satunya, seorang wanita yang sedang berusaha melejitkan karirnya di luar negri.Saat ini wanita tersebut terus melihat ke arah arloji di tangannya dengan air mata berlinang, ia ditemani manajer yang sedang sibuk mendorong kopernya. Jarum jam sedang menunjuk angka enam di pagi hari, ia langsung terbang dari luar negri setelah membaca berita."Nona tenanglah..." Hibur manajernya"Kenapa dia bisa melakukan ini, aku sama sekali tidak mengerti." Lirih Alea penuh emosi.Begitu keluar dari bandara, ia langsung disambut oleh seseorang,orang itu mengamankan semua barang bawaannya dan memasukkannya ke bagasi mobil." Langsung ke alamat ini." Alea menyebutkan alamat rumah Danil."Baik Nona." ucap orang itu.Begitu ia tiba di rumah Danil, Alea langsung menerobos pintu utama. Ingatannya terus tertuju pada majalah ternama di mana ada foto pernikahan dan info tentang pernikahan Danil di sana."Dimana Danil?
Sudah lebih dari seminggu Emili menjadi seorang istri, ia benar-benar menikmati pernikahan konyolnya, meski konyol ia puas dengan semuanya, harga dirinya yang terjun bebas terbayar dengan kemewahan berlimpah, punya uang banyak sehingga tujuan utamanya yang ingin memenuhi kebutuhan keluarga akhirnya terpenuhi, ia tidak kekurangan sesuatu apapun, punya sopir pribadi yang mengantar kemanapun ia mau pergi, tinggal di rumah bak istana, punya makanan mewah yang kalau mau tinggal makan, tidur di kamar bos yang sangat luas dengan fasilitas lengkap, eh mantan bos maksudnya, karena sekarang bosnya itu adalah suaminya meskipun mereka tidak terlihat seperti suami istri dan bahkan tidak tidur bersama karena Danil sepertinya memberi jarak, kalau begitu Danil tidur di mana? Dia punya kamar pribadi selain di kamar utama yang di pakai Emili. Hidupnya sangat indah, walau semua itu bukan miliknya ia tetap memastikan semuanya ia nikmati sepuasnya, meski begitu ia masih tau batasnya, ia hanya menikmati has
Sampai di rumah, Emili hendak membuka pintu mobil tapi buru-buru dicegah oleh Danil, sementara itu Danil keluar lebih dulu dan membukakan pintu mobil itu untuknya, Danil lali meraih tangannya dengan manis dan menggandengnya saat keluar dari dalam mobil, Emili patuh karena ia langsung paham kalau akting sedang dimula, tapi hal ini sungguh membuatnya merasa agak canggung. Mereka sudah pernah bergandengan untuk pertama kalinya di aula pernikahan dan ternyata adegan itu terulang lagi sekarang, kali ini Danil dapat menilai kalau Emili tidaklah buruk sebagai istrinya, dari segi penampilan, Emili cukup oke, badannya yang tinggi masih terlihat serasi dengan tubuh Danil yang juga tinggi dan tegap, wajahnya pun lumayan meski tanpa polesan make up tebal.Ketika mereka memasuki rumah, Danil masih menggandeng tangan Emili, mereka dalam posisi itu sambil mendekati Nenek Marita, Danil baru melepas Emili saat tangan akan meraih tangan Nenek Marita, menyalami tangan tua itu dan menciumnya dengan hormat
Matahari telah berada di puncak peraduannya ketika sebuah mobil mewah yang membawa keluarga kecil melesat memasuki rumah bak istana. Iya, itu mereka Danil, Emili dan putri kecilnya Dania, ada juga Bu Eni yang telah resmi jadikan oleh Danil sebagai pengasuh tetap untuk putri kecilnya Dania.Akhirnya Emili kembali lagi ke rumah itu, rumah yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan singkat tentang hubungannya, hubungan yang tercipta dari sebuah ide gila Danil untuk melakukan sebuah pernikahan kontrak yang memakan korban yaitu Emili, yang kemudian menumbuhkan rasa cinta di antara mereka, yang satu karena ambisi yang satu karena keterpaksaan yang di sebabkan faktor ekonomi.Kini keduanya bersatu kembali dengan hubungan yang sehat dan terkontrak tanpa syarat sepanjang hidup mereka.Emili mau ikut Danil setelah meyakinkan segala urusannya yang harus di selesaikan telah beres, Danil dapat melakukan itu dalam waktu singkat.Demi agar lebih cepat berkumpul dengan keluarga kecilnya ia bahkan rela
Danil tiba di rumahnya, ia tau bertemu dan memohon pada Nenek Marita tidak akan memberi solusi, ia ke ruang kerjanya menghubungi Alex untuk mengumumkan tentang hubungannya dengan Emili dan kehadiran Dania sebagai putrinya di semua aplikasi Sosial media, tak lupa memintanya menghubungi stasiun tv juga supaya mertuanya yang agak gaptek soal sosial media tidak ketinggalan berita."Saya ingin membaca berita ini dalam waktu tidak lebih dari tiga puluh menit, jangan lupa kau juga harus memberinya judul sedramatis mungkin, Oke" Jelas Danil antusias."Iya Pak Danil, tapi tolong bisakah kamu membiarkan saya berbulan madu dengan santai?" Alex berbicara sebagai sahabat."Sory, tapi kali ini kau harus membantuku karena ini penting" Danil agak sedikit bersalah dengan sahabatnya."Oke Aku akan membantumu" ucap Alex."Thank's bro, selamat bersenang-senang" Danil mengakhiri peanggilannya lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan mata, ia sepertinya tidak sabar menunggu sebuah berita viral
"kesayangan Ayah sudah wangi" Danil berdiri menyambut putrinya."Apa katamu?" Nenek Marita kaget mendengar Danil."Ini putri Danil Nek, Saat Nenek mengusir Emili dia sedang mengandung anakku, Ah Nenekku sungguh keterlaluan! Mengusir cucu menantu yang sedang hamil tapi menampung wanita hamil lainnya" Ucap Danil membuat nyali Neneknya menciut dan tampak bersalah, sebenarnya ia sudah menunggu momen ini dari tadi."Apa benar dia putrimu?" Ekspresi Nenek Marita berubah sembilan puluh derajat, yang tadinya dingin menjadi hangat. Ia bertanya demi memastikan pendengarannya. Matanya terpaku pada Dania."Iya Nek, apa Nenek meragukannya? padahal dia begitu mirip denganmu Nek" Ucap Danil. Fakta itu juga yang membuatnya tidak bertanya saat pertama kali melihat putrinya, Dania begitu mirip Neneknya yang juga mirip dengan dirinya sendiri."Betul Kamu hamil saat pergi dari rumah?" Nenek beralih pada Emili, kebenciannya pada menantunya itu agaknya berangsur hilang."Iya Nek, tapi Emili juga tidak tahu
Danil benar-benar menginap di rumah keluarga Emili, ia tidak memberitahu hal itu pada siapapun, karena itu ponselnya berdering beberapa kali entah itu panggilan dari asistennya Alex, klien bahkan ada panggilan juga dari Neneknya.Ia terbangun dan mengucek matanya, ia sadar sedang berada di kamar orang lain, namun sedetik kemudian ia tersenyum karena menyadari ia sedang menginap di rumah orang tua istrinya. Ia pun meraih ponsel dan memeriksanya.[Apakah kamu bersama sahabat istriku? Aku bingun harus menyebutnya apa, Nenek Marita mencarimu dan ku beri tahu Kamu bersamanya, mungkin Nenek sedang ke sana sekarang, jadi siapkan alat untuk bertempur, dia terdengar tidak senang karena panggilannya di abaikan cucu kesayangannya, Oh iya aku rela mengorbankan masa cuti bulan maduku untuk menggantikanmu mengurus klien, jadi fokus saja bertempur dengan Nenek Marita] tulis Alex panjang lebar. Danil hanya membacanya dan tidak bermaksud membalas."Aku akan menyambutnya" Ucap Danil tersenyum menyering
"Kenapa Emili lama sekali? Kemana pula perginya Nak Danil?" Ucap Bu Tiara merasa tidak senang, ia sudah bersusah payah masak untuk mereka tapi justru mereka yang tidak hadir di meja makan."Tidak apa Bu, biarkan saja" Pak Feri masih setia menghibur sang istri."Mungkin lagi melepas rindu, Bu" Celetuk Bu Eni asal, sebenarnya ia hanya bercanda karena dirinya sendiri tidak tau kemana kedua orang itu berada, Pak Feri yang memahami langsung tersedak."Ayah, hati-hati dong makannya" Kata Mila yang dari tadi menyuapi Dania yang tampak asyik dengan mainannya."Iya, ayah akan hati-hati" Ucap Pak Feri gelagapan."Itu sama sekali tidak boleh dibiarkan, mereka baru saja bertemu setelah berpisah selama tiga tahun" Seru Bu Tiara menanggapi candaan Bu Eni ia segera bangkit dari duduknya, ia hendak melabrak Emili."Ibu mau apa?" Pekik Pak Feri, ia juga berdiri untuk mencegah sang istri.Bersamaan dengan itu Danil keluar dari kamar Emili dengan penampilan yang lebih cerah dari sebelumnya, ia tampak sep
Setelah selesai merapikan mainan Dania, seluruh orang berkumpul di ruang keluarga, karena memang tidak ada lagi ruangan yang lebih luas dari tempat itu, kecuali Bu Eni dan Bu Tiara yang sedang sibuk di dapur, demi menyambut menantunya yang tiba-tiba datang dan tampaknya tidak berniat untuk pergi, dan juga Emili yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi."Apa rencana kalian kedepannya?" Pak Feri memulai obrolan, ia bertanya pada Danil sebagai kepala keluarga dari pernikahan kontrak putrinya."Saya ingin tetap melanjutkan pernikahan Kami Yah, tidak ada lagi kontrak atau apapun itu, tolong restua hubungan kami" Danil berbicara sungguh-sungguh, ia menatap kedua mata mertuanya."Bagaimana dengan keluargamu, mereka tidak menerima Emili lagi, Nyonya Marita bahkan mengusirnya dari rumahmu" "Nenek melakukan itu karena terpengaruh omongan setan, informasi yang dia dapatkan tidak sesuai dengan kenyataan" Danil membahas soal Alea. Tampak kebencian dari raut wajahnya."Apa yang membuatmu m
"Aku belum siap melakukan ini?" Keluh Emili berharap Danil melepasnya."Kau tidak perlu bersiap, Kau cukup menyerahkan tubuhmu saja" ucap Danil semakin nakal, ia menyentuh kancing baju yang berderet di atas dada Emili yang tampak membusung satu persatu, ia malah berpikir benda itu tampak lebih besar dari sebelumnya.Emili menggeliat untuk menghentikan Danil, selain itu ia tidak ingin terpancing dengan sensasi aneh yang mulai muncul."Kenapa sayang? Akan lebih baik kalau kamu diam, semakin Kau berontak semakin Aku ingin segera memakanmu, sudah lama singa ini tertidur, Dia akan agresif kalau kau membangunkannya, tapi kalau Kau ingin membangunkannya tidak apa-apa, Dia akan menyambutnya." Goda Danil membuat wajah Emili memerah."Hentikan ini Danil" Sepertinya Emili juga tidak tahan berada di posisi ini. Ia menggerakkan tangannya untuk bangun, tapi Danil dengan cepat meraih tangan itu dan menyematkan jari-jarinya untuk mengunci pergerakan."Kau terdengar memintaku melanjutkannya" Goda Dani
Ketika mobil memasuki rumah bak istana milik Danil, ingatan Emili kembali mengembara saat pertama kali ia memasuki rumah itu, ia mengingat ketika Danil tidak peduli padanya dan masih sangat mencintai Alea, seolah tidak ada wanita lain selain Alea saat itu, lalu kemudian dengan perlahan Danil agak peduli padanya sampai ia berpikir Danil mungkin menyukainya tapi kenyataannya Danil hanya menginginkan tubuhnya, nyatanya Alea masih nomor satu di hatinya, ia yang mulai mencintai Danil hanya bisa menelan rasa pahit, perlahan namun pasti Danil menyatakan cintanya dan melepas Alea, pernikahan kontraknya pun berbuah cinta, tapi ternyata tuhan masih belum merestui hubungan mereka dan berakhir dengan dirinya yang meninggalkan Danil. Kini mereka di pertemukan kembali setelah tiga tahun berpisah, apakah takdir sudah mengizinkannya bersama?Dania tidur dengan nyenyak di pangkuan Emili, ia tampak kesusahan untuk melepas sabuk pengamannya, karena itu Danil membantunya, hingga mereka menjadi sangat dek
Emili sudah meninggalkan Danil yang masih mencerna ucapan Emili dengan dada bergemuruh, ia segara mengejar Emili saat tau Emili sudah tidak ada di tempatnya."Aku akan mengantarmu, itu akan lebih cepat" Ucap Danil begitu berhasil menemukan Emili tampak tidak tenang bahkan sudah menangis, sepertinya ia sedang memesan mobil online tapi tidak berhasil. Danil sendiri menawarinya tumpangan dan mengabaikan rasa penasarannya."Tidak perlu Danil" Suaranya tercekat. "Ikut aku, pesan mobil online akan memakan waktu, kau harus menemukan anak itu sebelum pergi semakin jauh" Ucap Danil membuat Emili menyadari kesalahannya, ia menatap Danil dengan tatapan tidak biasa. Ia merasa lega karena Danil tampaknya tidak terpengaruh."Tetap di sini, aku akan mengambil mobil di parkiran" Ucap Danil seraya bergegas pergi, Emili diam mematung, ia tidak tau harus berbuat apa, akhirnya ia masih diam di tempatnya saat Danil muncul dengan mobilnya."Ayo masuk, tunggu apalagi?" Seru Danil, membuat Emili segera kear