Mereka tiba di pantai yang di tentukan oleh Nenek Marita, Mia yang merupakan asisten Nenek Marita telah menyelesaikan pembayaran dan sebagainya secara online sebelum mereka berangkat, jadi mereka langsung masuk ke area terbaik di pantai itu dan tentu saja ada VIP room lengkap dengan restoran mewah dan fasilitas lainnya. Emili sempat terkagum-kagum dengan semua kemewahan di pantai itu, wajahnya sumringah begitu melihat pantai dengan gazebo-gazebo aesthetic yang berjejer di atas hamparan pasir berwarna putih."Yey...! Pantai Wellcome." Seru Emili tidak dapat mengendalikan rasa senangnya begitu memijakkan kakinya di atas pasir pantai. Ia tak lupa mengagumi keindahan hamparan laut yang membentang luas dengan segala keindahannya, ia melepas sepatunya sambil berlari-larian menendang-nendang butiran pasir yang terasa hangat di kulitnya, ia lalu mendekati riak ombak yang datang silih berganti, ia bahkan tidak peduli sengatan matahari yang membakar kulitnya."Emili...! Pakai sunblock, kulitmu
Emili dan Danil kembali bergabung dengan Nenek Marita, setelah mereka merasa lelah menikmati keindahan suasana pantai dan hangatnya air laut. Sebenarnya Danil tidak benar-benar menikmati pantau, ia hanya mengikuti Emili, itupun dengan berat hati, meski begitu ia tetap mengimbangi suasana hati Emili yang sepertinya sangat merindukan moment berada di pantai. Ia harus menyempurnakan aktingnya sebagai seorang suami yang baik, agar tampak lebih sempurna di mata neneknya."Ah, seru sekali hari ini!" Ucap Emili dengan air muka yang sangat ceria. Wajahnya yang putih tampak kemerahan akibat diterpa sinar matahari yang memancar begitu kuat."Bagusalah kalau kamu menikmatinya, jangan lupa berterima kasih pada Nenek" ucap Danil hanya mengingatkan. Ia terdengar sangat bijaksana."Oh iya, terima kasih yang tidak terhingga, Nek" seru Emili dengan ekspresi yang dibuat setulus mungkin."Iya sayang, kamu puas 'kan?" Kata Nenek Marita seraya tersenyum, disambut anggukan antusias oleh Emili."Iya Nek, san
Keesokan paginya, di pagi yang bahkan masih gelap Emili terbangun, mungkin efek karena tidur terlalu sore, ia mencari sosok Danil tapi tidak mendapatinya di manapun, ia pun buru-buru bangun dan segera memeriksa pakaiannya di loteng tapi ia tidak menemukan apa-apa di tempat itu. Ia masuk lagi dan menemukan pakaiannya ada di nakas terlihat sudah rapih dan wangi. Ternyata Danil sempat menghubungi pelayan hotel semalam dan memintanya mengurus pakaian Emili, Emili pastikan akan memakainya dengan senang hati."Nenek mau melihat Sunrise," ucap Danil saat masuk ke kamar itu dan melihat Emili, Emili agak kaget dan berhenti sejenak dari aktifitasnya demi merutuki Danil dalam hati karena tiba-tiba masuk, untungnya ia sudah tidak memakai baju haram itu lagi."Iya, aku selesai sebentar lagi," jawabnya dengan ketus sambil mengoles liptint ke bibirnya, Danil memperhatikan itu. Untuk seorang wanita, Emili tipe wanita yang tidak terlalu peduli dengan penampilan wajahnya, meskipun begitu ia tidak sembro
Danil memutar tubuh Emili yang masih tidak berani memandangnya dan ia pun melihat dengan jelas betapa cantiknya istrinya itu ketika dilihat dari jarak sedekat ini, namun ia tidak terpengaruh karena di hatinya Alea masih lebih cantik dari siapapun."Ayolah, kamu tatap aku biar semua ini segera selesai" kali ini Danil yang meminta dengan sedikit tekanan. Emili pun menatapnya dengan malu-malu dan wajah di hadapannya itu berhasil menghipnotisnya, bagaimana bisa ada wajah yang terlihat sangat tampan dan mempesona, ia pasti tahan berlama-lama untuk menatap wajah Danil dan berani berharap neneknya bisa membuat mereka lebih lama di posisi ini. Jiwanya sebagai anak kuliah muncul lagi, ia selalu mengagumi pria tampan di manapun dan kapanpun meskipun pria yang di hadapannya kini adalah suaminya sendiri."Oke! excellent!!!" Seru Nenek Marita tampak puas sambil mengagumi hasil jepretannya sendiri."Kau kenapa? nenek sudah selesai," tegur Danil karena ternyata Emili masih setia menatapnya."Oh, suda
Laki-laki itu meyapa Emili. "Hei, kanapa istri sultan berjalan kaki?" itu suara Evan, ia menepikan motornya di sebelah Emili yang sedang kaget karenanya. "Oh, itu, supir saya buru-buru jadi saya minta turun di sini saja." Kata Emili berbohong, membuat kening Evan berkerut. "_Oh, jadi hari ini di antar sopir" untungnya Evan tidak terlalu peduli dan tetap menghargai alasannya. sebelumnya Ia sempat memperhatikan Emili turun dari mobil mewah. "Ya sudah ayo bareng, lumayan menghemat tenaga masih ada sekitar tujuh meter loh ini." Sudah pasti Emili menolak tawaran itu, barus saja ia mencegah mala petaka dari Danil, masa ia mau menerima petaka dari Evan juga, secara Evan adalah cowok paling terkenal di kampusnya, mereka bisa saling kenal karena ikut organisasi yang sama di seni bela diri, dulu bersama Dion juga, Evan satu tingkat denga Dion di perkuliahan, dua-duanya adalah senior Emili, tapi Evan pernah cuti satu tahun sehingga ia malah satu tingkat dengan Emili saat ini. Karena peraw
Sepertinya Danil sudah diam, kali ini Emili yang ingin mengomelinya."Apa-apaan sih Kamu?" Emili bahkan sudah tidak sopan sekarang, ia sudah lupa tentang Danil adalah bosnya, sejak kemarin ia bingung memanggilnya apa antaara anda atau kamu, lagipula Danil juga tidak mempermasalahkannya"Kenapa?" Singkat. Padahal dalam hati ia juga tidak tau kenapa dia mau melakukan hal konyol seperti itu."Tau sendiri kan tadi pagi aku rela jalan kaki agar tidak terjadi seperti barusan lagi?" Emili masih mengomel."Ga senang? Nikmati sajalah di antar jemput sultan, cuma sampai Nenek kembali ke Aust ko. Cuma akting." Danil beralasan, tapi ko rasanya bukan itu ya, masa bagitu Nenek pergi menjadi orang asing lagi padahal baru merasakan sedikit keakraban."Akting kan cuma depan Nenek aja. Ga perlu sampai kampus segala, aku...." Masih mengomel, tapi dering ponsel Danil membuatnya diam, Danil tanpa pikir panjang langsung menyambut panggilan itu karena itu dari kekasihnya Alea."Hai Sayang." Suara dari speak
Emili yang paling bersemangat, ia prepare sambil berdendang menyanyikan lagu dari film animasi Upin dan ipin."Balek kampung hooo....Balek kampung hoo.." di ulang berkali-kali."Ga ada lirik lain apa?" Tegur Danil tapi tidak di gubris oleh Emili, ia tetap asyik berdendang ria.Danil pun menghampirinya "Kau punya kuping?" bisik Danil tepat di belakang telinganya membuat bulu kuduk Emili merinding dan terjengkang hingga menubruk hidung Danil cukup keras, Danil meringis kesakitan di buatnya dan tidak ketinggalan darah segar keluar dari hidungnya."Aduh, aku minta maaf. Kamu bikin aku kaget sih." Sesal Emili sambil berusaha menyentuh hidung Danil dan mengelap darah yang keluar tapi Danil mengelak. Ia mundur dan tidak sengaja menjatuhkan sebuah bingkai kecil yang posisinya terbalik di atas nakas, sebelumnya bingkai itu tidak ada, mungkin Danil membawanya dari ruang pribadinya. tampak kilat kemarahan di wajah Danil yang dingin."sori... sori aku ga lihat" Emili berjongkok hendak membersihk
"Akhirnya kalian menginap juga, sudah lama sekali ibu menantikan ini, bahkan ibu setiap hari membersihkan kamar ini barangkali kalian tiba-tiba datang" kata Bu Tiara sambil memperhatikan setiap sudut yang memang terlihat mengkilap, walaupun sederhana tapi kamar itu nyaman, ibu Tiara tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya."Iya Bu, Emili juga menantikan ini tapi suami Emili selalu sibuk" Emili beralasan sambil merangkul ibunya penuh suka cita."Ya sudah ibu keluar dulu, takut menantu ibu mau istirahat" ucap ibu seraya bergerak menuju pintu, di saat yang sama Danil memasuki kamar."Maaf ya Nak Danil kami hanya bisa menyiapkan seperti ini""tidak masalah Bu, jangan merasa bersalah""kalau begitu ibu keluar dulu, silahkan beristirahat." "iya Bu," Danil mengangguk sopan.Setelah ibu keluar, Emili bingung harus bagaimana sekarang di tambah berdua di kamar yang sempit membuatnya gugup secara bersamaan ia juga merasa bersalah pada Danil karena menyeretnya ikut menginap, ia melirik Danil ya
Matahari telah berada di puncak peraduannya ketika sebuah mobil mewah yang membawa keluarga kecil melesat memasuki rumah bak istana. Iya, itu mereka Danil, Emili dan putri kecilnya Dania, ada juga Bu Eni yang telah resmi jadikan oleh Danil sebagai pengasuh tetap untuk putri kecilnya Dania.Akhirnya Emili kembali lagi ke rumah itu, rumah yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan singkat tentang hubungannya, hubungan yang tercipta dari sebuah ide gila Danil untuk melakukan sebuah pernikahan kontrak yang memakan korban yaitu Emili, yang kemudian menumbuhkan rasa cinta di antara mereka, yang satu karena ambisi yang satu karena keterpaksaan yang di sebabkan faktor ekonomi.Kini keduanya bersatu kembali dengan hubungan yang sehat dan terkontrak tanpa syarat sepanjang hidup mereka.Emili mau ikut Danil setelah meyakinkan segala urusannya yang harus di selesaikan telah beres, Danil dapat melakukan itu dalam waktu singkat.Demi agar lebih cepat berkumpul dengan keluarga kecilnya ia bahkan rela
Danil tiba di rumahnya, ia tau bertemu dan memohon pada Nenek Marita tidak akan memberi solusi, ia ke ruang kerjanya menghubungi Alex untuk mengumumkan tentang hubungannya dengan Emili dan kehadiran Dania sebagai putrinya di semua aplikasi Sosial media, tak lupa memintanya menghubungi stasiun tv juga supaya mertuanya yang agak gaptek soal sosial media tidak ketinggalan berita."Saya ingin membaca berita ini dalam waktu tidak lebih dari tiga puluh menit, jangan lupa kau juga harus memberinya judul sedramatis mungkin, Oke" Jelas Danil antusias."Iya Pak Danil, tapi tolong bisakah kamu membiarkan saya berbulan madu dengan santai?" Alex berbicara sebagai sahabat."Sory, tapi kali ini kau harus membantuku karena ini penting" Danil agak sedikit bersalah dengan sahabatnya."Oke Aku akan membantumu" ucap Alex."Thank's bro, selamat bersenang-senang" Danil mengakhiri peanggilannya lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan mata, ia sepertinya tidak sabar menunggu sebuah berita viral
"kesayangan Ayah sudah wangi" Danil berdiri menyambut putrinya."Apa katamu?" Nenek Marita kaget mendengar Danil."Ini putri Danil Nek, Saat Nenek mengusir Emili dia sedang mengandung anakku, Ah Nenekku sungguh keterlaluan! Mengusir cucu menantu yang sedang hamil tapi menampung wanita hamil lainnya" Ucap Danil membuat nyali Neneknya menciut dan tampak bersalah, sebenarnya ia sudah menunggu momen ini dari tadi."Apa benar dia putrimu?" Ekspresi Nenek Marita berubah sembilan puluh derajat, yang tadinya dingin menjadi hangat. Ia bertanya demi memastikan pendengarannya. Matanya terpaku pada Dania."Iya Nek, apa Nenek meragukannya? padahal dia begitu mirip denganmu Nek" Ucap Danil. Fakta itu juga yang membuatnya tidak bertanya saat pertama kali melihat putrinya, Dania begitu mirip Neneknya yang juga mirip dengan dirinya sendiri."Betul Kamu hamil saat pergi dari rumah?" Nenek beralih pada Emili, kebenciannya pada menantunya itu agaknya berangsur hilang."Iya Nek, tapi Emili juga tidak tahu
Danil benar-benar menginap di rumah keluarga Emili, ia tidak memberitahu hal itu pada siapapun, karena itu ponselnya berdering beberapa kali entah itu panggilan dari asistennya Alex, klien bahkan ada panggilan juga dari Neneknya.Ia terbangun dan mengucek matanya, ia sadar sedang berada di kamar orang lain, namun sedetik kemudian ia tersenyum karena menyadari ia sedang menginap di rumah orang tua istrinya. Ia pun meraih ponsel dan memeriksanya.[Apakah kamu bersama sahabat istriku? Aku bingun harus menyebutnya apa, Nenek Marita mencarimu dan ku beri tahu Kamu bersamanya, mungkin Nenek sedang ke sana sekarang, jadi siapkan alat untuk bertempur, dia terdengar tidak senang karena panggilannya di abaikan cucu kesayangannya, Oh iya aku rela mengorbankan masa cuti bulan maduku untuk menggantikanmu mengurus klien, jadi fokus saja bertempur dengan Nenek Marita] tulis Alex panjang lebar. Danil hanya membacanya dan tidak bermaksud membalas."Aku akan menyambutnya" Ucap Danil tersenyum menyering
"Kenapa Emili lama sekali? Kemana pula perginya Nak Danil?" Ucap Bu Tiara merasa tidak senang, ia sudah bersusah payah masak untuk mereka tapi justru mereka yang tidak hadir di meja makan."Tidak apa Bu, biarkan saja" Pak Feri masih setia menghibur sang istri."Mungkin lagi melepas rindu, Bu" Celetuk Bu Eni asal, sebenarnya ia hanya bercanda karena dirinya sendiri tidak tau kemana kedua orang itu berada, Pak Feri yang memahami langsung tersedak."Ayah, hati-hati dong makannya" Kata Mila yang dari tadi menyuapi Dania yang tampak asyik dengan mainannya."Iya, ayah akan hati-hati" Ucap Pak Feri gelagapan."Itu sama sekali tidak boleh dibiarkan, mereka baru saja bertemu setelah berpisah selama tiga tahun" Seru Bu Tiara menanggapi candaan Bu Eni ia segera bangkit dari duduknya, ia hendak melabrak Emili."Ibu mau apa?" Pekik Pak Feri, ia juga berdiri untuk mencegah sang istri.Bersamaan dengan itu Danil keluar dari kamar Emili dengan penampilan yang lebih cerah dari sebelumnya, ia tampak sep
Setelah selesai merapikan mainan Dania, seluruh orang berkumpul di ruang keluarga, karena memang tidak ada lagi ruangan yang lebih luas dari tempat itu, kecuali Bu Eni dan Bu Tiara yang sedang sibuk di dapur, demi menyambut menantunya yang tiba-tiba datang dan tampaknya tidak berniat untuk pergi, dan juga Emili yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi."Apa rencana kalian kedepannya?" Pak Feri memulai obrolan, ia bertanya pada Danil sebagai kepala keluarga dari pernikahan kontrak putrinya."Saya ingin tetap melanjutkan pernikahan Kami Yah, tidak ada lagi kontrak atau apapun itu, tolong restua hubungan kami" Danil berbicara sungguh-sungguh, ia menatap kedua mata mertuanya."Bagaimana dengan keluargamu, mereka tidak menerima Emili lagi, Nyonya Marita bahkan mengusirnya dari rumahmu" "Nenek melakukan itu karena terpengaruh omongan setan, informasi yang dia dapatkan tidak sesuai dengan kenyataan" Danil membahas soal Alea. Tampak kebencian dari raut wajahnya."Apa yang membuatmu m
"Aku belum siap melakukan ini?" Keluh Emili berharap Danil melepasnya."Kau tidak perlu bersiap, Kau cukup menyerahkan tubuhmu saja" ucap Danil semakin nakal, ia menyentuh kancing baju yang berderet di atas dada Emili yang tampak membusung satu persatu, ia malah berpikir benda itu tampak lebih besar dari sebelumnya.Emili menggeliat untuk menghentikan Danil, selain itu ia tidak ingin terpancing dengan sensasi aneh yang mulai muncul."Kenapa sayang? Akan lebih baik kalau kamu diam, semakin Kau berontak semakin Aku ingin segera memakanmu, sudah lama singa ini tertidur, Dia akan agresif kalau kau membangunkannya, tapi kalau Kau ingin membangunkannya tidak apa-apa, Dia akan menyambutnya." Goda Danil membuat wajah Emili memerah."Hentikan ini Danil" Sepertinya Emili juga tidak tahan berada di posisi ini. Ia menggerakkan tangannya untuk bangun, tapi Danil dengan cepat meraih tangan itu dan menyematkan jari-jarinya untuk mengunci pergerakan."Kau terdengar memintaku melanjutkannya" Goda Dani
Ketika mobil memasuki rumah bak istana milik Danil, ingatan Emili kembali mengembara saat pertama kali ia memasuki rumah itu, ia mengingat ketika Danil tidak peduli padanya dan masih sangat mencintai Alea, seolah tidak ada wanita lain selain Alea saat itu, lalu kemudian dengan perlahan Danil agak peduli padanya sampai ia berpikir Danil mungkin menyukainya tapi kenyataannya Danil hanya menginginkan tubuhnya, nyatanya Alea masih nomor satu di hatinya, ia yang mulai mencintai Danil hanya bisa menelan rasa pahit, perlahan namun pasti Danil menyatakan cintanya dan melepas Alea, pernikahan kontraknya pun berbuah cinta, tapi ternyata tuhan masih belum merestui hubungan mereka dan berakhir dengan dirinya yang meninggalkan Danil. Kini mereka di pertemukan kembali setelah tiga tahun berpisah, apakah takdir sudah mengizinkannya bersama?Dania tidur dengan nyenyak di pangkuan Emili, ia tampak kesusahan untuk melepas sabuk pengamannya, karena itu Danil membantunya, hingga mereka menjadi sangat dek
Emili sudah meninggalkan Danil yang masih mencerna ucapan Emili dengan dada bergemuruh, ia segara mengejar Emili saat tau Emili sudah tidak ada di tempatnya."Aku akan mengantarmu, itu akan lebih cepat" Ucap Danil begitu berhasil menemukan Emili tampak tidak tenang bahkan sudah menangis, sepertinya ia sedang memesan mobil online tapi tidak berhasil. Danil sendiri menawarinya tumpangan dan mengabaikan rasa penasarannya."Tidak perlu Danil" Suaranya tercekat. "Ikut aku, pesan mobil online akan memakan waktu, kau harus menemukan anak itu sebelum pergi semakin jauh" Ucap Danil membuat Emili menyadari kesalahannya, ia menatap Danil dengan tatapan tidak biasa. Ia merasa lega karena Danil tampaknya tidak terpengaruh."Tetap di sini, aku akan mengambil mobil di parkiran" Ucap Danil seraya bergegas pergi, Emili diam mematung, ia tidak tau harus berbuat apa, akhirnya ia masih diam di tempatnya saat Danil muncul dengan mobilnya."Ayo masuk, tunggu apalagi?" Seru Danil, membuat Emili segera kear