Laki-laki itu meyapa Emili. "Hei, kanapa istri sultan berjalan kaki?" itu suara Evan, ia menepikan motornya di sebelah Emili yang sedang kaget karenanya. "Oh, itu, supir saya buru-buru jadi saya minta turun di sini saja." Kata Emili berbohong, membuat kening Evan berkerut. "_Oh, jadi hari ini di antar sopir" untungnya Evan tidak terlalu peduli dan tetap menghargai alasannya. sebelumnya Ia sempat memperhatikan Emili turun dari mobil mewah. "Ya sudah ayo bareng, lumayan menghemat tenaga masih ada sekitar tujuh meter loh ini." Sudah pasti Emili menolak tawaran itu, barus saja ia mencegah mala petaka dari Danil, masa ia mau menerima petaka dari Evan juga, secara Evan adalah cowok paling terkenal di kampusnya, mereka bisa saling kenal karena ikut organisasi yang sama di seni bela diri, dulu bersama Dion juga, Evan satu tingkat denga Dion di perkuliahan, dua-duanya adalah senior Emili, tapi Evan pernah cuti satu tahun sehingga ia malah satu tingkat dengan Emili saat ini. Karena peraw
Sepertinya Danil sudah diam, kali ini Emili yang ingin mengomelinya."Apa-apaan sih Kamu?" Emili bahkan sudah tidak sopan sekarang, ia sudah lupa tentang Danil adalah bosnya, sejak kemarin ia bingung memanggilnya apa antaara anda atau kamu, lagipula Danil juga tidak mempermasalahkannya"Kenapa?" Singkat. Padahal dalam hati ia juga tidak tau kenapa dia mau melakukan hal konyol seperti itu."Tau sendiri kan tadi pagi aku rela jalan kaki agar tidak terjadi seperti barusan lagi?" Emili masih mengomel."Ga senang? Nikmati sajalah di antar jemput sultan, cuma sampai Nenek kembali ke Aust ko. Cuma akting." Danil beralasan, tapi ko rasanya bukan itu ya, masa bagitu Nenek pergi menjadi orang asing lagi padahal baru merasakan sedikit keakraban."Akting kan cuma depan Nenek aja. Ga perlu sampai kampus segala, aku...." Masih mengomel, tapi dering ponsel Danil membuatnya diam, Danil tanpa pikir panjang langsung menyambut panggilan itu karena itu dari kekasihnya Alea."Hai Sayang." Suara dari speak
Emili yang paling bersemangat, ia prepare sambil berdendang menyanyikan lagu dari film animasi Upin dan ipin."Balek kampung hooo....Balek kampung hoo.." di ulang berkali-kali."Ga ada lirik lain apa?" Tegur Danil tapi tidak di gubris oleh Emili, ia tetap asyik berdendang ria.Danil pun menghampirinya "Kau punya kuping?" bisik Danil tepat di belakang telinganya membuat bulu kuduk Emili merinding dan terjengkang hingga menubruk hidung Danil cukup keras, Danil meringis kesakitan di buatnya dan tidak ketinggalan darah segar keluar dari hidungnya."Aduh, aku minta maaf. Kamu bikin aku kaget sih." Sesal Emili sambil berusaha menyentuh hidung Danil dan mengelap darah yang keluar tapi Danil mengelak. Ia mundur dan tidak sengaja menjatuhkan sebuah bingkai kecil yang posisinya terbalik di atas nakas, sebelumnya bingkai itu tidak ada, mungkin Danil membawanya dari ruang pribadinya. tampak kilat kemarahan di wajah Danil yang dingin."sori... sori aku ga lihat" Emili berjongkok hendak membersihk
"Akhirnya kalian menginap juga, sudah lama sekali ibu menantikan ini, bahkan ibu setiap hari membersihkan kamar ini barangkali kalian tiba-tiba datang" kata Bu Tiara sambil memperhatikan setiap sudut yang memang terlihat mengkilap, walaupun sederhana tapi kamar itu nyaman, ibu Tiara tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya."Iya Bu, Emili juga menantikan ini tapi suami Emili selalu sibuk" Emili beralasan sambil merangkul ibunya penuh suka cita."Ya sudah ibu keluar dulu, takut menantu ibu mau istirahat" ucap ibu seraya bergerak menuju pintu, di saat yang sama Danil memasuki kamar."Maaf ya Nak Danil kami hanya bisa menyiapkan seperti ini""tidak masalah Bu, jangan merasa bersalah""kalau begitu ibu keluar dulu, silahkan beristirahat." "iya Bu," Danil mengangguk sopan.Setelah ibu keluar, Emili bingung harus bagaimana sekarang di tambah berdua di kamar yang sempit membuatnya gugup secara bersamaan ia juga merasa bersalah pada Danil karena menyeretnya ikut menginap, ia melirik Danil ya
Emili sadar tentang tempat tidur."Aku tidur dimana?" Keluh Emili."Tidur di sini saja." Kata Danil menepuk bagian kasur yang masih tersisa."Ga, kamu tidur di bawah saja." "Masa tamu suruh tidur di bawah? Kamu saja" Protes Danil."Ga mau, kamu saja." Emili menghampiri Danil dan menariknya agar bangun. Entah mendapat keberanian dari mana ia bisa senekad itu dan kata "Kamu" masih saja menjadi panggilan untuk Danil entah kemana kesopanannya sebagai mantan bawahan."Apa sih?" Danil menepis tangan Emili hingga terpental."Maaf, tapi ini kamarku dan laki-laki harus mengalah sama perempuan." Emili melemah, hatinya agak sedih setelah tangannya di dorong oleh Danil. Danil menyadari itu dan merasa agak bersalah."Ga ada yang harus mengalah ko, begini juga bisa." Danil menarik Emili bermaksud membuatnya tidur di sampingnya, menurutnya tidur di sampingnya tidak terlalu bahaya, tapi Danil salah target dan membuat Emili berada di atasnya.Emili diam seribu bahasa takut bergerak, kalau bergerak p
Keesokan harinya, Danil bangun dan tidak mendapati Emili di sampingnya.Ia teringat kembali kejadian semalam dan merutuki dirinya lalu tiba-tiba pintu terbuka."Kamu sudah bangun? Ayo sarapan." Ajak Emili, ia lebih dingin dari biasanya."Ah iya." Jawab Danil sedikit canggung. Ia bangun mencuci muka kemudian menyusul Emili.Di meja makan sudah ada adik-adik Emili yang menunggu, mereka terlihat rapi dengan seragam sekolahnya. Ayah juga terlihat rapi dengan baju kerjanya ibu sedang di dapur sibuk menyiapkan sarapan yang tersisa dan Emili hanya fokus pada makanan di depannya."Oppa boleh foto ga?" Pinta Mila pada Danil. Harusnya Emili protes dengan panggilan Oppanya itu, tapi dia tampak tidak peduli."Boleh dong" sambut Danil dengan senyum."Yes, soalnya aku mau liatin teman-teman, mereka pasti bakalan iri karena aku punya Kakak ipar yang ganteng." Seru Mila sambil menyiapkan kamera ponselnya dan mengambil gambar dari segala arah. Emili masih Tampak tidak peduli."Aku juga, aku juga mau i
Beberapa hari berlalu, selama itu juga Emili dan Danil tidak berkomunikasi sama sekal, mereka konsisten dengan kesepakaran waktu itu, ketika bertemu pun mereka tidak saling sapa. Tapi kenapa Emili merasa kosong, kadang ia tampak tidak bersemangat melalui harinya, mungkin karena beberapa hari sebelumnya ia selalu bersama Danil dan menjadi terbiasa tapi dirinya dapat meredam perasaan itu sebelum muncul dan menguasai dirinya, hanya saja ketika rasa terbiasa itu perlahan menghilang, sekali lagi sebuah keadaan memaksanya untuk menghabiskan hari bersama Danil dan keadaan itu malah datang dari dirinya."Wajib bawa pasangan dari luar kampus ya terserah mau itu teman, keluarga, atau pacar kalian, karena camping kali ini berbeda, ada adu kompetisi yang membutuhkan pasangan tapi tidak boleh mengambil pasangan dari kampus, karena hasilnya cuma untuk perorangan, setiap orang akan mendapat point' untuk menambah nilai KHS, jadi yang suka bolos atau yang nilai ipknya kurang gunakan kesempatan ini unt
Akhirnya tiba hari keberangkatan untuk kegiatan kampus yang akan diadakan di puncak, hari itu Emili berangkat lebih dulu ke kampus untuk bergabung dengan mahasiswa yang lain sementara Danil pergi ke perusahaan karena tiba-tiba ada pekerjaan yang sangat penting yang harus ia selesaikan terlebih dahulu.Semua mahasiswa kelas X masuk ke dalam bus dengan pasangannya masing-masing, kebanyakan membawa pasangan belahan jiwanya, tapi ada juga yang bersama sanak saudaranya, seperti Hana yang menggandeng paman mudanya, Emili kenal dengan paman Hana yang anak rumahan itu, pasti dia ikut setelah dicekoki sesuatu oleh Hana atau mungkin mendapat suap dari Hana. Adapun Maya, ia menggandeng teman masa kecilnya, sebenarnya ia memiliki banyak teman masa kecil, tapi ia hanya mengajak satu yang paling playboy di antara semuanya, mengingat ada banyak mahasiswi bening yang akan ikut, ia pasti mau ikut karena alasan itu. Terakhir ada Evan, ia tampak memperhatikan setiap mahasiswa yang sedang sibuk untuk kebe
Matahari telah berada di puncak peraduannya ketika sebuah mobil mewah yang membawa keluarga kecil melesat memasuki rumah bak istana. Iya, itu mereka Danil, Emili dan putri kecilnya Dania, ada juga Bu Eni yang telah resmi jadikan oleh Danil sebagai pengasuh tetap untuk putri kecilnya Dania.Akhirnya Emili kembali lagi ke rumah itu, rumah yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan singkat tentang hubungannya, hubungan yang tercipta dari sebuah ide gila Danil untuk melakukan sebuah pernikahan kontrak yang memakan korban yaitu Emili, yang kemudian menumbuhkan rasa cinta di antara mereka, yang satu karena ambisi yang satu karena keterpaksaan yang di sebabkan faktor ekonomi.Kini keduanya bersatu kembali dengan hubungan yang sehat dan terkontrak tanpa syarat sepanjang hidup mereka.Emili mau ikut Danil setelah meyakinkan segala urusannya yang harus di selesaikan telah beres, Danil dapat melakukan itu dalam waktu singkat.Demi agar lebih cepat berkumpul dengan keluarga kecilnya ia bahkan rela
Danil tiba di rumahnya, ia tau bertemu dan memohon pada Nenek Marita tidak akan memberi solusi, ia ke ruang kerjanya menghubungi Alex untuk mengumumkan tentang hubungannya dengan Emili dan kehadiran Dania sebagai putrinya di semua aplikasi Sosial media, tak lupa memintanya menghubungi stasiun tv juga supaya mertuanya yang agak gaptek soal sosial media tidak ketinggalan berita."Saya ingin membaca berita ini dalam waktu tidak lebih dari tiga puluh menit, jangan lupa kau juga harus memberinya judul sedramatis mungkin, Oke" Jelas Danil antusias."Iya Pak Danil, tapi tolong bisakah kamu membiarkan saya berbulan madu dengan santai?" Alex berbicara sebagai sahabat."Sory, tapi kali ini kau harus membantuku karena ini penting" Danil agak sedikit bersalah dengan sahabatnya."Oke Aku akan membantumu" ucap Alex."Thank's bro, selamat bersenang-senang" Danil mengakhiri peanggilannya lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan mata, ia sepertinya tidak sabar menunggu sebuah berita viral
"kesayangan Ayah sudah wangi" Danil berdiri menyambut putrinya."Apa katamu?" Nenek Marita kaget mendengar Danil."Ini putri Danil Nek, Saat Nenek mengusir Emili dia sedang mengandung anakku, Ah Nenekku sungguh keterlaluan! Mengusir cucu menantu yang sedang hamil tapi menampung wanita hamil lainnya" Ucap Danil membuat nyali Neneknya menciut dan tampak bersalah, sebenarnya ia sudah menunggu momen ini dari tadi."Apa benar dia putrimu?" Ekspresi Nenek Marita berubah sembilan puluh derajat, yang tadinya dingin menjadi hangat. Ia bertanya demi memastikan pendengarannya. Matanya terpaku pada Dania."Iya Nek, apa Nenek meragukannya? padahal dia begitu mirip denganmu Nek" Ucap Danil. Fakta itu juga yang membuatnya tidak bertanya saat pertama kali melihat putrinya, Dania begitu mirip Neneknya yang juga mirip dengan dirinya sendiri."Betul Kamu hamil saat pergi dari rumah?" Nenek beralih pada Emili, kebenciannya pada menantunya itu agaknya berangsur hilang."Iya Nek, tapi Emili juga tidak tahu
Danil benar-benar menginap di rumah keluarga Emili, ia tidak memberitahu hal itu pada siapapun, karena itu ponselnya berdering beberapa kali entah itu panggilan dari asistennya Alex, klien bahkan ada panggilan juga dari Neneknya.Ia terbangun dan mengucek matanya, ia sadar sedang berada di kamar orang lain, namun sedetik kemudian ia tersenyum karena menyadari ia sedang menginap di rumah orang tua istrinya. Ia pun meraih ponsel dan memeriksanya.[Apakah kamu bersama sahabat istriku? Aku bingun harus menyebutnya apa, Nenek Marita mencarimu dan ku beri tahu Kamu bersamanya, mungkin Nenek sedang ke sana sekarang, jadi siapkan alat untuk bertempur, dia terdengar tidak senang karena panggilannya di abaikan cucu kesayangannya, Oh iya aku rela mengorbankan masa cuti bulan maduku untuk menggantikanmu mengurus klien, jadi fokus saja bertempur dengan Nenek Marita] tulis Alex panjang lebar. Danil hanya membacanya dan tidak bermaksud membalas."Aku akan menyambutnya" Ucap Danil tersenyum menyering
"Kenapa Emili lama sekali? Kemana pula perginya Nak Danil?" Ucap Bu Tiara merasa tidak senang, ia sudah bersusah payah masak untuk mereka tapi justru mereka yang tidak hadir di meja makan."Tidak apa Bu, biarkan saja" Pak Feri masih setia menghibur sang istri."Mungkin lagi melepas rindu, Bu" Celetuk Bu Eni asal, sebenarnya ia hanya bercanda karena dirinya sendiri tidak tau kemana kedua orang itu berada, Pak Feri yang memahami langsung tersedak."Ayah, hati-hati dong makannya" Kata Mila yang dari tadi menyuapi Dania yang tampak asyik dengan mainannya."Iya, ayah akan hati-hati" Ucap Pak Feri gelagapan."Itu sama sekali tidak boleh dibiarkan, mereka baru saja bertemu setelah berpisah selama tiga tahun" Seru Bu Tiara menanggapi candaan Bu Eni ia segera bangkit dari duduknya, ia hendak melabrak Emili."Ibu mau apa?" Pekik Pak Feri, ia juga berdiri untuk mencegah sang istri.Bersamaan dengan itu Danil keluar dari kamar Emili dengan penampilan yang lebih cerah dari sebelumnya, ia tampak sep
Setelah selesai merapikan mainan Dania, seluruh orang berkumpul di ruang keluarga, karena memang tidak ada lagi ruangan yang lebih luas dari tempat itu, kecuali Bu Eni dan Bu Tiara yang sedang sibuk di dapur, demi menyambut menantunya yang tiba-tiba datang dan tampaknya tidak berniat untuk pergi, dan juga Emili yang sedang membersihkan tubuhnya di kamar mandi."Apa rencana kalian kedepannya?" Pak Feri memulai obrolan, ia bertanya pada Danil sebagai kepala keluarga dari pernikahan kontrak putrinya."Saya ingin tetap melanjutkan pernikahan Kami Yah, tidak ada lagi kontrak atau apapun itu, tolong restua hubungan kami" Danil berbicara sungguh-sungguh, ia menatap kedua mata mertuanya."Bagaimana dengan keluargamu, mereka tidak menerima Emili lagi, Nyonya Marita bahkan mengusirnya dari rumahmu" "Nenek melakukan itu karena terpengaruh omongan setan, informasi yang dia dapatkan tidak sesuai dengan kenyataan" Danil membahas soal Alea. Tampak kebencian dari raut wajahnya."Apa yang membuatmu m
"Aku belum siap melakukan ini?" Keluh Emili berharap Danil melepasnya."Kau tidak perlu bersiap, Kau cukup menyerahkan tubuhmu saja" ucap Danil semakin nakal, ia menyentuh kancing baju yang berderet di atas dada Emili yang tampak membusung satu persatu, ia malah berpikir benda itu tampak lebih besar dari sebelumnya.Emili menggeliat untuk menghentikan Danil, selain itu ia tidak ingin terpancing dengan sensasi aneh yang mulai muncul."Kenapa sayang? Akan lebih baik kalau kamu diam, semakin Kau berontak semakin Aku ingin segera memakanmu, sudah lama singa ini tertidur, Dia akan agresif kalau kau membangunkannya, tapi kalau Kau ingin membangunkannya tidak apa-apa, Dia akan menyambutnya." Goda Danil membuat wajah Emili memerah."Hentikan ini Danil" Sepertinya Emili juga tidak tahan berada di posisi ini. Ia menggerakkan tangannya untuk bangun, tapi Danil dengan cepat meraih tangan itu dan menyematkan jari-jarinya untuk mengunci pergerakan."Kau terdengar memintaku melanjutkannya" Goda Dani
Ketika mobil memasuki rumah bak istana milik Danil, ingatan Emili kembali mengembara saat pertama kali ia memasuki rumah itu, ia mengingat ketika Danil tidak peduli padanya dan masih sangat mencintai Alea, seolah tidak ada wanita lain selain Alea saat itu, lalu kemudian dengan perlahan Danil agak peduli padanya sampai ia berpikir Danil mungkin menyukainya tapi kenyataannya Danil hanya menginginkan tubuhnya, nyatanya Alea masih nomor satu di hatinya, ia yang mulai mencintai Danil hanya bisa menelan rasa pahit, perlahan namun pasti Danil menyatakan cintanya dan melepas Alea, pernikahan kontraknya pun berbuah cinta, tapi ternyata tuhan masih belum merestui hubungan mereka dan berakhir dengan dirinya yang meninggalkan Danil. Kini mereka di pertemukan kembali setelah tiga tahun berpisah, apakah takdir sudah mengizinkannya bersama?Dania tidur dengan nyenyak di pangkuan Emili, ia tampak kesusahan untuk melepas sabuk pengamannya, karena itu Danil membantunya, hingga mereka menjadi sangat dek
Emili sudah meninggalkan Danil yang masih mencerna ucapan Emili dengan dada bergemuruh, ia segara mengejar Emili saat tau Emili sudah tidak ada di tempatnya."Aku akan mengantarmu, itu akan lebih cepat" Ucap Danil begitu berhasil menemukan Emili tampak tidak tenang bahkan sudah menangis, sepertinya ia sedang memesan mobil online tapi tidak berhasil. Danil sendiri menawarinya tumpangan dan mengabaikan rasa penasarannya."Tidak perlu Danil" Suaranya tercekat. "Ikut aku, pesan mobil online akan memakan waktu, kau harus menemukan anak itu sebelum pergi semakin jauh" Ucap Danil membuat Emili menyadari kesalahannya, ia menatap Danil dengan tatapan tidak biasa. Ia merasa lega karena Danil tampaknya tidak terpengaruh."Tetap di sini, aku akan mengambil mobil di parkiran" Ucap Danil seraya bergegas pergi, Emili diam mematung, ia tidak tau harus berbuat apa, akhirnya ia masih diam di tempatnya saat Danil muncul dengan mobilnya."Ayo masuk, tunggu apalagi?" Seru Danil, membuat Emili segera kear