"Stecy!" Galuh terlihat panik luar biasa melihat Stecy yang merintih kesakitan.
Dengan sigap ia pun memasukkan jari Stecy yang berdarah ke dalam mulutnya. Menghisap darah yang mengalir cukup deras dari luka sobeknya.
Stecy kaget dengan reaksi Galuh yang spontan ini, yang tanpa saja mengalirkan perasaan berdesir baginya.
Begitu pun dengan mama Galuh yang juga kaget dengan reaksi sang anak. Terlihat begitu perhatiannya Galuh pada pelayan barunya itu.
Stecy yang risih dan tak nyaman di situasi ini pun mencoba menarik jarinya yang masih di dalam mulut Galuh.
"Maaf, saya terlalu panik tadi makanya tanpa mikir panjang saya langsung melakukan itu."
"Iya Pak, saya mengerti dan terima kasih." Galuh mengangguk.
"Lain kali kalau ada benda jatuh dan pecah, jangan asal main ambil pakai tangan gitu aja. Kayaknya gini kan jadinya."
Garin cemberut mendengarnya, "Bapak kok jadi ngomelin saya sih?"
"Bukan ngo
Stecy menolak permintaan paman dan bibinya yang menyuruh dirinya agar tak usah bekerja lagi. Tapi Stecy jelas menolaknya karena tak ingin jika hanya menumpang begitu saja.Lagian dia juga harus punya pekerjaan agar ada alasan untuk tetap bertahan disini. Di kota ini.Stecy pasrah jika memang ia dipecat oleh Galuh. Ia juga tak akan memaksa Galuh untuk mempertahankannya, toh ia juga merasa kasihan pada mbok Asri. Sepertinya wanita paruh baya itu terlihat sangat membutuhkan pekerjaan. Lagian mbok Asri juga pilihan dari mamanya Galuh.Tapi satu yang tak Stecy mengerti dari Galuh. Kenapa pria itu meminta dicarikan seseorang yang setengah tua untuk bekerja di rumahnya? Memangnya kenapa dengan yang muda?Dan Galuh menerima dirinya ini yang masih muda, apakah benar atas dasar karena rasa kasihan saja?Ah, nanti akan Stecy tanyakan jika ia bertemu dengan Galuh."Ndok, kok termenung?" tanya bu Mutia mengaggetkannya.Stecy ters
Saat hari libur tiba Stecy sedikit canggung bekerja di bawah pengawasan langsung oleh sang pemilik rumah. Apalagi hanya berdua di rumah itu, rasanya Stecy tidak begitu bebas beraktivitas.Galuh yang dapat melihat itu semua pun mencoba memberi pengertian pada Stecy."Santai saja," ucapnya tiba-tiba. "Kalau memang kamu merasa gak nyaman karena kehadiran saya di rumah ini. Oke, saya bisa pergi sampai kamu selesai mengerjakan semuanya.Dan tanpa menunggu jawaban Stecy, Galuh langsung beranjak pergi meninggalkan rumah.Namun sepertinya keputusan Galuh pergi salah bagi Stecy. Sebab tak lama setelah Galuh pergi ada dua orang tamu tak di undang datang.Stecy menatap bingung dua wanita cantik di hadapannya. Yang satu wanita dewasa dengan dandanan yang terlihat anggun dan seksi. Sementara yang satunya adalah gadis kecil yang kira-kira kalau Stecy taksir umurnya sekitar delapan tahunan."Kamu siapa?" tanya wanita itu yang
Hari libur telah berakhir, dan Galuh sudah kembali bekerja seperti biasanya. Tinggallah di rumah hanya ada Stecy dan Miyara. Sedari pagi tadi gadis kecil terlihat sudah merecoki Stecy. Minta inilah, minta itulah. Dan semuanya harus Stecy lakukan cepat.Stecy lelah, teramat sangat lelah dibuat Miyara yang sepertinya sengaja ingin mengerjainya.Gadis kecil itu bahkan beralasan tak masuk sekolah karena katanya kurang enak badan. Galuh yang mempercayai alasan anaknya itu pun menurut. Jadilah Miyara di rumah satu harian ini dengannyaStecy!" jerit Miyara memanggil namanya untuk yang kesekian kalinya.Stecy yang masih sibuk di dapur pun lari tergopoh-gopoh ketika mendengar namanya dipanggil."Aku lapar," kata Miyara merengek pada Stecy."Iya, ini Kakak juga lagi masak untuk makan malam sayang. Tunggu sebentar ya," pinta Stecy meminta Miyara untuk bersabar menunggu sedikit lagi.Sayangnya Miyara menggelengkan kepalanya sera
"Papa, aku ingin diantar sama Kak Stecy ke sekolah." pinta Miyara pada Galuh yang terkejut. Begitu pun Stecy yang juga terkejut luar biasa."Loh, kenapa gitu sayang?""Iya, kepingin aja diantar sama Kak Stecy ke sekolah." kata Miyara beralasan."Boleh ya, Pa?" bujuk Miyara dengan binar matanya yang memohon.Kalau sudah begitu, bagaimana mungkin Galuh sanggup menolaknya. Galuh pun tersenyum mengangguk sembari membelai lembut surai hitam panjang nan lebat milik sang anak."Tentu saja boleh sayang. Tapi, Kak Stecy-nya mau gak?"Miyara menoleh pada Stecy yang mulai merasakan firasat tak enak jika berhubungan dengan Miyara."Kak Stecy mau kan anterin aku ke sekolah?" bujuk Miyara dengan nada yang lembut dan terdengar menggemaskan.Galuh ikut menatap Stecy, ia berharap Stecy mau menuruti permintaan anaknya. Semoga saja."Aduh, gimana ya, Kakak banyak kerjaan setelah ini. Kalau antar kamu jug
"Bagaimana sekolah hari ini?" tanya Galuh pada putrinya ketika makan malam tiba.Miyara menghela nafas kesal, "Papa, apa tidak ada pertanyaan yang lain untuk ditanyakan?""Loh, kok gitu? Memangnya kenapa dengan pertanyaan Papa tadi? Apa salah?""Bukan, hanya saja Miyara bosan mendengar pertanyaan seperti itu." sahut Miyara menjelaskan."Mama dan Papa selalu bertanya begitu," Miyara cemberut.Stecy yang berdiri disana menjadi tak nyaman, ia berniat ingin pergi dengan alasan pamit pulang saja. Namun Galuh mencegahnya dan bertanya apakah Stecy sudah makan malam.Stecy pun berbohong, ia menganggukkan kepalanya namun Galuh terlihat tak percaya."Kenapa wajahmu terlihat pucat," ucap Galuh membuat Stecy panik dan menyentuh wajahnya."Nggak apa-apa Pak, mungkin karena masih capek aja." cengirnya.Galuh mengangguk dan mengajak Stecy untuk ikut bergabung makan malam bersama dengannya dan M
Stecy tak percaya jika gadis kecil itu kembali berulah. Terniat banget Miyara ingin menyusahkannya, lihatlah pagi-pagi sekali Miyara sudah heboh sendiri merengek-rengek pada Galuh untuk membelikannya sebuah sepeda dan juga sepeda motor.Saat ditanya Galuh untuk apa, dengan entengnya Miyara menjawab untuk Stecy belajar. Sontak saja Stecy yang mendengar itu jadi kaget, tak menyangka bahwa Miyara akhirnya benar-benar meminta itu."Iya, akan Papa belikan. Tapi belinya bertahap ya sayang," kata Galuh mencolek hidung mungil Miyara."Iya kapan belinya Pa?""Nanti sayang.""Nantinya itu kapan Pa? Pagi, siang sore atau malam?" tanya Miyara menuntut kepastian."Astaga, putriku!" pekik Galuh terkekeh. "Pokoknya nanti akan Papa belikan. Sayang, memangnya kamu gak percaya sama Papa ya?""Bukan gitu Papa, Miyara cuma mau kepastiannya aja. Soalnya Miyara udah gak sabar untuk di antar jemput sama Kak Stecy selama disini." Miya
Galuh menggelengkan kepalanya kuat, ia merasa tak terima dengan ucapan Stecy barusan."Nggak Stecy, saya gak mau kamu berhenti bekerja hanya karena masalah ini." ucap Galuh."Dengar, saya akan membujuk Miyara." katanya berbisik di telinga Stecy yang menggeleng."Bapak gak perlu ngelakuin itu, karena ini memang sudah pilihan saya.""Dan kamu pikir saya akan langsung menyetujuinya gitu? Enggak Stecy, saya gak izinin kamu untuk berhenti bekerja.""Kenapa?" tanya Stecy kaget dengan Galuh yang bersikeras menolak keputusannya yang ingin berhenti bekerja.Galuh pun terdiam, merasa dirinya tersudut dengan ucapannya sendiri. Stecy yang penasaran pun kembali bertanya."Apa alasan Bapak sampai segitunya ingin mempertahankan saya tetap bekerja disini? Padahal kan ini sudah keputusan saya sendiri.""I-iya gak ada alasan. Saya hanya tidak ingin kamu berhenti bekerja saja." ucap Galuh terbata. Terlalu
Beberapa hari kemudian....Kondisi kesehatan mama Galuh sudah lumayan membaik, dan beliau juga sudah di perbolehkan pulang. Baik Galuh maupun Miyara tentu saja senang mendengar ini.Hubungan antara Stecy dan Miyara juga sudah lebih dekat dari yang biasanya seiring berjalannya waktu kebersamaan mereka berdua.Seperti siang ini, selepas pulang sekolah Miyara minta untuk dibuatkan makanan yang berkuah pada Stecy. Dan dengan senang hati Stecy menurutinya.Baginya, asalkan Miyara tak berulah menjahilinya maka ia akan merasa nyaman dan tenang."Sayang! Ini makan siangnya udah siap." ucap Stecy sedikit menjerit memanggil Miyara dengan sebutan sayang.Stecy tentu sudah tak canggung lagi memanggil anak Galuh dengan sebutan itu sedari awal mereka bertemu. Awalnya dulu Miyara sempat marah saat Stecy memanggilnya sayang, tapi sekarang tidak.Beberapa menit berlalu dan Miyara belum juga muncul ke ruang makan. Stecy yang gel
Ekstra part 5.Stecy menatap tak percaya pada Usron yang memintanya untuk berhenti mengurusi dirinya dan Fayla."Kenapa?" tanya Stecy sedikit kecewa. "Apa lo gak percaya sama gue?" "Bukan begitu, Cy." elak Usron tersenyum. "Kenapa bisa gue gak percaya sama lo? Tentu aja gue percaya dong, hanya saja gue rasa sudah cukup sampai disini Cy.""Ya, sudah cukup sampai disini." sambung Usron mantap."Ya, tapi kenapa? Kenapa lo tiba-tiba gini minta gue untuk berhenti berusaha dalam menyatukan kalian berdua? Hmm, kenapa Us?""Karena gue gak mau ngerepotin lu lagi." ujar Usron sendu. "Gue sadar ka
Ekstra part 4.Stecy lemas setelah mendengarnya langsung dari Usron tentang Fayla yang secara tidak sengaja menolaknya. Acara makan malam bersama di rumah mereka sudah selesai saat Fayla memutuskan untuk pamit pulang. Stecy curiga dan khawatir saat tak melihat Usron yang tak kembali ke ruang makan. Stecy pun memutuskan untuk menemui sepupunya itu yang ternyata tengah merenung seorang diri di dalam kamarnya. Lebih tepatnya kamar tamu yang sudah beberapa hari ini di tempatinya.Usron menatap sedih Stecy yang melangkah masuk ke dalam kamarnya. "Semuanya sudah berakhir, dia menganggap ku cuma bermain-main. Padahal aku, kan...." Usron tak melanjutkan ucapannya. Stecy mengerti maksud se
Ekstra part 3."Oh, jadi ini orang spesial yang kamu maksud sayang?" "Iya Mas," Stecy mengangguk membenarkan pertanyaan suaminya. Fayla tersipu malu mendengarnya, di anggap spesial oleh keluarga kecil yang manis dan bahagia ini merupakan suatu kebanggaan untuknya. "Mbak, ayo masuk ke dalam." ajak Stecy dengan hangat dan ramah. Fayla mengangguk dan perlahan mereka semua beranjak ke ruang makan. Disana ternyata sudah tersedia berbagai macam makanan enak yang telah di tata rapih di atas meja makan. Galuh dengan sigap dan penuh perhatiannya menarik s
Ekstra part 2."Lo beneran serius mau bantu gue?" tanya Usron memastikan sekali lagi. Usron tampak ragu pada Stecy yang mengatakan ingin membantu dirinya. Usron takut jika sepupunya ini hanya bercanda saja."Memang muka gue terlihat becanda ya?" Stecy menunjuk ke arah wajahnya sendiri."Ya." dengan tampang polos Usron mengakuinya."Sialan!" umpat Stecy kesal. "Gue serius mau bantu lo, Usron.""Alasannya?""Gak ada alasan, ya gue mau ngebantu masalah lo aja." Usron diam, merasa kurang yakin."Oke, jujur gue mau bantu lo karena kalian berdua udah melakukan itu." ucap Stecy menggerakkan jari tangannya membentuk tanda kutip saat mengatakan dua kata itu."Menurut gue ya lo harus bertanggung jawab atas apa yang udah lo lakuin ke Mbak Fa
Ekstra part 1.Stecy semakin merasa khawatir dengan kondisi sepupunya yang semakin lama semakin terlihat memprihatinkan.Dengan kesal Stecy memukul kepala Usron dengan sebuah buku majalah yang tengah dibacanya. Sebenarnya sih bukan pukulan kuat yang menyakitkan, tapi dasarnya Usron yang lebay pun tetap meringis."Biasa aja deh. Gak sampai bikin lo geger otak kali.""Ya memang enggak," ledek Usron tertawa.Stecy mendengkus kesal, "pulang gih sana!""Lo ngusir gue, Cy?""Iya, memang kenapa? Sakit hati?""Dikit." bukannya pulang Usron malah merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada disitu.Sontak hal itu membuat Stecy kesal setengah mati. Saat Stecy hendak membuka mulutnya ingin memprotes, dengan cepat Usron mencegahnya."Daripada lu ngomel-ngomel terus, mendingan l
Galuh berkali-kali mengucap syukur pada sang kuasa yang sudah mempertemukannya dengan Stecy yang sejak semalam sudah sah menjadi istrinya.Begitupun dengan Stecy yang juga tiada hentinya mengucap syukur. Siapa yang menyangka jika awal pertemuannya dengan Galuh menimbulkan benih-benih cinta."Benar ya kata orang-orang," ucap Stecy tiba-tiba."Apa?" tanya Galuh bingung."Jangan terlalu membenci karena benci dan cinta itu beda tipis. Iya, kan?"Cup.Terkejut, satu kata yang dapat mendefinisikan ekspresi wajah Stecy saat ini ketika dengan sangat tiba-tibanya Galuh mencium bibirnya sekilas.Stecy menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya karena aksi spontan Galuh tadi."Malu?" goda Galuh."Huum." sahut Stecy dengan manja."Ya ampun sayang, kok kamu masih malu aja sih? Padahal tadi malam kita sudah—""Stop!" pinta Stecy dengan gerakan spontan membungkam mulut G
Beberapa bulan kemudian...."Yang ini aja.""Eh, bagusan yang ini.""Yang mana?""Yang ini.""Ah, kurang bagus. Lebih bagus lagi pilihanku.""Enak aja, bagusan pilihanku juga dari kamu.""Dih!" cibir Fayla terlihat kesal pada Usron yang tak pernah mau kalah berdebat.Sementara Stecy dan Galuh saling pandang, geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua orang itu yang kalau setiap ketemu pasti berdebat.Entah itu hal kecil pasti selalu mereka perdebatkan. Ya, contohnya saja seperti ini. Fayla dan Usron yang heboh saat ikut memilihkan gaun pengantin untuk Stecy yang sebentar lagi akan menikah dan sang pujaan hati, Galuh."Apa aku bilang? Seharusnya mereka berdua tidak usah diajak saja tadi." keluh Galuh mengomeli Stecy yang tadi ngotot ingin sepupu dan mantan istri Galuh untuk ikut.Stecy meringis mendengarnya, kalau ia tahu seperti ini jadinya ya kemungkinan Stecy tidak akan mengajak keduanya. 
"Untuk apa Mbak Fayla datang kesini, Mas?" tanya Stecy penuh selidik."Untuk...." Galuh menatap sang anak yang kini sibuk dengan ponselnya sendiri. "Meminta maaf.""Meminta maaf?" ulang Stecy cukup terkejut."Ya, minta maaf untuk semua kesalahan yang pernah dibuatnya.""Tapi, bukannya Mbak Fayla sudah pernah minta maaf ke Mas ya?"Galuh mengangguk, "tapi yang ini adalah sebuah permintaan maaf yang tulus. Sementara yang waktu itu enggak.""Oh ya, kamu tahu darimana yang kemarin itu gak tulus dan yang ini tulus?""Ya tahulah," tukas Galuh tersenyum. "Awalnya sih aku sempat ragu, tapi ya aku pikir apa salahnya juga untuk memaafkan. Soal tulus apa enggaknya ya terserahlah."Stecy mengangguk setuju, "lagian apa salahnya juga berdamai dengan masa lalu, kan?""Berdamai loh ya, bukan balikan." ucap Galuh. Stecy melotot mendengarnya."Oh, jadi memang ada niatan mau balikan gitu?""Engga
Stecy mengucapkan terima kasih pada Fayla yang telah membantunya berbelanja. Keduanya pun berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.Satu hal yang tidak Stecy ketahui adalah sebuah mobil berwarna hitam membuntuti mobilnya hingga sampai ke rumah Galuh.Seseorang di dalam mobil hitam itu terus memperhatikan rumah Galuh. Rumah yang dulu juga ia tempati saat masih berstatus sebagai istri sah Galuh.Ada perasaan tak rela di hati Fayla yang kini merasa menyesal. Sangat-sangat menyesal. Ia sangat menyayangkan perbuatannya sendiri yang sudah sangat tega berselingkuh dibelakang Galuh.Galuh sendiri menurut Fayla adalah pria yang baik, pengertian, lembut, penyayang, setia, dan romantis. Meskipun dari luar penampilannya terlihat angkuh dan dingin. Tapi bila di dekat orang yang di sayanginya maka sikap Galuh berubah seratus persen. Ia bersikap cuek dan angkuh hanya sebagai topengnya saja agar terlihat kuat dan seakan tak ada masalah di depan