Stecy tak percaya jika gadis kecil itu kembali berulah. Terniat banget Miyara ingin menyusahkannya, lihatlah pagi-pagi sekali Miyara sudah heboh sendiri merengek-rengek pada Galuh untuk membelikannya sebuah sepeda dan juga sepeda motor.
Saat ditanya Galuh untuk apa, dengan entengnya Miyara menjawab untuk Stecy belajar. Sontak saja Stecy yang mendengar itu jadi kaget, tak menyangka bahwa Miyara akhirnya benar-benar meminta itu.
"Iya, akan Papa belikan. Tapi belinya bertahap ya sayang," kata Galuh mencolek hidung mungil Miyara.
"Iya kapan belinya Pa?"
"Nanti sayang."
"Nantinya itu kapan Pa? Pagi, siang sore atau malam?" tanya Miyara menuntut kepastian.
"Astaga, putriku!" pekik Galuh terkekeh. "Pokoknya nanti akan Papa belikan. Sayang, memangnya kamu gak percaya sama Papa ya?"
"Bukan gitu Papa, Miyara cuma mau kepastiannya aja. Soalnya Miyara udah gak sabar untuk di antar jemput sama Kak Stecy selama disini." Miya
Galuh menggelengkan kepalanya kuat, ia merasa tak terima dengan ucapan Stecy barusan."Nggak Stecy, saya gak mau kamu berhenti bekerja hanya karena masalah ini." ucap Galuh."Dengar, saya akan membujuk Miyara." katanya berbisik di telinga Stecy yang menggeleng."Bapak gak perlu ngelakuin itu, karena ini memang sudah pilihan saya.""Dan kamu pikir saya akan langsung menyetujuinya gitu? Enggak Stecy, saya gak izinin kamu untuk berhenti bekerja.""Kenapa?" tanya Stecy kaget dengan Galuh yang bersikeras menolak keputusannya yang ingin berhenti bekerja.Galuh pun terdiam, merasa dirinya tersudut dengan ucapannya sendiri. Stecy yang penasaran pun kembali bertanya."Apa alasan Bapak sampai segitunya ingin mempertahankan saya tetap bekerja disini? Padahal kan ini sudah keputusan saya sendiri.""I-iya gak ada alasan. Saya hanya tidak ingin kamu berhenti bekerja saja." ucap Galuh terbata. Terlalu
Beberapa hari kemudian....Kondisi kesehatan mama Galuh sudah lumayan membaik, dan beliau juga sudah di perbolehkan pulang. Baik Galuh maupun Miyara tentu saja senang mendengar ini.Hubungan antara Stecy dan Miyara juga sudah lebih dekat dari yang biasanya seiring berjalannya waktu kebersamaan mereka berdua.Seperti siang ini, selepas pulang sekolah Miyara minta untuk dibuatkan makanan yang berkuah pada Stecy. Dan dengan senang hati Stecy menurutinya.Baginya, asalkan Miyara tak berulah menjahilinya maka ia akan merasa nyaman dan tenang."Sayang! Ini makan siangnya udah siap." ucap Stecy sedikit menjerit memanggil Miyara dengan sebutan sayang.Stecy tentu sudah tak canggung lagi memanggil anak Galuh dengan sebutan itu sedari awal mereka bertemu. Awalnya dulu Miyara sempat marah saat Stecy memanggilnya sayang, tapi sekarang tidak.Beberapa menit berlalu dan Miyara belum juga muncul ke ruang makan. Stecy yang gel
Dua minggu sudah berlalu dan kini waktunya bagi Miyara untuk kembali ke pelukan sang mama. Fayla pagi-pagi sekali sudah datang ke rumah Galuh, dengan tujuan untuk mengambil Miyara.Stecy yang saat itu belum datang pun tentu tidak tahu jika Miyara sudah diambil kembali oleh sang ibu. Jadi begitu ia baru sampai terkejut tak mendapati sosok Miyara dimana pun."Cari apa?" tanya Galuh penasaran."Ada yang hilang Pak.""Hah? Apa?!" Galuh mendelik kaget mendengarnya. "Apa yang hilang memangnya?""Miyara Pak," sahut Stecy dengan mata berkaca-kaca."Miyara?""Iya Pak, Miyara hilang. Ya ampun! Kok Bapak gitu doang sih reaksinya?""Ya karena Miyara gak hilang." kekeh Galuh merasa geli mendengarnya."Maksudnya?" Stecy terlihat bingung."Miyara gak hilang Stecy, kerena dia sudah dijemput oleh mamanya.""Benarkah?" Galuh mengangguk. "Tapi, kenapa sepagi ini menjemputnya?"
Saat siang hari Stecy dikejutkan dengan kedatangan Miyara dan mantan istrinya Galuh."Dia terus merengek meminta untuk kesini." ucap Fayla memberitahu sebelum sempat Stecy bertanya."Oh, iya Mbak....""Fayla. Nama saya Fayla.""Ah iya, Mbak Fayla." cengir Stecy merasa malu karena lupa dengan nama mantan istri Galuh ini.Miyara mendekati Stecy yang saat itu juga langsung memeluknya. "Bagaimana sekolah hari ini, anak manis?" tanya Stecy membelai lembut dagu Miyara."Bagus," sahut Miyara singkat yang kemudian merengek pada Stecy. "Aku lapar.""Oh, ya ampun! Ternyata gadis kecilku ini lapar ya?" Miyara mengangguk dengan manja."Mau Kak buatin sup ayam?""Mau, mau, mau!" Miyara berseru riang dengan mata berbinar bahagia."Oke, kalau gitu kita masuk dulu yuk!" ajak Stecy.Miyara sudah melangkah lebih dulu masuk ke dalam rumah. Sedangkan Stecy masih diluar, menatap ramah pada Fa
Sedari tadi bel pintu rumah Galuh terus berbunyi, tergopoh-gopoh Stecy melangkah demi membukakan pintu untuk sang tamu."Selamat siang, Mbak." sapa seorang pria yang terlihat tampan dan muda."Siang, cari siapa ya Mas?""Apa benar ini rumahnya Bapak Galuh?""Iya benar," Stecy mengangguk. "Ada apa ya, Mas?""Perkenalkan, saya Hamzah Mbak." pria yang bernama Hamzah itu mengulurkan tangan kanannya pada Stecy yang langsung menyambutnya."Saya Stecy, Mas.""Oh, jadi Mbak yang bernama Stecy?""Iya benar," Stecy mengangguk dan tersenyum ramah."Jadi begini Mbak, saya kesini atas perintah dari Pak Galuh." ucap Hamzah menjelaskan."Perintah apa ya?""Loh, apa Pak Galuh gak ada bilang apa-apa sama Mbak?"Gak ada. Gak ada bilang apa-apa tuh Pak Galuh sama saya." sahut Stecy apa adany
Galuh merasakan perasaan aneh pada dirinya setiap kali melihat kebersamaan Stecy dan Hamzah.Ini kali kedua ia merasa tak suka dan tak nyaman dengan kedekatan antara kedua orang tersebut. Padahal Galuh sendiri yang meminta bantuan Hamzah untuk membantu Stecy dalam belajar mengendarai kendaraan. Tapi, kenapa sekarang ia malah merasa panas dan marah."Kenapa sampai malam belajarnya?" tanya Galuh ketus. Sengaja ia begitu untuk meluapkan kekesalannya."Ini sudah yang kedua kalinya loh sampai malam gini. Saya sampai kelaparan jadinya karena Stecy belum membuatkan makan malam untuk saya."Hamzah yang mendengar itu pun merasa tak enak hati pada Galuh. Ia lekas meminta maaf dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi dilain hari. Cukup dua hari ini aja dia mengajari Stecy sampai malam hari.Galuh tak menjawab permintaan maaf Hamzah, dan malah menyuruh Stecy agar segera membuatkan makan malam untukn
Stecy tak habis pikir dengan jalan pikiran Galuh. Bagaimana bisa ia menyuruh Hamzah pulang dan dengan belagunya bilang bahwa dirinya yang akan mengajarkan Stecy belajar mengendarai kendaraan saat hari libur."Biar saya saja."Tiga kata Galuh tadi masih terngiang-ngiang di kepala Stecy yang masih tak percaya mendengarnya.Apa coba maksudnya Galuh bicara seperti itu? Bukankah Hamzah dia bayar? Lalu kenapa ia harus merepotkan dirinya sendiri begini?"Kenapa?" tanya Galuh pada Stecy yang sedari tadi hanya diam."Galau karena gak diajarin sama Hamzah ya?" goda Galuh dengan sengaja.Sontak saja Stecy melotot kaget mendengarnya, lantas ia pun menggelengkan kepalanya."Saya cuma gak habis pikir aja, kenapa Bapak sampai harus merepotkan diri sendiri untuk mengajari saya belajar mengendarai kendaraan? Padahal kan Mas Hamzah Bapak bayar untuk hal ini." ucap Stecy mem
Stecy mendengkus kesal, Galuh benar-benar kembali berubah ke sikapnya seperti semula. Lihatlah, bahkan pagi ini tak ada sapaan untuknya.Sampai pigi kerja pun Galuh tak ada mengatakan sepatah kata pun. Misalnya entah ingin di masakan apa untuk menu makan malam."Huffhh, pria menyebalkan!" umpat Stecy membanting sapu yang tengah di pegangnya.Persetan!Ia terlampau kesal pada Galuh. Rasanya sungguh menyedihkan hanya karena tak mendapat perhatian Galuh.Begitu inginnya Stecy diperhatikan lagi oleh Galuh walupun itu lewat godaan dan kejahilannya. Stecy tak apa, ia tak masalah."Huhu, aku rindu perhatiannya." ucap Stecy terisak.Dadanya terasa sesak bila kembali mengingat sikap cuek Galuh. Ia merasa sangat menyesali ucapannya waktu itu, ia terpaksa berbohong karena tak ingin membuat Galuh merasa bangga.Namun pada akhirnya Stecy mengaku kalah, ia menyerah pada kerinduan dan perhatian
Ekstra part 5.Stecy menatap tak percaya pada Usron yang memintanya untuk berhenti mengurusi dirinya dan Fayla."Kenapa?" tanya Stecy sedikit kecewa. "Apa lo gak percaya sama gue?" "Bukan begitu, Cy." elak Usron tersenyum. "Kenapa bisa gue gak percaya sama lo? Tentu aja gue percaya dong, hanya saja gue rasa sudah cukup sampai disini Cy.""Ya, sudah cukup sampai disini." sambung Usron mantap."Ya, tapi kenapa? Kenapa lo tiba-tiba gini minta gue untuk berhenti berusaha dalam menyatukan kalian berdua? Hmm, kenapa Us?""Karena gue gak mau ngerepotin lu lagi." ujar Usron sendu. "Gue sadar ka
Ekstra part 4.Stecy lemas setelah mendengarnya langsung dari Usron tentang Fayla yang secara tidak sengaja menolaknya. Acara makan malam bersama di rumah mereka sudah selesai saat Fayla memutuskan untuk pamit pulang. Stecy curiga dan khawatir saat tak melihat Usron yang tak kembali ke ruang makan. Stecy pun memutuskan untuk menemui sepupunya itu yang ternyata tengah merenung seorang diri di dalam kamarnya. Lebih tepatnya kamar tamu yang sudah beberapa hari ini di tempatinya.Usron menatap sedih Stecy yang melangkah masuk ke dalam kamarnya. "Semuanya sudah berakhir, dia menganggap ku cuma bermain-main. Padahal aku, kan...." Usron tak melanjutkan ucapannya. Stecy mengerti maksud se
Ekstra part 3."Oh, jadi ini orang spesial yang kamu maksud sayang?" "Iya Mas," Stecy mengangguk membenarkan pertanyaan suaminya. Fayla tersipu malu mendengarnya, di anggap spesial oleh keluarga kecil yang manis dan bahagia ini merupakan suatu kebanggaan untuknya. "Mbak, ayo masuk ke dalam." ajak Stecy dengan hangat dan ramah. Fayla mengangguk dan perlahan mereka semua beranjak ke ruang makan. Disana ternyata sudah tersedia berbagai macam makanan enak yang telah di tata rapih di atas meja makan. Galuh dengan sigap dan penuh perhatiannya menarik s
Ekstra part 2."Lo beneran serius mau bantu gue?" tanya Usron memastikan sekali lagi. Usron tampak ragu pada Stecy yang mengatakan ingin membantu dirinya. Usron takut jika sepupunya ini hanya bercanda saja."Memang muka gue terlihat becanda ya?" Stecy menunjuk ke arah wajahnya sendiri."Ya." dengan tampang polos Usron mengakuinya."Sialan!" umpat Stecy kesal. "Gue serius mau bantu lo, Usron.""Alasannya?""Gak ada alasan, ya gue mau ngebantu masalah lo aja." Usron diam, merasa kurang yakin."Oke, jujur gue mau bantu lo karena kalian berdua udah melakukan itu." ucap Stecy menggerakkan jari tangannya membentuk tanda kutip saat mengatakan dua kata itu."Menurut gue ya lo harus bertanggung jawab atas apa yang udah lo lakuin ke Mbak Fa
Ekstra part 1.Stecy semakin merasa khawatir dengan kondisi sepupunya yang semakin lama semakin terlihat memprihatinkan.Dengan kesal Stecy memukul kepala Usron dengan sebuah buku majalah yang tengah dibacanya. Sebenarnya sih bukan pukulan kuat yang menyakitkan, tapi dasarnya Usron yang lebay pun tetap meringis."Biasa aja deh. Gak sampai bikin lo geger otak kali.""Ya memang enggak," ledek Usron tertawa.Stecy mendengkus kesal, "pulang gih sana!""Lo ngusir gue, Cy?""Iya, memang kenapa? Sakit hati?""Dikit." bukannya pulang Usron malah merebahkan tubuhnya di sofa panjang yang ada disitu.Sontak hal itu membuat Stecy kesal setengah mati. Saat Stecy hendak membuka mulutnya ingin memprotes, dengan cepat Usron mencegahnya."Daripada lu ngomel-ngomel terus, mendingan l
Galuh berkali-kali mengucap syukur pada sang kuasa yang sudah mempertemukannya dengan Stecy yang sejak semalam sudah sah menjadi istrinya.Begitupun dengan Stecy yang juga tiada hentinya mengucap syukur. Siapa yang menyangka jika awal pertemuannya dengan Galuh menimbulkan benih-benih cinta."Benar ya kata orang-orang," ucap Stecy tiba-tiba."Apa?" tanya Galuh bingung."Jangan terlalu membenci karena benci dan cinta itu beda tipis. Iya, kan?"Cup.Terkejut, satu kata yang dapat mendefinisikan ekspresi wajah Stecy saat ini ketika dengan sangat tiba-tibanya Galuh mencium bibirnya sekilas.Stecy menutup wajahnya yang memerah dengan kedua tangannya karena aksi spontan Galuh tadi."Malu?" goda Galuh."Huum." sahut Stecy dengan manja."Ya ampun sayang, kok kamu masih malu aja sih? Padahal tadi malam kita sudah—""Stop!" pinta Stecy dengan gerakan spontan membungkam mulut G
Beberapa bulan kemudian...."Yang ini aja.""Eh, bagusan yang ini.""Yang mana?""Yang ini.""Ah, kurang bagus. Lebih bagus lagi pilihanku.""Enak aja, bagusan pilihanku juga dari kamu.""Dih!" cibir Fayla terlihat kesal pada Usron yang tak pernah mau kalah berdebat.Sementara Stecy dan Galuh saling pandang, geleng-geleng kepala melihat tingkah kedua orang itu yang kalau setiap ketemu pasti berdebat.Entah itu hal kecil pasti selalu mereka perdebatkan. Ya, contohnya saja seperti ini. Fayla dan Usron yang heboh saat ikut memilihkan gaun pengantin untuk Stecy yang sebentar lagi akan menikah dan sang pujaan hati, Galuh."Apa aku bilang? Seharusnya mereka berdua tidak usah diajak saja tadi." keluh Galuh mengomeli Stecy yang tadi ngotot ingin sepupu dan mantan istri Galuh untuk ikut.Stecy meringis mendengarnya, kalau ia tahu seperti ini jadinya ya kemungkinan Stecy tidak akan mengajak keduanya. 
"Untuk apa Mbak Fayla datang kesini, Mas?" tanya Stecy penuh selidik."Untuk...." Galuh menatap sang anak yang kini sibuk dengan ponselnya sendiri. "Meminta maaf.""Meminta maaf?" ulang Stecy cukup terkejut."Ya, minta maaf untuk semua kesalahan yang pernah dibuatnya.""Tapi, bukannya Mbak Fayla sudah pernah minta maaf ke Mas ya?"Galuh mengangguk, "tapi yang ini adalah sebuah permintaan maaf yang tulus. Sementara yang waktu itu enggak.""Oh ya, kamu tahu darimana yang kemarin itu gak tulus dan yang ini tulus?""Ya tahulah," tukas Galuh tersenyum. "Awalnya sih aku sempat ragu, tapi ya aku pikir apa salahnya juga untuk memaafkan. Soal tulus apa enggaknya ya terserahlah."Stecy mengangguk setuju, "lagian apa salahnya juga berdamai dengan masa lalu, kan?""Berdamai loh ya, bukan balikan." ucap Galuh. Stecy melotot mendengarnya."Oh, jadi memang ada niatan mau balikan gitu?""Engga
Stecy mengucapkan terima kasih pada Fayla yang telah membantunya berbelanja. Keduanya pun berpisah dan pulang ke rumah masing-masing.Satu hal yang tidak Stecy ketahui adalah sebuah mobil berwarna hitam membuntuti mobilnya hingga sampai ke rumah Galuh.Seseorang di dalam mobil hitam itu terus memperhatikan rumah Galuh. Rumah yang dulu juga ia tempati saat masih berstatus sebagai istri sah Galuh.Ada perasaan tak rela di hati Fayla yang kini merasa menyesal. Sangat-sangat menyesal. Ia sangat menyayangkan perbuatannya sendiri yang sudah sangat tega berselingkuh dibelakang Galuh.Galuh sendiri menurut Fayla adalah pria yang baik, pengertian, lembut, penyayang, setia, dan romantis. Meskipun dari luar penampilannya terlihat angkuh dan dingin. Tapi bila di dekat orang yang di sayanginya maka sikap Galuh berubah seratus persen. Ia bersikap cuek dan angkuh hanya sebagai topengnya saja agar terlihat kuat dan seakan tak ada masalah di depan