Home / Rumah Tangga / Neraka 100 Hari Pernikahan / Bab 97 Aku bukan Seorang Pembunuh

Share

Bab 97 Aku bukan Seorang Pembunuh

Author: Lisandi Noera
last update Huling Na-update: 2023-03-12 21:30:08

"Siapa kamu? Kenapa kamu lempar telur busuk ke aku?" tanya Fiolina dengan geram sambil menghampiri anak laki - laki yang sepertinya masih bersekolah di sekolah menengah pertama itu.

"Suamimu pembunuh! Pasti kamu juga menikmati hasil korupsi dia kan!? Kalian berdua sangat kejam!"

anak itu berteriak dan sekali lagi melempar sebutir telur ke kepala Fiolina.

"Stop! Berhenti lempar telur ke aku!"

Melihat pertengkaran mereka, dua orang petugas keamanan menghampiri mereka.

"Anak kecil, sana pulang! Jangan buat kekacauan di sini!" bentar salah seorang petugas keamanan itu.

"Aku gak akan pulang sebelum aku lihat Julio dan istrinya mati!" anak itu berteriak semakin keras seperti orang kesurupan.

Karena geram, kedua petugas keamanan itu menyeret anak itu menjauh.

"Lepaskan!" anak itu berusaha melepaskan diri dari kedua petugas keamanan yang jauh lebih besar dan kuat darinya.

"AKU ADALAH ANAK DARI PEKERJA YANG MATI KARENA KORUPSI JULIO YOUNG! DENGAR YA FIOLINA, SAMPAI KAPANPUN AKU GAK RE
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 98 Korban Pertama

    PLAK! "Oma gak peduli apa kamu selingkuh atau tidak tapi kenapa kamu biarkan Fiolina mempermalukan kamu di depan semua orang!?" "Maaf Oma." "Maaf? Cuma itu yang bisa kamu katakan?" 18"Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus mzcengundurkan diri?" "Gak perlu mengundurkan diri," Oma menghela nafas lelah. "Karena kamu sudah dipecat. Dewan pemegang saham telah sepakat untuk memberhentikan kamu." "Oma bisa bantu kamu untuk lolos dari hukum. Tapi tekanan dari para dewan sangat besar. Oma ataupun Gani gak bisa bantu pertahankan kamu di sini." "Gak papa Oma. Julio ngerti kok." *****"Harusnya rumahnya sekitar sini. Aku udah tanya asisten Julio tadi. Nomor 17B. Mana ya?" Fiolina celingukan sambil mengendarai mobilnya pelan - pelan. "Coba depan belok kiri," kata Sarahm "Harusnya sih kalau lihat urutan nomornya, 17B sebelah kiri."Fiolina mengikuti saran sahabatnya itu. Ternyata Sarah benar, begitu mereka belok kiri, mereka melihat beberapa karangan bunga yang ternyata sebagian besar d

    Huling Na-update : 2023-03-14
  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 99 Korban Kedua

    "Apa kita akan mengunjungi rumah semua korban? Ada empat kan?" tanya Sarah lagi."Iya. Tapi yang dua lagi besok. Kamu mau ikut lagi gak besok?" "Kalau kamu aja aku mau - mau aja." "Oke. Bentar lagi kita nyampe di rumah kedua." Fiolina mengendarai mobilnya melewati sebuah perkampungan. Sampai pada ujung jalan dia harus memarkir mobilnya karena rumah yang dia tuju ada di dalam gang kecil yang hanya bisa dilalui dengan berjalan kaki. "Permisi, apa Bapak tahu rumah Pak Jefrika Akbar?" Fiolina bertanya pada seorang laki - laki paruh baya yang sedang bersantai di depan rumahnya."Pak Jefri yang meninggal beberapa hari yang lalu?" "Iya benar Pak." "Lurus aja Neng terus sampai pojok. Rumah paling pojok yang cat hijau itu rumah Pak Jefri." "Oke makasih ya Pak." Fiolina menuju rumah yang dimaksud oleh lelaki tadi.Tidak seperti rumah ayah Zein, rumah ini jauh lebih sepi. Hanya ada 3 orang pria yang berbincang - bincang dengan seorang nenek di ruang tamu. Rumah ini juga sangat sederhana

    Huling Na-update : 2023-03-14
  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 100 Korban Ketiga

    "Cheeeers.... ayo di makan. Saya sudah hidangkan semua makanan yang enak - enak malam ini untuk merayakan keberhasilan kita," ucap Veronica dengan penuh semangat. Ada Glins, Danuri dan juga benerapa anggota dewan di sana. Malam ini mereka berkumpul di rumah Veronica untuk merayakan dipecatnya Julio dari posisi direktur utama dan sekaligus diangkatnya Glins sebagai pengganti. "Ini semua berkat kecerdasan Glins. Dia sangat cemerlang," ujar Danuri. "Tentu saja, puteriku memang sangat cerdas," ucap Veronica sesumbar. "Sudahlah. Ini keberhasilan kita semua. Lagipula kalian juga sudah bekerja keras untuk mensukseskan rencana ini. Dan harusnya, kita juga mengundang Fiolina. Dia yang memiliki ide brilian ini dan juga bekerja dengan sangat rapi," Berbeda dengan ibunya, Glins berusaha merendah dan tidak terlihat sombong. "Benar juga. Kenapa dia tidak kita undang?" tanya Danuri. "Aku masih sedikit ragu sama dia," jawab Veronica sambil memainkan gelas wine-nya. "Kenapa?" bukankah dia sudah

    Huling Na-update : 2023-03-14
  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 101 Ustadz Igar Rahman

    "Iya. Kenapa ya? Sepertinya kalian berdua kelihatan heran." "Jadi, Pak Igar Rahman adalah seorang ustadz?" tanya Fiolina. "Iya. Ustadz Igar hidup sebatang kara sejak istri dan kedua anaknya meninggal dalam sebuah kecelakaan bus enam tahun yang lalu. Dulu pembangunan masjid ini sempat berhenti karena kekurangan dana. Lalu Ustadz Igar menjual rumahnya untuk membiayai pembangunan masjid ini. Jadi beliau tinggal di masjid ini." "Kalau beliau adalah seorang ustadz, mengapa beliau menjadi pekerja proyek bangunan Pak?" tanya Fiolina. "Ya, beliau mencari nafkah tentu saja. Kalau sedang tidak ad proyek, rutinitas beliau adalah mengurus masjid ini. Beliau juga yang menjadi imam sholat dan penceramah di sini. Sesekali dia diundang oleh jamaah untuk mengisi kajian dan biasanya jamaah memberinya sejumlah uang sebagai tanda terima kasih. Tapi uang dari jamaah selalu beliau masukkan ke dalam khas masjid," terang lelaki itu. "Nah coba lihat kantin masjid itu," Lelaki itu menunjuk sebuah kantin

    Huling Na-update : 2023-03-14
  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 102 Korban Keempat

    "Yang terakhir jauh gak?" tanya Sarah. "Gak kok, gak sampai 10 km dari sini," jawab Fiolina sambil fokus menyetir. Jalan yang mereka lalui cukup lengang jadi mereka sudah tiba dalam waktu setengah jam. Cukup mudah menemukan rumah yang mereka cari karena alamatnya jelas. Sangat berkebalikan dengan masjid yang mereka kunjungi sebelumnya, rumah yang mereka datangi sangat sepi. Tidak ada tamu yang masih melayat sama sekali. "Kalau Rina di sini cuma buat kamu jadikan babu, mending dia ikut saya aja!" teriak seorang wanita dari dalam rumah. "Lihat ini! Kamu pasti pukulin dia kan sampai lebam - lebam begini?"Fiolina yang hendak mengetuk pintuk jadi mengurungkan niatnya begitu mendengar suara orang bertengkar dari dalam. Dia dan Sarah saling tatap seolah bisa berkomunikasi tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, mereka sama - sama ragu apakah akan bertamu atau tidak. "Ya udah terserah ibuk aja. Saya juga udah kerepotan mengurus Tian, kenapa saya harus ngurus Rina juga? Dia bukan anak s

    Huling Na-update : 2023-03-15
  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 103 Isi Hati Fiolina

    "Halo Rina! Rina umur berapa?" sapa Fiolina kepada anak perempuan itu. "Umur 7 tante," jawab Rina. "Wah udah gede ya. Cantik lagi," ucap Fiolina sambil mengacak rambut Rina. "Ibu di sini tinggal sendirian?" "Gak kok. Kakek Rina masih ada. Kalau jam segini dia sukanya ke mushola depan sana. Udah tua, perbanyak ibadah," jawab Ibu Faris sambil tertawa kecil. "Untungnya kami ada pensiunan. Insya Allah masih cukup untuk membesarkan Rina," lanjutnya. "Rina seneng gak tinggal sama nenek?" Rina mengangguk. "Seneng Nek. Nenek kan gak suka mukul." Jawaban polos gadis kecil itu menyayat hati Fiolina. "Memangnya di sana Rina sering dipukul ya?" Fiolina tidak tahu apakah dia tepat dengan menanyakan hal itu kepada Rina. Itu hanya pertanyaan yang reflek keluar dari mulutnya. Rina mengangguk lagi. "Kalau ayah kerja, ibuk sering pukul Rina. Kalau ayah pulang Ibuk jadi baik.""Rina sabar ya. Rina anak kuat. Di sini Rina pasti di sayang," Fiolina membelai kepal gadis kecil itu sambil menghiburny

    Huling Na-update : 2023-03-15
  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 104 Tuan Ferdian?

    "Bangun Fio! Udah jam 4 nih ayo mandi trus ke resto Ferdian," Sarah menggoyang tubuh Fiolina untuk membangunkannya. "Hm... oke..." ucap Fiolina dengan malas - malasan. Namun karena sadar mereka bisa terlambat karena bisa jadi jalanan sedang macet, Fiolina akhirnya mandi dan bersiap - siap dengan kecepatan kilat. "Iya, aku sama Fio udah di jalan kok ini, bentar ini nyampe," kata Sarah saat Ferdian meneleponnya. Padahal, mereka baru satu menit yang lalu meninggalkan kediaman keluarga Chow. "Oke. Kerjaanku udah beres semua. Aku cuma tinggal nunggu jam shift-ku habis aja ini," terang Ferdian. "Oke. Kami lagi meluncur kok ini. Tunggu ya." Saat mereka tiba di restoran, waktu sudah menunjukkan pukul setengah 6 sore. "Lama banget, katanya tadi udah mau sampai," protes Ferdian. "Ah itu sih Sarah aja yang membual. Orang tadi pas kamu telepon sebenernya kamj baru aja keluar rumah kok," jawab Fiolina. "Udahlah yang penting kan nyampe sebelum jam 6," Sarah membela diri. Ferdian hanya bis

    Huling Na-update : 2023-03-15
  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 105 Tekad yang Batal Terwujud

    "Investigasi tim khusus atas kasus kecelakaan waktu lalu masih belum menunjukkan hasil yang signifikan Pak," lapor Haidar. "Sudahlah, lupakan saja! Saya juga udah kehilangan minat untuk mengungkap kebenarannya," respon Julio. Ya memang, jabatan CEO sudah lepas, Fiolina juga sudah pergi, Julio tidak melihat alasan untuk terus terlibat dengan urusan proyek itu. Biarlah semua orang menganggapnya koruptor, dia tidak peduli*****Beberapa minggu yang lalu. "Kamu harus punya senjata untuk sewaktu - waktu melawan balik Glins," ucap Ferdian. Saat itu mereka masih berada di rumah nenek di desa. "Apa itu perlu? Apa ada kemungkinan Glins jadi beralih memihak Julio?"tanya Fiolina. Ferdian tertawa kecil. "Fiolina, kamu terlalu polos. Perempuan jahat seperti Glins bisa kapan saja berubah menjadi pengkhianat. Entah karena dia beralih mendukung Julio atau sekedar ingin menyingkirkan kamu." "Untuk apa dia ingin menyingkirkan aku kalau aku membantu mewujudkan rencananya," Fiolina masih belum men

    Huling Na-update : 2023-03-15

Pinakabagong kabanata

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 165 Surga 100 Tahun Pernikahan

    2 hari kemudian. "Argh! Kenapa gaunnya begini? Ini... ini sobek!" teriak seorang penata rias yang akan turut mendandani Fiolina untuk upacara pemberkatan hari ini. Fiolina dengan panik menghampiri penata rias itu. Fiolina terperangah melihat gaun pernikahannya yang sudah sobek. "Astaga! Kenapa bisa begini?" keluh Fiolina. Terry berlari menghampiri setelah mendengar kehebohan di kamar Fiolina. "Ada apa?" tanyanya. "Ma, lihat ini gaunku sobek!" "Ya Tuhan! Siapa yang melakukan ini sih?" Nicole menampakkan ekspresi sebal. "Ma, apa yang harus aku lakukan?" rengek Fiolina.Nicole terlihat berpikir sejenak. Dia lalu membongkar lemari Fiolina dan mengeluarkan sebuah kotak. "Ini, pakai ini aja," ucap Terry sambil menyerahkan gaun pernikahan lawas Fiolina dari dalam kotak. Fiolina meragu."Udah gak papa. Ini masih bagus." "Iya aku tahu ini masih bagus. Tapi ini gaun pernikahanku dan Julio dulu. Bagaimana perasaan Ferdian kalau tahu?""Ferdian akan tahu keadaannya. Gaun kamu robek dan

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 164 Permohonan Terry

    TING TONG! Bel pintu rumah Nicole berbunyi. Ibu kandung dari Julio itu jarang menerima tamu. Dia tidaj punya banyak teman terlebih setelah dia menjalani beberapa tahun hidupnya untuk perawatan di rumah sakit jiwa. Keadaannya sekarang tentu jauh lebih baik. Dia sudah ikhlas dan hari - harinya jauh lebih bahagia. Sekarang, dia banyak menghabiskan waktunya untuk menulis puisi sebanyak yang dia mampu. Pagi ini dia juga sedang menulis puisi saat seseorang membunyikan bel pintu rumahnya. Dengan segera dia bangkit dari kursi santainya lalu membuka pintu. "Nicole, apa kabar?" tamu itu menyapa Nicole. "Terry? Ada apa?" Terry melah menangis dan berlutut di hadapan Nicole. "Maaf, maafkan aku... tolong maafkan aku." Nicole bingung dengan sikap Terry yang tiba - tiba. Terry memeluk kakinya seperti anak kecil yang tidak mau ditinggal ibunya. "Terry, cukup, kenapa kamu begini? Ayo masuk, jangan di luar rumah," Nicole membantu Terry berdiri dan mengajaknya masuk ke dalam rumah. Terry duduk

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 163 Pembatalan Pernikahan

    "Fiolina, Fio! Bangun Nak!" Terry membangunkan Fiolina yang saat tengah malam dia dapati tertidur di lantai kamarnya, tersungkur dengan mengenakan gaun pengantin. Fiolina mengerjapkan matanya. Dia terbangun dengan tubuh yang lemas. "Kamu kenapa tidur di sini? Dan kenapa kamu pakai gaun ini? Mama tadinya mau kasih tahu kamu kalau Jovan udah tidur sama Papa kamu di kamar kami. Tapi... kamu..." "Aku gak papa Ma. Aku ketiduran karena kecapekan," Fiolina hendak bangkit berdiri, namun Terry menahannya. "Fio, mata kamu sangat bengkak. Kamu habis menangis?" Fiolina menggeleng. "Jangan bohong. Mama ini ibu kamu. Mama tahu kalau kamu lagi sedih. Kamu habis menangis kan? Kenapa Nak?" Fiolina menggeleng lagi. Tapi kali ini dia tidak mampu menahan air matanya lagi. Sekuat apapun Fiolina, setegar apapun dia, dia tidak pernah bisa menutupi kesedihannya di depan ibunya. Karena baginya ibunya adalah tempat ternyaman untuknya berkeluh kesah. Terry tak banyak bertanya, dia seketika merangkul Fio

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 162 Cinta yang Belum Berpaling

    "Jovan.. hati - hati! Pelan - pelan yang naik tangganya," teriak Fiolina. Jovan hanya mengangkat satu tangannya membentuk tanda 'OK' lalu lanjut menaiki tangga perosotan yang mungkin sudah dua puluh kali dia naiki. Tidak jauh ada area bermain, ada Ferdian yang sedang duduk sambil memegang bola kaki. Dia beristirahat setelah setengah jam penuh bermain bola bersama Jovan.Julio mengawasi dari dalam mobilnya yang berjarak kurang lebih 50 meter dari mereka. Dia merasa hatinya sakit, Jovan adalah anak kandungnya dan sekarang Ferdian bermain dengan bebas bersama anak itu sedangkan dirinya harus sembunyi - sembunyi hanya untuk memandangnya bermain. Dia ingin anaknya. Dia juga ingin istrinya kembali. Tapi egonya terlalu besar untuk menjadi menantu Terry. Julio pulang dengan beban berat di dalam hatinya. Sepulang dari bermain di taman bersama Fiolina dan Ferdian, Jovan dikagetkan dengan rumah Keluarga Chow yang penuh dengan bingkisan. "Wow, apa ini Oma?" tanyanya. "Seseorang mengirim

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 161 Rahasia yang Terungkap

    Fiolina melihat sekeliling playground dan tidak menemukan Sarah dan Jovan. Dia tidak mendengar teriakan Jovan yang memanggilnya sebelum ini. Jadi, dia menelepon Sarah. Sarah menjawab panggilannya. "Halo, Fiolina, hm... ini Jovan lagi sama aku. Kali lagi...." Julio menarik ponsel Sarah dan mengambil alihnya. "Halo Fiolina. Jovan dan Sarah sedang bersama aku. Lihatlah ke arah jam 10." "Julio?" "Ya aku Julio."Fiolina panik. Dia menoleh ke arah jam 10 dan mendapati ada Jovan, Sarah, Julio dan Glins! Dia segera mendatangi mereka sambil memikirkan kebohongan apa yang akan dia ucapkan kepada Julio. "Kalian sedang apa di sini?" ucap Fiolina basa - basi. Tidak tahu harus berkata apa. Jantungnya berdebar. "Jovan, apa dia mama kamu?" tanya Julio kepada Jovan. "Iya. Dia mama," jawab Jovan. Julio menatap tajam ke arah Fiolina. Fiolina berusaha menghindari tatapannya. "Jovan, berapa usia kamu?" "Hm... sebentar. Usiaku empat tahun," jawabnya sambil memperagakan angka lima dengan jari -

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 160 Ayah dan Anak

    "Yang benar?" ucap Julio. Julio pun berlutut agar dia sejajar dengan anak laki - laki yang menabraknya barusan. "Benar juga, kita sangat mirip," ucap Julio. "Oke, aku akui Om memang ganteng. Tapi Om tua dan aku masih kecil," celatuk Jovan. Julio dan Glins tertawa renyah. Julio sengaja mengajak Glins ke mall hari ini untuk membelikannya barang - barang yang Glins mau sebagai ganti kalung yang dia berikan pada Javeline. Tidak disangka seorang anak kecil berlarian dan menabrak Julio dengan keras. "Itu sudah pasti," ucap Julio. "Maksudku, kamu mirip Om waktu Om masih kecil dulu." "Oh begitu rupanya," ujar Jovan. "Tapi, kalau dilihat - lihat pun, sekarang kalian tetap mirip," komentar Glins. "Kalian cocok sebagai ayah dan anak." "Benar juga. Ngomong - ngomong di mana orang tuamu? Kenapa kamu sendirian?" tanya Julio. "Itu dia masalahnya. Aku tersesat. Mama sedang belanja dan menitipkan aku pada tante. Tante ke toilet dan aku pergi dari playground diam - diam karena mengejar kereta

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 159 Tersesat

    Javeline menutup mulutnya, tak percaya dengan apa yang Julio barusan lakukan. Bertahun - tahun dia mencintai Julio. Selama ini cintanya selalu bertepuk sebelah tangan, tapi sekarang Julio menyiapkan hadiah mahal untuknya dan melamarnya di depan semua orang. "Iya, aku mau," jawab Javeline dengan raut penuh kebahagiaan Julio lalu memasangkan kalung itu ke lehernya. Saat Julio berada di balik punggung Javeline, dia menatap Glins yang memberinya tatajam tajam. Julio membentuk ekspresi wajah meminta maaf yang membuat Glins memutar matanya. Javeline melirik ke meja sebelah dan melihat wajah datar Fiolina di sana, dia merasa puas. "Permisi aku mau ke toilet dulu," Fiolina meninggalkan mejanya untuk menuju ke toilet. Dia berdiri di depan kaca besar toilet wanita, tidak tahu harus melakukan apa. Akhirnya dia hanya mencuci tangannya untuk membuang waktu. Dia sangat membenci Julio. Laki - laki itu menceraikannya tanpa memberinya kesempatan untuk memahami situasinya. Setelahnya, Julio ba

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 158 Pertunangan

    DEG! Jantung Fiolina berasa hampir copot. Dia bersyukur Jovan tidak ikut. "Stt! bukankah itu keluarga Young di meja sebelah?" bisik Terry. Sontak Bernard dan juga Ferdian melirik ke meja sebelah. Namun mereka tahu untuk tidak menatap terlalu lama. "Iya benar itu mereka. Berikan sapaan sewajarnya kalau mereka menoleh. Selebihnya kita nikmati saja makan malam kita," ucap Bernard lirih. Julio juga sedikit terkejut saat dia tanpa sengaja melirik ke meja sebelahnya dan melihat ada keluarga chow di sana. Pandangannya tertuju pada Fiolina yang menurutnya semakin cantik. Namun dia mendadak sebal saat melihat siapa yang duduk di samping Fiolina. Julio berusaha untuk mengabaikan. "Itu Fiolina dan keluarganya," bisik Glins kepada Julio. "Ya aku tahu," ucap Julio. Oma mendengar apa yang Glins bisikkan kepada Julio. Dia pun menoleh dan bertemu tatap dengan Bernard. Untuk sopan santun, Oma mengangukkan kepalanya dan tersenyum untuk menyapa mereka. Bernard pun menganggukkan kepalanya da

  • Neraka 100 Hari Pernikahan   Bab 157 Pertemuan Tak Terduga

    Hari Jumat yang dinantikan Jovan pun tiba. Mulai pagi, dia bangun dengan penuh semangat membayangkan keseruan di camp memasak yang akan dia ikuti. "Ingat semua pesan Mama ya, selalu bilang ke pengawas kalau merasa sakit, lapar atau apapun yang butuh bantuan. Jangan sungkan, anggap mereka pengganti Mama oke? Dan jangan menganggu anak lain. Sebaliknya, adukan ke pangawas kalau ada yang mengganggumu," Fiolina mengulang- ulang wejangannya kepada Jovan. "Iya Ma. Aku sudah hafal itu. Jangan khawatir." "Nah, ini dia kita sampai," Fiolina menghentikan mobilnya. "Aku turun sekarang." "Hati - hati sayang ya, kiss me," Fiolina menyodorkan pipinya ke wajah Jovan. "Muach," Jovan mengecupnya lalu turun dan melambaikan tangan. Fiolina meninggalkannya dengan perasaan campur aduk. Dia senang Jovan berani, tapi dia juga sedikit patah hati karena harus menahan rindu selama 7 hari. Dia belum pernah berpisah dengan Jovan selama itu. "Jovan gak nangis?" tanya Terry begitu Fiolina tiba lagi di apart

DMCA.com Protection Status