Share

Bab 59

Author: Dee
last update Last Updated: 2025-02-23 21:38:58

Setelah makan malam, Laila bersiap kembali ke rumah Aminah untuk mengambil perlengkapan mereka. Saat ia hendak masuk ke taksi online yang sudah menunggu di depan rumah Gio, Rossa tiba-tiba melihatnya dan segera menghampiri.

"Loh, Kak Laila mau ke mana?" tanya Rossa, menghentikan langkah Laila.

"Kakak mau pulang sebentar. Mau ambil baju Ibu dan perlengkapan Naya."

"Udah, gak usah. Semua perlengkapan Naya dan baju ganti udah aku siapin. Kakak gak perlu repot-repot pulang."

"Tapi ..."

Belum sempat Laila melanjutkan ucapannya, Rossa sudah mendorongnya pelan untuk kembali masuk ke dalam rumah.

"Maaf, ya, Pak, cancel. Ini untuk Bapak," ujar Rossa sambil menyerahkan selembar uang merah kepada sopir taksi, lalu menunduk meminta maaf sebelum kembali menutup pintu gerbang.

Saat itu, Gio keluar dari dalam rumah dan melihat keduanya. "Ada apa?"

"Kak Laila mau pulang, tapi gak jadi," jawab Rossa dengan santai. "Ya udah, kalau gitu Rossa pamit dulu, ya, Kak."

"Kamu mau langsung ke Bandung?" tanya G
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 60

    Laila...” Suara Gio terdengar lirih, namun cukup jelas dalam keheningan yang menegangkan.“Mas Gio...” Rossa menyentuh pundak pria itu, membuatnya tersentak. Bukan Laila yang memanggilnya, melainkan Rossa. Gadis itu tak menyangka Gio akan terbawa emosi dan menghabisi pria itu begitu cepat.Gio berbalik menatap Rossa, matanya masih menyimpan bara kemarahan yang belum padam.“Singkirkan mereka semua. Kirim mayatnya ke bis mereka,” perintahnya dengan napas berat kepada Jhon, sebelum berjalan melewatinya. Rossa menatap punggung Gio yang perlahan menjauh, lalu mengikuti di belakangnya.Di ruang tengah bangunan itu, Rossa duduk di sofa, sementara Gio berdiri di depan jendela, menatap rintik hujan yang membasahi kaca. Keheningan menyelimuti ruangan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.“Mas...,” panggil Rossa pelan.Gio menoleh, dan saat tatapan mereka bertemu, Rossa berdiri, melangkah mendekat, lalu memeluknya erat. Tubuh pria itu bergetar, sebelum akhirnya ia membiarkan air ma

    Last Updated : 2025-02-24
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 1

    Suara pintu yang membentur tembok menimbulkan getar. Laila yang baru terlelap beberapa menit langsung terperanjat. Ia melihat jam di dinding, jarumnya masih menunjukkan pukul 22.15. Laila langsung bangkit dan menuju ke luar saat namanya dipanggil beberapa kali.“Laila!” pekik laki-laki itu.Laila berjalan tergopoh-gopoh ke sumber suara. Ia mencium bau menyengat dari tubuh laki-laki itu, “Mas, kamu mabuk”Laki-laki yang masih berdiri sempoyongan di depan meja makan itu mendorong tubuh Laila hingga membentur sudut lemari. Wanita itu sedikit meringis saat bahunya terbentur lemari. “Aku lapar, siapkan makanan!” titah Bimo, suami Laila.Laila masih bergeming di tempatnya.“Hei! Kamu denger gak, sih, aku bilang siapkan makan! Aku lapar!” teriak Bimo.“Tidak ada lauk dan nasi, Mas,” jawab Laila.Bimo menendang kursi yang ada di hadapannya, “Kamu gak tinggali aku nasi dan lauk?”Laki-laki yang dipengaruhi alkohol itu mendekati Laila dan mencengkeram wajah istrinya dengan kasar.“Kamu mau aku

    Last Updated : 2024-05-31
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 2

    “Dasar wanita kurang aja!” Bimo menjambak rambut Laila dengan beringas. Tatapannya seperti pedang yang siap menghunus lawan. “Sudah berani melawan kau sekarang, ya!” ujar Bimo.Kepala Laila mendongak akibat jambakan suaminya. Anak yang tadi dalam pelukannya, menangis kencang melihat pertikaian keduanya. Gunting yang tadi ia lihat, sudah ia sembunyikan di balik bantal yang berada disampingnya. Laila merogoh bawah bantal, mengambil benda tajam itu. Saat laki-laki dihadapannya hendak memukul, Laila mengayunkan gunting itu ke arah tangannya.Bimo menejerit, lengannya tergores. “Dasar jal*ang!” umpat Bimo.Laila berlari keluar kamar menuju dapur. Di sana terdapat ruangan kosong yang digunakan untuk menyimpan barang tidak terpakai dan pakaian kering setelah di jemur. Laila masuk ke sana dan mengunci dari dalam. Ruangan itu gelap, hanya ada penerangan dari cela fentilasi. Ia bersembunyi di balik lemari plastik dekat jendela. Ia juga mendekap mulut sang putri agar suara tangis bocah itu tid

    Last Updated : 2024-06-03
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 3

    Sampai di depan bangunan sederhana itu, Laila masuk dan menuju kamar. Tidak memedulikan sang mertua yang masih berada di belakangnya. Tiba di kamar, ia melihat Bimo terbaring di tempat tidur dengan santai sambil bermain ponsel. Laila kaget melihat kepala laki-laki itu diperban, tetapi ia tidak peduli. Wanita yang mengenakan dress sebatas lutut itu membuka lemari pakaian dan menuju kamar mandi. Bimo melirik sekilas ke arah Laila, lalu berkata, “Punya nyali juga kamu pulang ke rumah ini?!” Laila hanya diam tidak menanggapi ucapan suaminya. “Untung tidak aku bakar rumah ini,” ujar Bimo santai. Laila menghentikan langkahnya dan menatap Bimo dengan tajam. “Kamu tidak ada hak atas rumah ini, Mas!” jawab Laila sengit. “Kata siapa? Kau istriku, jadi aku berhak atas rumah ini juga!” Bimo bangun dari tempat tidur dan duduk di tepinya, “jangan macam-macam kepadaku. Ingat, kau masih istri sahku!” lanjut Bimo. “Sebentar lagi akan menjadi mantan!” ucap Laila sambil menekankan kata mantan.

    Last Updated : 2024-06-03
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 4

    Di dapur, Laila menuangkan air ke dalam gelas yang berada di hadapannya. Ia meneguk air tersebut hingga tandas. Wanita dengan mata bulat itu menghela napas, menyenderkan tubuh pada kulkas. Ia menatap lurus dengan pandangan kosong. Hatinya bergemuruh, marah, sedih, kesal jadi satu. Tuhan sedang bermain-main dengan kehidupanku. Aku tidak boleh lemah, aku harus bangkit dan menunjukkan kepada Mas Bimo dan keluarganya bahwa mereka tidak bisa semena-mena padaku. Aku bukan budak yang harus memenuhi hasrat dan kebutuhannya. Aku wanita biasa yang juga butuh kasih sayang dan perhatian. Batin Laila. Tanpa sadar air mata mengalir di pipi mulus Laila. Ia menghapus air mata dan kembali menghela napas. Laila beranjak dari tempatnya menuju kamar Naya. Jam telah menunjukkan pukul 22.00, perlahan Laila membuka pintu kamar. Di sana, sang putri sudah tertidur pulas sambil memeluk boneka beruang. Laila duduk perlahan di samping Naya, dibelainya rambut gadis kecil itu. Derai air mata semakin mengalir der

    Last Updated : 2024-06-03
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 5

    Ratna keluar dengan muka ditekuk. “Bisa-bisanya mereka bergibah di depanku,” gerutu Ratna sambil menuruni anak tangga yang berada di teras rumah mewah tersebut. Wanita yang mengenakan sepatu berhak 5 centi itu berjalan sambil mengentakkan kakinya, tanpa ia sadar anak tangga yang ia lalui terdapat kulit pisang dan mengakibatkan ia terpeleset hingga terduduk. Ratna menggeram, melihat kiri dan kanan, malu jika sampai teman-temannya melihat, bergegas ia masuk ke mobil yang sejak tadi menunggunya. Tanpa disadari Ratna, beberapa temanya mengintip dari jendela dan tertawa melihat ia terjatuh. Bimo yang menunggu di mobil terkekeh melihat ibunya jatuh. Ia langsung pura-pura memainkan ponsel saat Ratna membuka pintu dan membantingnya dengan keras. Bimo tersentak. “Kenapa Mama terlihat kesal?” tanya Bimo. “Mama gak mau Laila berjualan di stasiun lagi. Mulai besok dia gak boleh lagi berada di sana. Mama malu!” oceh Ratna. “Ada apa, Ma?” “Istri kamu itu bikin Mama malu, semua teman Mama tahu

    Last Updated : 2024-06-03
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 6

    “Cepat keluar!” Seorang pria berbadan kekar memukul kaca mobil, “jangan kabur kamu! Cepat bayar hutangmu, enak aja abis ngutang gak mau bayar!”Bimo keluar dengan pasrah, hari ini sudah ada beberapa orang yang datang menagih hutang, tidak menutup kemungkinan kalau besok akan ada orang yang datang lagi. Bimo harus mencari cara agar terlepas dari kejaran para preman itu. Namun saat ini ia berada di posisi sulit, meminta kepada orang tuanya sama saja dengan bu*nuh diri. Kedua orang tua Bimo, terutama Ratna, tidak akan percaya jika sang anak terlilit banyak hutang, terlebih selama ini Bimo dikenal anak yang santun dan pekerja keras. Mustahil bagi mereka jika Bimo jatuh dalam lembah hitam.“Bang, kasih saya waktu satu minggu, pasti saya lunasi hutangnya,” pinta Bimo.“Halah, dari kemarin juga janjinya satu minggu , ini sudah satu bulan. Cepat bayar atau aku sita mobil ini!”“Jangan, Bang. Saya janji kali ini benar-benar akan saya lunasi.”Laila yang masih merutuki dan mengumpat perbuatan

    Last Updated : 2024-06-22
  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 7

    Sebelum Ratna berbuat kasar, Laila langsung berdiri dan berlari menuju kamar Naya sambil menjulurkan lidah ke arah mertuanya. Dari balik pintu, ia tertawa geli melihat ekspresi Ratna yang kesal karena diledeknya. “Ini baru awal, Ma. Aku bukan Laila yang dulu, yang hanya diam saja saat kau hina.” Laila bermonolog. “Bunda, kenapa?” tanya Naya melihat sang bunda tertawa sendiri. Laila hanya menggeleng lalu berjalan mendekati Naya, duduk di sebelah sang putri yang sedang mewarnai. Di luar, Ratna mengumpat perbuatan menantunya itu. Mendengar teriakan Ratna, Bimo yang tengah tertidur di kamarnya, keluar sambil berjalan malas. “Ada apa, sih, berisik sekali!” bentaknya. Wanita yang dari tadi berdiri di depan meja makan, menoleh ke sumber suara. Mendapati anak laki-lakinya keluar kamar. Ia berjalan mendekat dan menjewer telinga Bimo. Menumpahkan kekesalan atas tindakan Laila kepada Bimo. Laki-laki dengan celana pendek itu menjerit. Matanya terbelalak menyadari bahwa sang ibu y

    Last Updated : 2024-06-23

Latest chapter

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 60

    Laila...” Suara Gio terdengar lirih, namun cukup jelas dalam keheningan yang menegangkan.“Mas Gio...” Rossa menyentuh pundak pria itu, membuatnya tersentak. Bukan Laila yang memanggilnya, melainkan Rossa. Gadis itu tak menyangka Gio akan terbawa emosi dan menghabisi pria itu begitu cepat.Gio berbalik menatap Rossa, matanya masih menyimpan bara kemarahan yang belum padam.“Singkirkan mereka semua. Kirim mayatnya ke bis mereka,” perintahnya dengan napas berat kepada Jhon, sebelum berjalan melewatinya. Rossa menatap punggung Gio yang perlahan menjauh, lalu mengikuti di belakangnya.Di ruang tengah bangunan itu, Rossa duduk di sofa, sementara Gio berdiri di depan jendela, menatap rintik hujan yang membasahi kaca. Keheningan menyelimuti ruangan, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.“Mas...,” panggil Rossa pelan.Gio menoleh, dan saat tatapan mereka bertemu, Rossa berdiri, melangkah mendekat, lalu memeluknya erat. Tubuh pria itu bergetar, sebelum akhirnya ia membiarkan air ma

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 59

    Setelah makan malam, Laila bersiap kembali ke rumah Aminah untuk mengambil perlengkapan mereka. Saat ia hendak masuk ke taksi online yang sudah menunggu di depan rumah Gio, Rossa tiba-tiba melihatnya dan segera menghampiri."Loh, Kak Laila mau ke mana?" tanya Rossa, menghentikan langkah Laila."Kakak mau pulang sebentar. Mau ambil baju Ibu dan perlengkapan Naya.""Udah, gak usah. Semua perlengkapan Naya dan baju ganti udah aku siapin. Kakak gak perlu repot-repot pulang.""Tapi ..."Belum sempat Laila melanjutkan ucapannya, Rossa sudah mendorongnya pelan untuk kembali masuk ke dalam rumah."Maaf, ya, Pak, cancel. Ini untuk Bapak," ujar Rossa sambil menyerahkan selembar uang merah kepada sopir taksi, lalu menunduk meminta maaf sebelum kembali menutup pintu gerbang.Saat itu, Gio keluar dari dalam rumah dan melihat keduanya. "Ada apa?""Kak Laila mau pulang, tapi gak jadi," jawab Rossa dengan santai. "Ya udah, kalau gitu Rossa pamit dulu, ya, Kak.""Kamu mau langsung ke Bandung?" tanya G

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 58

    "Mau apa lagi Bimo menghubungi?" tanya Gio dengan tatapan tajam.Laila menggigit bibir, jemarinya menggenggam erat ponsel yang baru saja diambil dari tangan Gio. "Aku gak tahu, Mas," jawabnya dengan nada sedikit bergetar. "Gak usah diangkat. Aku tahu dia hanya ingin mengusik kebahagiaanku. Aku sudah tenang saat ini, bersamamu. Aku gak mau dia mengganggu kehidupanku atau pun Naya."Tanpa ragu, Laila menekan tombol matikan panggilan, lalu meletakkan ponsel itu di meja.Gio hanya diam, memperhatikan tindakannya tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tahu Laila punya masa lalu yang sulit, tapi hatinya tetap terusik.Tiba-tiba, suara ceria Naya memecah ketegangan di antara mereka. "Bunda, Om Gio mau ajak Naya jalan-jalan ke luar negeri!" serunya penuh antusias.Laila menoleh dengan ekspresi bingung. "Ke luar negeri?"Gio menatapnya dalam-dalam sebelum berkata, "Ayo, menikah."Laila membelalakkan mata. "Mas...?""Lusa, aku harus ke Itali. Ada pekerjaan mendesak di sana. Sebelum pergi, aku

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 57

    "Horreee…," teriak Naya girang sambil melompat-lompat di atas kasur. "Naya, hati-hati," tegur Laila yang baru saja berbalik menuju pintu. Namun, peringatan itu terlambat. Dalam loncatan terakhirnya, kaki kecil Naya terpeleset dari ujung kasur. Tubuhnya hampir terjatuh ke lantai, tetapi sebelum hal itu terjadi, Gio dengan cepat menangkapnya. "Om Gio!" pekik Naya kaget, matanya membulat. Gio menarik napas lega, mendekap Naya erat dalam pelukannya. "Kamu harus lebih hati-hati, Sayang," ucap Gio lembut sambil mengusap punggung gadis kecil itu. Laila, yang hampir saja panik, segera menghampiri mereka dan menghela napas lega. "Mas, Naya bisa jatuh tadi," ujar Laila dengan nada sedikit khawatir. Gio tersenyum tipis. "Iya, tapi untung Om Gio ada di sini buat menangkap Naya, 'kan?" ujar Gio sambil mecubit manjah hidung Naya.Naya menunduk dengan wajah menyesal. "Maaf, Bunda … Om Gio …." Laila mengusap kepala putrinya. "Gak apa-apa, Sayang. Tapi jangan lompat-lompat lagi, ya?" N

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 56

    "Bimo? Sedang apa kau di sini?" ujar Gio.Dengan wajah mengibah, Bimo berlutut di samping Gio sambil memegang tangan pria itu. "Aku mohon kembalina Laila dan Naya kepadaku."Melihat tindakan mantan suami Laila itu, Gio yang sedang berbaring langsung duduk dan menarik tangannya dari Bimo. "Apa yang kau lakukan?"Bimo berdiri sambil menangis dan memohon pada Gio untuk bisa bersama dengan Laila dan Naya lagi. Namun, Gio tidak bereaksi."Kenapa aku harus mengembalikan mereka padamu?" tanya Gio dengan tatapan sengit."Aku gak bisa hidup tanpa mereka berdua, tolong kembalikan mereka padaku. Kau bisa mendapatkan wanita yang lebih baik dari Laila.""Untuk apa aku melakukannya, Laila sudah lebih dari cukup untukku. Aku tidak perlu mencari orang lain.""Dia milikku!" ujar Bimo dengan suara yang sedikit meninggi."Lalu, kenapa kau menyia-nyiakannya?""Aku gak pernah ngelakuin itu," elak Bimo."Kau sudah menjadi masa lalunya. Biarkan dia hidup bahagian sekarang. Kau sudah memiliki keluarga baru.

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 55

    Gio terbangun dengan napas memburu. Mimpi buruk itu datang lagi—kenangan pahit 15 tahun lalu yang merenggut semua kebahagiannya. Ia masih bisa melihat dengan jelas bagaimana kedua orang tuanya meninggal di depan matanya dalam kecelakaan tragis. Bayangan-bayangan itu terus menghantuinya setiap kali ia terlelap. Selama 15 tahun, Gio tidak pernah bisa melupakan malam mengerikan yang menjadikannya yatim piatu. Keringat membasahi tubuhnya. Pendingin udara di kamar ini seakan tak mampu menyejukkan ketakutan yang masih membelenggunya. Saat ia membuka mata, sosok Laila sudah berdiri di sampingnya. Tatapan penuh kekhawatiran menghiasi wajahnya, sementara tangannya yang lembut mengusap keringat di dahi Gio. "Kamu gak apa-apa, Mas? Ada yang sakit?" tanya Laila dengan nada cemas. Gio hanya diam, menatap wajah orang yang kini menjadi cahaya dalam hidupnya. Bayangan kemesraan kedua orang tuanya kembali berkelebat di pikirannya—bagaimana mereka selalu berusaha melindunginya, bagaimana hidup

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 54

    Istanbul, Turki – 15 Tahun yang Lalu"Akan lebih aman jika kita membawa Gio ke Indonesia. Aku gak mau dia dalam bahaya," ujar Zyan, suaranya tenang tetapi penuh ketegasan. Melinda menatap suaminya dengan cemas. "Tapi, Mas ...."Sebelum Melinda bisa menyelesaikan kalimatnya, Zyan langsung memotong. "Kamu dan Gio akan aman jika bersama kakakmu. Di sini terlalu berbahaya. Aku gak mau terjadi sesuatu pada kalian berdua."Ia berjalan mendekat, kedua tangannya menggenggam pundak Melinda, menatap matanya dalam-dalam. "Kamu yakin, Mas?"Zyan mengangguk tegas. "Aku sudah mengatur semuanya. Tiket pesawat dan rumah di Indonesia sudah aku siapkan. Kakakmu sudah tahu rencana ini, mereka akan menjemput kalian di bandara. Aku sendiri yang akan mengantar kalian ke sana. Setelah semua urusan selesai, aku janji akan menyusul."Melinda menggigit bibirnya, mencoba menahan air mata. "Mas ..., bisakah kau berhenti dari pekerjaan ini? Aku dan Gio membutuhkanmu."Zyan terdiam sejenak, lalu mengusap pipi

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 53

    **Dua Hari Setelah Insiden** Sudah dua hari sejak insiden penembakan itu terjadi. Kondisi Gio semakin membaik, meskipun luka tembak di punggungnya masih terasa nyeri sesekali. Setiap kali rasa sakit itu datang, Laila selalu sigap menenangkannya, memastikan Gio tidak terlalu menderita. Siang itu, suasana di dalam ruang VIP rumah sakit terasa tenang. Ruangan yang luas dan nyaman itu dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Di sisi kanan, Laila duduk di kursi kecil di dekat tempat tidur Gio, dengan cekatan mengupas buah untuknya. Sementara itu, Andara duduk di sofa di sisi kiri ruangan, sibuk dengan ponselnya. Awalnya, Gio terpejam, mencoba beristirahat. Namun, suara getaran ponsel di atas meja kecil di samping tempat tidurnya membuatnya langsung membuka mata. Dengan cepat, ia meraih ponselnya dan menatap layar. Sebuah pesan masuk dari Jhon. [Jangan sampai polisi terlibat.] balas Gio singkat, sebelum meletakkan kembali ponselnya. Tatapannya kembali menajam, pikirannya penuh dengan

  • Nelangsanya Jadi Istrimu, Mas!   Bab 52

    “Dokter, sampai kapan dia akan tetap di ICU?” tanya Laila saat dokter keluar dari ruang ICU. Suaranya bergetar, mencerminkan kekhawatiran yang tak lagi bisa ia sembunyikan. Pria yang memakai jas outih itu menghela napas sejenak sebelum menjawab, “Kondisi pasien masih belum stabil. Operasinya memang berjalan lancar, tapi pasien kehilangan banyak darah. Kami masih memantau respons tubuhnya.” Laila mengepalkan tangan, berusaha menahan perasaan yang bergemuruh di dada. “Ini sudah hampir 24 jam… Kenapa dia belum sadar juga?” ucap Laila pelak, nyaris berbisik, tapi lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada dokter. Dokter menatapnya penuh empati. “Pasien masih dalam fase pemulihan kritis. Setiap tubuh memiliki waktunya sendiri untuk bangun. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah menunggu dan berdoa.” Laila menggigit bi bir, matanya kembali tertuju pada Gio yang masih terbaring diam. Harapan dan ketakutan bercampur dalam pikirannya.***Sebuah rumah mewah bergaya modern berdiri meg

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status